PROLOG

4.6K 141 1
                                    

Suara derap langkah kaki menuruni tangga terdengar di netra pendengaran setiap orang yang di lewati nya. Sudah menjadi hal wajar pria ini begitu di idamkan oleh seluruh siswi di sekolah ini.

Pria itu bernama Neonatha Jerome Abraham atau lebih akrab disapa Natha. Pria dengan tubuh atletis dan memiliki wajah nyaris dikatakan sempurna membuatnya begitu di cintai oleh seluruh siswi di sekolahnya.

Ini sudah jam istirahat. Dia berjalan menuruni tangga dari lantai 3 menuruni lantai 1. Dari sekian banyaknya siswi yang menyapa dirinya, satupun tak ada yang mendapatkan respon sama sekali dari dirinya. Natha tetaplah Natha. Dengan sikap cuek dan dinginnya pada semua orang.

Bahkan seluruh penghuni sekolah sama sekali tidak pernah melihat seorang Natha tersenyum pada orang lain. Kalau pun Natha tersenyum sudah bisa dipastikan itu akan menjadi sejarah paling berharga di sekolahnya.

Natha dengan wajah datar tanpa ekspresi sama sekali tidak menggubris siapa pun yang menyapanya. Wajah datarnya saja mampu membuat semua siswi jatuh cinta padanya. Bagaimana jika dia tersenyum? Tamat sudah riwayat mereka.

Langkah pria ini terhenti saat netra pendengarannya menangkap suara alunan melodi piano dari ruangan yang berada tepat di sebelah dirinya berdiri saat ini. Dia mengalihkan pandangannya ke arah ruangan yang pintu nya sedikit terbuka.

Dia berfikir. Siapa yang masih ada di ruangan musik padahal jam sudah menunjukkan waktu istirahat.

Natha melangkahkan kakinya dengan perlahan mencoba mendekati ruangan tersebut untuk memastikan apakah pendengarannya saat ini benar atau sedang bermasalah.

Pria ini berdiri tepat dengan posisi setengah badannya bersembunyi di balik pintu ruangan tersebut. Matanya menangkap seorang siswi tengah memainkan piano tersebut dengan alunan melodi yang menurutnya sangat indah bagi siapa pun yang mendengarnya.

Seorang gadis dengan rambut berwarna coklat kegelapan dibiarkan terurai sedang memainkan sebuah melodi piano dengan jarinya yang lentik itu.

Dia menggeser posisinya hingga tepat berada di ambang pintu dengan kedua tangannya berada di saku celananya. Dia ingin pergi beranjak dari ruangan itu. Namun langkah kakinya seakan ditahan oleh magnet yang tidak mengizinkannya untuk menjauhi ruangan tersebut.

Dipandangnya gadis tersebut dengan pandangan ciri khasnya. Datar tanpa ekspresi. Natha tak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Oh tidak tidak. Natha pernah melihat gadis ini sebelumnya tapi dia lupa di mana dia pernah melihatnya. Dan jika difikir-fikir itu sangatlah tidak penting baginya.

Saat netra penglihatannya masih terfokus pada gadis tersebut, dengan tiba-tiba sebuah tangan berhasil mengejutkannya dari belakang.

-acha.

NATHAUREL || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang