Gianna sedikit tersentak ketika Marvin menahan pergelangan tangannya. Apa yang salah? Dia hanya berniat mengambil piring kotor bekas makan pria itu untuk dijadikan satu tumpukan dengan piring bekas makannya.
"Biar gue panggilin mbak buat beres-beres. Lo istirahat aja Gi."
Sudah cukup melihat Gianna kerepotan memasak makan malam sendirian, Marvin merasa tidak tega jika membiarkan wanita itu juga harus bersih-bersih dan mencuci piring.
"Gue bisa beresin sendiri kak." Gianna menolak. Ia melepaskan tangan Marvin yang menahannya.
"Emangnya lo nggak capek?"
"Ya capek sih, dikit. Tapi gapapa, gue masih bisa."
Marvin segera meraih ponselnya. "Nggak usah Gi. Gue panggilin mbak aja, biar dia yang beresin."
"Ih jangan. Kasian tau masa malem-malem disuruh dateng ke sini cuma buat cuci piring." Ekspresi Gianna terlihat sangat kesal, dia mungkin akan marah sungguhan pada Marvin jika pria itu benar-benar akan melimpahkan apa yang seharusnya manjadi tanggung jawabnya ke orang lain.
"Ngapain kasian? Kan orangnya gue bayar."
"Yaudah sama aja, kan gue juga lo bayar." Sebenarnya Gianna mengucapkan kalimat tersebut tanpa ada maksud tertentu. Namun rupanya Marvin tak suka mendengarnya.
"GIANNA," suara Marvin agak meninggi, nyaris seperti bentakan hingga membuat Gianna sedikit berjengkit kaget.
"I gave you money not for this," tambahnya dengan penuh penekanan di setiap kata.
Gianna sontak terdiam. Tentu dia tau jika Marvin memberinya uang bukan untuk menjadikannya pembantu, melainkan hanya untuk melayaninya di ranjang. That's it right?
Tapi apa salahnya jika dia melakukan hal lain seperti mencuci piring? Toh piring-piring itu bekas makannya sendiri. Ini adalah pekerjaan yang sangat sederhana, namun Marvin malah bertindak berlebihan seolah dia akan mencuci piring bekas acara hajatan satu kampung.
Marvin menghela nafas, lalu menurunkan nada suaranya ketika melihat respon Gianna yang diam tertunduk. "Udah ya, lo nurut aja sama gue. Sekarang mending lo mandi terus istirahat. Ini si mbak juga udah jalan kesini."
Gianna menatap Marvin sekilas. Kemudian tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, dia berlalu begitu saja untuk masuk ke kamar tamu.
Kepergiannya meninggalkan Marvin seorang diri di meja makan. Pria itu kembali menghela nafas dengan kasar. Sepertinya kali ini dia telah membuat Gianna benar-benar marah padanya.
*****
Gianna masuk ke dalam kamar tamu dengan raut wajah kesal. Meski begitu, dia benar-benar menuruti ucapan Marvin. Setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi dalam waktu yang cukup lama, kini dia duduk berselonjor di atas ranjang untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
FanfictionMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022