26. RUANG PERPUSTAKAAN

865 31 1
                                    

"Pilih berhenti atau gue berbuat kasar?"

Shit.

Pria itu menatap gadis di depannya ini dengan sangat tajam bak seekor elang yang sedang mengincar mangsanya. Siapa sangka pria sedingin dan secuek dirinya ternyata memiliki sisi yang sangat menakutkan. Bahkan jika dia sudah bertindak tidak ada satupun yang mampu untuk menghentikannya.

"Lo apa-apaan sih Natha? Lepasin nggak," ucap Erika.

"Lo nggak capek?" tanya Natha.

"Lo kenapa sih belain dia terus?" tanya Erika balik.

"Urusannya sama lo apa?" tanya Natha lagi.

"Cowok sedingin dan secuek Natha takluk sama cewek kayak dia?" ucap Erika.

"Masalahnya sama lo apa? Rugi sama lo?" tanya Natha.

"Lepasin nggak!" sentak Erika.

"Kan udah gue bilang dari kemarin! Jangan sampe gue berbuat kasar sama lo! Tapi lo mancing-mancing! Lo nggak capek apa nggak takut sih sebenarnya hah?!" bentak Natha.

"Ngomong baik-baik bisa kan?! Nggak usah pake bentak-bentak segala?!" seru Erika.

"Gue nggak bakalan kayak gini kalau lo nggak mulai duluan!" seru Natha.

"Iya lo jadi kayak gini itu karna dia! Iya kan?!" bentak Erika tak mau kalah.

"Kalau iya emang kenapa?! Masalah sama lo?!" bentak Natha.

"Urusan gue itu sama dia bukan sama lo! Kenapa lo ikut campur terus sama masalah dia?!" ucap Erika.

"Masalah lo apa sama dia?!! Masalah yang udah lalu masih lo ungkit sampe sekarang iya?! Kayak bocah lo tau nggak!" bentak Natha.

Aurell yang sejak tadi hanya menjadi penonton keributan antara mereka berdua langsung berjalan mendekati Natha lalu mengusap punggung pria itu dengan lembut.

Cengkramannya mendadak lemah seketika. Ada rasa hangat dan tenang menjalar di seluruh tubuhnya saat tangan itu mengusap punggungnya dengan lembut.

Dia menolehkan kepalanya ke arah gadis yang saat ini ada di sebelahnya. Amarahnya mendadak mereda saat melihat gadis itu tengah tersenyum simpul dengan tatapan yang sangat teduh. Entah kenapa setiap dirinya sedang dalam keadaan emosi semua akan mereda hanya karna dirinya menatap gadis tersebut.

"Udah ya Kak?" Aurell langsung melepaskan cengkraman tangan Natha dari tangan Erika. "Nggak boleh marah-marah terus. Nanti cepat tua loh," ucap Aurell.

Hampir saja dirinya mengukir senyuman melihat gadis di depannya ini. Namun dengan segera dia langsung menyembunyikan senyuman itu sebelum semua orang melihatnya. Karna hanya ada satu orang yang bisa dan boleh membuat dirinya tersenyum.

"Nanti gantengnya hilang loh. Ntar Kakak nggak ada fans lagi, mau?" ucap Aurell.

Pria itu memegang puncak kepala Aurell lalu mengacak-ngacaknya pelan.

Tentu saja aksi pria ini mengundang tanda tanya besar untuk semua orang yang ada di sana. Sejak kapan seorang Natha bisa selembut itu dengan seorang gadis? Dan kenapa seorang Natha mendadak tunduk dengan gadis itu?

"Tuh kan ngeselin. Selalu begitu," ucap Aurell mengerucutkan bibirnya.

Jujur saja jika saat ini hanya ada mereka berdua mungkin dirinya akan tertawa melihat tingkah menggemaskan dari gadis ini. Sebisa mungkin dia menahan senyuman yang hampir saja dia ukir di wajahnya.

Ah sial!

Kenapa dia terlihat begitu sangat lucu jika dalam keadaan seperti itu? Bagaimana tidak dia akan bisa tertawa setiap hari karna tingkah menggemaskan dari gadis ini.

NATHAUREL || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang