20. Line

6K 487 32
                                    

Pukul 11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 11.30 Gianna telah selesai dengan kelas paginya. Cewek yang tengah mengenakan kulot jeans dan atasan blouse panjang berwarna baby blue itu itu kini berjalan keluar dari area fakultas ekonomi dan bisnis untuk menuju ke fakultas teknik yang kebetulan letaknya tidak terlalu jauh.

Siang ini dia telah berjanji untuk menemani Haikal ke barbershop. Pasalnya beberapa hari lagi temannya itu akan menghadiri pernikahan saudaranya di Bandung, sehingga Haikal ingin sedikit merapikan rambut gondrongnya.

Saat sampai di parkiran fakultas teknik, Gianna melihat ada beberapa cowok yang sedang memperhatikannya.

Meski merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian orang-orang, namun Gianna memilih untuk bersikap tak peduli. Ia menulikan pendengarannya ketika mereka mulai memanggil namanya, melontarkan seruan hingga siulan yang jelas membuatnya risih.

Namun baru saja ia bernafas lega ketika sudah berhasil melewati parkiran dengan aman, ternyata di lobi gedung malah lebih parah. Ada sekumpulan cowok yang jumlahnya jauh lebih banyak.

Ya Tuhan. Gianna kini merasa jika dirinya seperti sedang menyerahkan diri ke kandang singa.

"Waduh ada siape nih?" ujar sebuah suara yang diikuti sorakan nyaring dari beberapa cowok yang sedang bergerombol di depan pintu masuk gedung.

"Gianna tumben kesini, nyari siapa?"

"Nyari Haikal," jawab Gianna singkat tanpa menatap cowok yang tadi bertanya padanya.

"Sini lewat aja kalo mau masuk."

"Gue tunggu sini aja gapapa," tolak Gianna. Dia lebih memilih untuk menunggu Haikal di luar daripada harus melewati segerombolan cowok yang tidak dia kenal. Mana cowok-cowok itu melihatnya dengan tatapan bak binatang yang sedang kelaparan. Seram sekali.

Kemudian ada salah satu cowok menghampiri Gianna dengan sebuah cengiran yang menyebalkan. Lalu telapak tangan cowok itu dengan sengaja mendarat di bagian belakang tubuh Gianna tanpa permisi. Sontak Gianna langsung menepisnya dan bergerak untuk menjauh. "Apa sih? Jangan pegang-pegang."

"Yaelah, sok jual mahal banget," ucap si cowok sambil menoel-noel tubuh Gianna. Meski mendapat respon yang tak memuaskan, cowok itu kembali berujar, "Nanti malem main sama gua yuk!"

Gianna menggeleng cepat. Menolak dengan tegas ajakan cowok yang bahkan tak dia ketahui siapa namanya.

Namun cowok itu tidak mau menyerah, dia kembali membujuk Gianna, "Ayo lah, tarif lu semalem berapaan sih emangnya? Gua kasih dua kali lipatnya deh."

Gianna meliriknya dengan tatapan sinis. Jika cowok ini punya uang lebih banyak dari Marvin, mungkin dia akan mempertimbangkannya. Tapi ia yakin, itu tidak mungkin. "Terakhir kali gue dibayar 50 juta. Kalo lo nggak bisa ngasih gue minimal segitu, gue nggak mau."

Cowok itu malah tertawa, seolah mengejek ucapan Gianna yang menurutnya sangat tak masuk akal. "Mana ada cowok rela ngeluarin duit segitu cuma buat ngewe sama lu doang? Jangan aneh-aneh Gi. Yuk lah nanti malem sama gua aja. Gua kasih 5 juta deh gimana?"

Friends With Benefits [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang