Sebulan sudah semenjak kepergian Aurell. Semua terlihat masih sama. Tidak ada yang akan baik-baik saja ketika kehilangan sesuatu yang sangat kita sayangi.
Kepergian Aurell benar-benar menjadi pukulan hebat untuk keluarganya, Natha serta para sahabat dan teman-teman sekelasnya.
Mereka masih belum mempercayai Aurell akan secepat itu pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. Aurell terlalu banyak mengajarkan hal-hal baik untuk mereka.
Aurell terlalu banyak menyimpan kenangan manis untuk mereka semua. Aurell adalah orang terbaik yang pernah mereka kenal. Mereka masih tidak percaya. Mengapa orang sebaik Aurell harus pergi secepat itu.
Bahkan Sharen Ibu Aurell sempat mengalami depresi ringan semenjak kepergian putri kesayangannya itu. Tak hanya itu. Althar Adiknya Aurell menjadi pribadi yang sangat tertutup bahkan sempat jatuh sakit.
Sebesar itu pengaruh Aurell untuk orang-orang di sekitarnya.
"HAPPY SWEET SEVENTEEN AURELL!!"
Semua mata yang ada di kelas XI IPA-1 kini tertuju pada orang yang baru saja memasuki kelas mereka dengan wajah sumringah.
Terlebih lagi Icha yang tiba-tiba merasakan sesak di dadanya saat orang tersebut menyebutkan nama sahabat kecilnya itu.
"Risky?" ucap Andi.
"Eh astaghfirullah maaf maaf gue lupa," ucap Risky menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Ky lo udah lupa?" ucap Eca.
"Sorry guys. Gue nggak sengaja. Abisnya gimana ya? Gue masih belum bisa percaya kalau Aurell--dia--udah pergi ninggalin kita semuanya," ucap Risky tersenyum getir.
"Nggak cuma lo Ky. Kita semua. Satu kelas. Juga ngerasa kayak gitu. Masih nggak percaya aja Aurell udah nggak ada," ucap Indri menatap meja Aurell dengan sendu.
"Gue kangen Aurell," ucap Icha lirih.
Gadis itu bangkit dari kursinya lalu berjalan menghampiri kursi Aurell dan mendudukkan dirinya di kursi tersebut.
Dia mengusap lembut meja Aurell sembari tersenyum getir. Rasa sesak di dadanya semakin terasa.
"Gue kangen lo Rell. Biasanya kita di sini bakalan kumpul bareng. Gosip bareng. Ketawa bareng. Saling ledek. Sekarang gue cuma bisa mandangin meja lo yang kosong doang," ucap Icha lirih.
Penuturan Icha barusan benar-benar mengundang tangis teman-temannya pecah seketika.
"Nggak bakalan ada lagi yang ngomelin kita kalau nggak siap nugas. Dan nggak bakalan ada lagi yang ngomelin gue kalau nyontek mulu," ucap Risky tertawa lirih.
"Gue nggak nyangka kalau Aurell bakalan sekuat itu. Bahkan gue sampe mikir kalau Aurell ini orangnya baik-baik aja," ucap Danu.
"Entah kita yang bodoh atau dia yang terlalu pintar buat nyembunyiin ini semua dari kita," ucap Yusuf.
"Nggak tau kenapa bahkan gue ngerasa dia masih ada di antara kita semuanya. Kenangan dia membekas banget buat kita," ucap Indri.
"Gue berhutang budi sama Aurell. Dia bahkan dengan senang hati pernah nampung gue nginap selama 2 hari di rumah dia. Gue--nggak akan pernah bisa lupain tentang itu. Selamanya bakalan tetap gue ingat," ucap Ana.
"Sebesar itu pengaruh Aurell di kelas ini. Bahkan guru-guru aja masih banyak yang nggak nyangka dia bakalan secepat itu pergi ninggalin kita semuanya," ucap Caca.
"Aurell adalah definisi teman yang sesungguhnya. Bahkan gue dulu sering curhat sama dia soal masalah gue," ucap Ilham.
"Bener kata Aurell. Kalau kita terus bergantung sama orang lain selamanya kita nggak bakalan bisa bangkit sendiri. Buktinya sekarang. Meskipun kita udah bisa tapi tetap aja tanpa bimbingan dia rasanya hambar," ucap Riko.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAUREL || END
Teen FictionNamanya Neonatha Jerome Abraham. Panggilannya Natha. Murid laki-laki paling dingin serta irit bicara namun pintar milik SMA Screen High. Menjadi Ketua OSIS serta Kapten tim basket dalam satu waktu bukanlah hal yang sulit baginya. Natha yang sangat m...