13. PERTANDINGAN FUTSAL

837 36 0
                                    

Aurell mengerjapkan matanya selama beberapa kali mencoba memastikan pemandangan yang ada di depannya sekarang.

Ah sial!

Jika saja dirinya tadi lebih hati-hati mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Dia tertegun sejenak memandang pria yang ada di hadapannya saat ini.

Bahkan jarak wajah mereka terbilang cukup dekat sekali. Apa lagi saat ini posisinya benar-benar sangat intim dan bahkan seperti tidak ada celah sama sekali.

Posisi Aurell saat ini tepat di bawah pria tersebut dengan satu tangannya menjadi tumpuan kepala Aurell sedangkan satu tangannya lagi berada tepat di samping dirinya.

Dia harus dengan susah payah menelan ludahnya saat harus melihat pria itu dari jarak yang sedekat ini. Untung saja suasana sekolah saat ini sudah sepi. Jika tidak mungkin mereka akan mendapatkan masalah.

Mereka terlibat kontak mata yang cukup lama. Pria tersebut memandang Aurell dengan wajah datar dan tatapan dinginnya.

Jika saja dia ingin bersifat egois bisa saja tadi dia membiarkan Aurell terjatuh dari tangga tanpa harus terlibat dalam kejadian ini. Kejadian yang mungkin akan membuat siapa pun menaruh kesalahpahaman pada dirinya.

Ingin rasanya dia menjauhkan diri dari gadis ini sekarang. Namun gravitasi lantai di tangga ini seakan menahan dirinya untuk bangkit dari posisinya.

"Eum-- Kak Natha," ucap Aurell.

Pria itu hanya menaikkan sebelah alisnya merespon panggilan dari Aurell.

"Gu-gu-gue mau bangkit Kak. Nggak enak di liat orang nanti," ucap Aurell hati-hati.

Shit.

Dia baru sadar jika mereka masih dengan posisi seperti ini. Aurell langsung bangkit membenarkan posisinya yang di ikuti dengan bangkitnya Natha.

Pria itu langsung berdiri tanpa ada niatan untuk membantu Aurell yang saat ini masih duduk di lantai dan sibuk mengikat tali sepatunya yang terlepas.

Sebuah tangan terulur di depan Aurell. Dia mendongakkan kepalanya menatap ke arah Natha yang kebetulan saat itu sedang menatap ke arah dirinya juga.

Gadis itu langsung menerima uluran tangan itu hingga saat ini posisi mereka berhadapan satu sama lain.

Aurell menundukkan kepalanya lalu menggenggam tali tasnya dengan erat. Dia hanya takut saja jika nanti Natha tiba-tiba akan marah padanya.

"Ma-maaf Kak. Gue nggak sengaja," ucap Aurell.

"Ngapain lo nunduk? Gue nggak ada nyuruh lo tunduk sama gue," ucap Natha.

Darahnya berdesir dengan sangat kencang saat mendengar suara dingin dari seorang Natha. Dia memejamkan matanya bahkan enggan untuk menatap Natha.

Bukan karena tidak mau. Hanya saja untuk saat ini nyalinya mendadak hilang saat harus berhadapan dengan Natha. Mentalnya juga ikut mendadak lemah. Dia takut. Takut untuk menatap mata Natha saat ini.

Jika sebelumnya dia sangat berani untuk membalas tatapan Natha maka saat ini keberaniannya mendadak hilang saat di depan Natha. Apa lagi mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

Wajahnya terangkat saat satu jari mengangkat wajahnya hingga saat ini pandangannya dengan pandangan pria tersebut bertemu.

"Kenapa lo nunduk? Biasanya lo berani?" tanya Natha lalu melepaskan tangannya dari wajah Aurell.

"Gu-gu-gue takut lo marah Kak," jawab Aurell pelan.

"Takut? Biasanya lo nggak pernah takut sama gue," ucap Natha.

NATHAUREL || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang