******
"Rell gimana sekolah baru kamu?" tanya Jordan.
"Baik kok Pa. Di hari pertama bahkan Aurell di sambut baik banget sama temen-temen sekelas Aurell," jawab Aurell.
"Syukurlah kalau gitu. Oh iya gimana kabar Icha?" ucap Jordan.
"Aku sekelas lagi loh sama dia Pa. Seneng banget," ucap Aurell.
"Ih Kakak!" seru Althar.
"Apa sih teriak-teriak. Udah kayak di hutan aja," ucap Aurell.
"Kakak udah bilang sama Kak Icha kalau aku nyuruh dia kemari?" tanya Althar.
"Udah belum ya? Lupa Kakak," ucap Aurell.
"Ih Kakak jangan ngeselin," ucap Althar.
"Udah heh. Udah di bilang. Nanti juga dia ke sini. Dan katanya sih mau nginep di sini," ucap Aurell.
"Nah gitu dong. Udah kangen banget aku sama Kak Icha. Terakhir kali ketemu pas di Bandung," ucap Althar.
"Oh iya gimana semalam hasil check up?" tanya Sharen.
Aurell menghembuskan nafasnya secara perlahan. "Ya gitulah Ma," jawab Aurell.
"Ya gitu gimana? Yang jelas kalau ngomong," ucap Sharen.
"Kata dokter udah masuk stadium 2A," jawab Aurell tersenyum getir.
"Dokter juga udah nasehatin Kakak supaya jangan telat minum obat apa lagi sampe lupa minum obat," sambung Althar.
"Tapi Aurell bosen minum obat terus Ma," ucap Aurell.
Sharen tersenyum simpul menatap putri kesayangannya ini. Jujur dia juga merasa sangat tidak tega melihat anak gadis satunya ini harus menanggung beban yang cukup berat bahkan dia juga tau jika Aurell merasa sangat menderita dengan apa yang dia alami saat ini.
Jika saja bisa di tukar dia lebih memilih untuk memindahkan semua beban Aurell pada dirinya.
Dia ingin melihat Aurell hidup normal dan bahagia layaknya gadis-gadis di luaran sana tanpa harus menderita karena beban yang saat ini sedang dia tanggung.
Sang Ayah yang melihat ada perubahan wajah dari putri kesayangannya itu langsung meletakkan korannya di atas meja lalu berjalan menghampiri Aurell dan duduk tepat di sebelah putri kesayangannya itu lalu mengusap lembut kepala Aurell.
"Kamu pasti bisa kok sayang. Ada Mama, Papa, sama Althar di sini yang sayang sama kamu. Papa tau kamu pasti kuat kok. Semangat. Jangan nyerah," ucap Jordan menyemangati.
Gadis itu tersenyum getir memandang wajah pria yang berstatus sebagai Ayahnya ini dengan mata yang berkaca-kaca. Jika saja dia mengedipkan matanya sekali saja maka bisa di pastikan jika air mata itu akan jatuh dengan sendirinya.
Jordan sang Ayah bergerak mendekati Aurell sembari memegang kedua sisi wajah Aurell dengan kedua tangannya lalu tersenyum hangat.
"Jangan nangis. Anak Papa kuat kok," ucap Jordan.
Dengan cepat Aurell langsung memeluk sang Ayah dengan erat. Tangisnya pecah di pelukan sang Ayah. Aurell amat sangat merindukan pelukan hangat ini. Pelukan yang untuk pertama kali dia rasakan kembali setelah sekian lama tidak pernah dia dapatkan selama ini.
Jordan sang Ayah yang tak kuasa menahan tangisnya justru ikut meneteskan air matanya ketika mendengar suara isakan tangis yang berasal dari putrinya ini.
Jujur dia juga sama sakitnya dengan sang istri yang merasa sangat tidak tega jika harus putrinya yang menanggung semua ini. Dia mendongakkan kepalanya dengan mata yang masih meneteskan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAUREL || END
Teen FictionNamanya Neonatha Jerome Abraham. Panggilannya Natha. Murid laki-laki paling dingin serta irit bicara namun pintar milik SMA Screen High. Menjadi Ketua OSIS serta Kapten tim basket dalam satu waktu bukanlah hal yang sulit baginya. Natha yang sangat m...