Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, siang ini Marvin nekat memarkirkan mobilnya tepat di depan gedung yang didatangi Gianna setiap kali ada perkuliahan. Dia akan menjemput wanita itu tanpa sembunyi-sembunyi lagi kali ini.
Keberaniannya didasari karena hubungan rahasia mereka sudah terlanjur diketahui oleh orang-orang, jadi ya sudah sekalian saja dia terang-terangan. Kalau kata pepatah 'sudah terlanjur basah, nyebur saja sekalian'.
Pria itu keluar dari dalam mobilnya, dia beranjak untuk menunggu Gianna di gazebo yang jaraknya sekitar 50 meter dari parkiran. Kehadirannya tentu saja langsung menjadi pusat perhatian mahasiswa lain yang berada di area tersebut.
Marvin sadar betul bahwa setelah ini Gianna pasti akan marah-marah padanya karena telah membuat mereka berada di posisi yang semakin sulit dan semakin dibicarakan oleh orang-orang. Tapi tidak apa-apa, dia hanya perlu meminta maaf padanya nanti.
"Lagi nunggu siapa kak?" tanya seorang cewek dengan dandanan menor yang tiba-tiba saja mendekat dan duduk di sebelah Marvin dengan memasang tampang genit.
"Gianna," jawab pria itu singkat.
Orang-orang mungkin akan mengatakan bahwa Marvin telah berubah, namun pada kenyataannya ini lah sifat Marvin yang sesungguhnya. Sejak dulu pria itu memang sangat jauh dari kata ramah.
"Maaf ya kak sebelumnya, tapi gue masih nggak habis pikir kok lo mau macarin cewek gampangan kaya dia sih? Cewek yang lebih baik dari dia kan banyak."
Marving menoleh untuk menatap cewek itu. Andai saja yang berkata demikian adalah seorang pria, bisa dipastikan Marvin akan segera memakinya karena telah berani mengatakan pertanyaan kasar semacam itu.
Tapi karena yang bertanya adalah seorang wanita, yang kebetulan memiliki tampang yang lumayan juga, maka Marvin meresponnya dengan lebih lembut. "Gianna cantik banget soalnya. Hatinya apalagi. She never puts other women down to look better."
Skakmat. Cewek itu pun kini langsung terdiam kaku begitu mendapat jawaban menohok dari Marvin. Dia merasa malu karena mendengar kalimat yang tidak dia sangka-sangka tersebut.
Bersamaan dengan itu, samar-samar Marvin bisa mendengar suara Gianna yang memanggil namanya. Dia reflek meluruskan padangannya lagi, lalu tersenyum kecil ketika melihat Gianna sedang menghampirinya dengan langkah terburu-buru.
"Jangan lari. Nanti jatoh." Marvin membuat isyarat dengan tangannya agar Gianna berhenti berjalan. Sebagai gantinya, dialah yang berjalan mendekat untuk menghampiri wanita itu.