Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gianna dan Marvin duduk berhadapan di kursi plastik dengan meja berukuran sedang di tengah-tengah mereka. Di meja tersebut kini sudah tersedia berbagai jenis makanan. Mulai dari nasi goreng gila, sate padang, martabak telur, lumpia ayam, pisang molen, sosis bakar, siomay, dan juga jus buah.
Terkesan maruk memang. Tapi Gianna yang sudah kalap ingin makan banyak jenis jajanan sekaligus langsung saja membeli semuanya tanpa berpikir dua kali. Toh dia membeli itu semua dengan uang Marvin.
Namun kini malah dia sendiri yang kebingungan karena makanan yang ia beli terlalu banyak. "Ini gimana cara ngabisinnya?"
"Ya tinggal dimakan."
Gianna cemberut mendengar jawaban enteng Marvin. Ya iya, memang tinggal dimakan. Tapi tentu tidak akan semudah bicara. Coba kalian pikirkan saja, bagaimana mungkin makanan sebanyak ini muat di perut kecilnya?
"Fix gue harus ekstra diet mulai besok," ujar Gianna sambil menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya. Namun sesaat kemudian dia menghentikan acara makannya untuk menatap Marvin dengan raut wajah serius, "Jawab jujur ya kak, sekarang ini gue keliatan agak gendutan kan?"
Oh man. Ini adalah jenis pertanyaan jebakan yang paling malas Marvin tanggapi. Sampai kapan pun dia tidak akan pernah bisa mengerti kenapa wanita gemar sekali mengajukan pertanyaan semacam ini.
Jika dia menawab iya, maka kemungkinan besar Gianna akan marah. Tapi jika dia menjawab tidak, pasti ujung-ujungnya Gianna tidak akan percaya. Sehingga untuk mencari jalan tengah yang aman, Marvin pun berkata, "Badan lo udah bagus Gi, buktinya gue suka."
Gianna mendelik. Ia segera mengedarkan pandangannya ke kanan kiri untuk memperhatikan orang-orang di sekelilingnya barangkali ada yang tak sengaja mendengar ucapan Marvin barusan.
"Ih jangan keras-keras. Ini kita lagi di tempat umum. Kalo sampe kedengeran orang kan malu," cerocos Gianna sambil memasang tampang tergalaknya.
"Iya, maaf."
Kalian semua harus tau bahwa Marvin langsung meminta maaf bukan karena takut pada Gianna. Hey, ayolah. Memangnya apa yang perlu dia takuti dari wanita itu? Kalau takut kehilangan Gianna mungkin bisa jadi iya.
Pria itu memutuskan untuk langsung mengalah karena tak ingin memperpanjang perbedatan. Dia tidak sekekanakan itu. Menurunkan sedikit egonya untuk hal yang tidak penting, apalagi jika berhadapan dengan Gianna jelas bukan masalah besar baginya.
Belasan menit berlalu, kini makanan yang tersaji di meja pun sudah nyaris bersih. Seperti dugaan awal, Gianna tidak akan sanggup memakan semua yang dia beli, sehingga Marvin lah yang pada akhirnya turut menghabiskan sisa makanannya.
Demi Tuhan, seumur hidupnya ini adalah pertama kalinya Marvin mau menghabiskan sisa makanan orang lain.