happy or sad?

407 6 0
                                    

Assalamualaikum...

"Selamat makan."

Setelah mengucapkan kata tersebut tidak ada pembicaraan apapun karena mereka berdua sedang makan.

"Kamu ke ruang nonton tv duluan aja, biar aku yang beresin." Pinta farel yang baru saja meminum segelas air putih.

"Aku aja yang beresin gpp." Jawab Dhea hendak memegang piring kotor, namun dengan cepat farel mencegahnya.

"Nurut bisa kan?!" Ucapnnya, kata nurut agak tinggi suaranya.

*Oke-oke." Putus Dhea mengalah daripada harus adu mulut sama farel.

Farel yang melihat Dhea berjalan menjauh dari dirinya, segeralah ia membawa piring dan juga wadah kotor ke dapur lalu mencucinya satu-persatu hingga bersih.

"Adeknya nendang gak?" Tanya farel yang baru saja duduk disamping sang istri.

"Enggak."

"Oh."

"Kira-kira anak kita nanti jenis kelaminnya apa rel?"

"Gak tau, mau dia laki-laki atau perempuan aku tetap akan sayang."

"Aku juga kali, nanti kita rawat bareng bareng ya."

"Iya sayang." Jawab farel sambil mengalus-alus pucuk rambut sang istri.

.

.

.

Susana dinggin menyelimuti bumi karena waktu kini tengah memasuki tengah malam.Dhea yang tidur pun bangun karena merasakan sensasi rasa sakit pada perutnya.

"Awwww." Jerit Dhea yang baru saja membuka matanya

"Kenapa?" Tanya farel yang ikut kebangun karena jeritan Dhea.

"S--sakit." Jawab Dhea yang sudah tak sanggup menahan rasa sakit diperutnya, dan juga air mata yang menetes tanpa diminta.

Farel tanpa menggunakan sepatah kata pun langsung bangkit dari tidurnya dan membuka selimut yang menutupi tubuhnya dan dang istri. Baru saja membuka matanya sudah dikagetkan melihat cairan berwarna merah kental yang mengenai paha mulus sang istri.

"Kita ke RS sekarang." Ucapnya lalu dengan cepat mengendong Dhea dan berlari menuju garasi.

"Awwww."

"Tarik nafas, lalu keluarkan perlahan." Farel memberi instruksi, dan sekilas Indra penglihatannya menatap dang istri.

Cittt....

Dengan cepat farel turun lalu membawa Dhea ke dalam gendongannya.

"Tolong sus istri saya mau lahiran!" Teriak farel, sedangkan Dhea hanya bisa menahan rasa sakit karena kalau berteriak sudah tidak ada tenaga.

Perawat yang ada dirumah sakit pun langsung mendorong blankar, dengan perlahan farel menaruh tubuh Dhea diatas blankar.

"Tolong sus selamatin istri dan calon anak saya."

"Kami akan berusaha sebagus mungkin, jadi bapak tenang aja."

"Pak tolong keluar dari ruangan! Agar persalinan segera kita laksanakan." Usir sang dokter.

"Saya mau nemenin istri saya, jadi jangan usir saya!"

"Udah lah dok gakpapa lagian tidak ada larangan di rumah sakit kalau mau suaminya nemenin saat istrinya lahiran."

Playboy Is My Husband {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang