23. Obsession.

6.9K 911 113
                                    

Sebelum baca, vote dulu, lalu komen, ok thanks.

***
Setelah kesalahpahaman antara mereka berdua sudah teratasi, lalu sekarang kembali sibuk memikirkan pernikahan mereka yang bisa dikatakan sebentar lagi akan datang.

"Kata mama, kakak dan yang lainnya ada di rumah, yakin mau ke rumah?"

"Harusnya yang yakin itu kamu, bukan aku," balas Yeonjun yang sibuk memegang stir di hadapannya sambil melirik kearah Soobin yang memegang handphonenya.

Soobin katanya mau mampir ke rumahnya, soalnya sudah seminggu lebih dia gak pulang-pulang.

Siapa tau kakaknya itu sudah agak mendingan, tapi bisa saja dia saat melihat Soobin akan kembali menatapnya tajam lagi.

Oh jangan lupakan, teman-teman kakaknya itu akan memprovokasi kakaknya agar tambah menggila di hadapannya.

Aneh memang, mereka itu teman atau bagaimana? Kakak adik sedang berantem malah tambah di buat panas agar dirinya itu tetap berantem sama kakaknya.

"Lagipula tidak perlu takut, kalaupun Yoobin melakukan sesuatu, aku akan menolongmu duluan."

Soobin akhirnya mengangguk, dia kembali memperhatikan jalanan yang cukup sepi mengingat ini memang jam anak-anak sekolah dan orang-orang juga pada kerja.

Kebetulan sekali Yeonjun itu pemimpin perusahaan, jadi dia bebas mau masuk kantor apa enggak, kan bakalan jadi milik dia.

"Tapi aneh, kakakmu dan yang lain gak kerja apa? Bukankah ini jam kerja?" tanya Yeonjun yang bingung kenapa teman-temannya itu bisa berkumpul di saat jam seperti ini.

Ini jam 10 pagi dan waktu makan siang masih beberapa jam lagi, jadi alasan yang paling tepat adalah mereka seperti memang gak masuk kerja.

Soobin hanya mengangkat bahunya karena tidak tau apa-apa, jangan bertanya ke dirinya karena dia itu baru selesai sidang.

Wisudanya saja akan dilakukan setelah dia menikah nanti, dalam artian dirinya sudah menjadi pasangan Yeonjun nanti saat dirinya wisuda.

"Aku jadi paham dengan ucapan teman-teman kakak di kantor."

"Yang mana?"

"Yang kakak galak saat di kantor," jelas Soobin membuat Yeonjun mendengar itu hanya memutarkan kedua bola matanya.

Padahal jelas-jelas dia marah itu karena karyawannya gak becus, siapa juga yang gak marah.

Mereka itu di gaji, ya setidaknya bekerjalah sesuai dengan apa yang diperintahkan untuk mereka, bukan sibuk sendiri-sendiri.

"Bilang saja kamu gak mau kerja, gak perlu alasan karena aku galak di kantor," ucap Yeonjun yang mematahkan semua perkataan Soobin barusan.

Memang sih, aslinya Soobin setelah beberapa hari berpikir, memutuskan untuk melupakan tentang pekerjaan karena uang gajinya bahkan akan lebih kecil di banding uang bulanannya.

"Tapi tidak masalah, aku bukannya memang ingin kamu tidak perlu bekerja."

"Bukan karena aku disuruh jaga anak, kan?"

"Akukan sudah bilang, kalau kamu gak mau punya anak juga gapapa," balas Yeonjun langsung tapi matanya bisa melirik Soobin malah menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bukan gitu, ah susah, kakak suka buat pusing."

"Padahal kamu saja yang sering berpikiran begitu," ucap Yeonjun dan Soobin memilih untuk diam saja setelahnya.

Memang sih, semuanya di mulai oleh Soobin, lalu Soobin tidak tau cara mengakhiri ucapannya bagaimana.

"Aku akan memberimu kesempatan."

Into You -yeonbin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang