Begitu Gianna tau jika wanita bernama Aira ini ternyata adalah mantan pacar Marvin, ia langsung mengingat-ingat kembali pertemuan mereka di mall bulan lalu. Kala itu, ia sampai harus berkeliling mall sendirian selama 2 jam karena Marvin lebih memilih menemani Aira.
Pantas saja.
Meski sadar jika dia tidak punya hak untuk marah, tapi tetap saja Gianna merasa kesal. Kenapa Marvin tidak terus terang saja sejak awal kalau Aira adalah salah watu wanita spesial di masa lalunya?
Ngomong-ngomong, suasana jadi semakin terasa canggung sejak kedatangan Aira. Teman-teman Marvin yang pada dasarnya tidak menyukai wanita itu kerap kali menyindirnya secara halus.
Gianna tidak tau menahu masalah apa yang menyebabkan mereka semua terlihat sangat membenci Aira. Apapun itu, Gianna tidak tertarik sama sekali. It's not her business.
Untungnya tak lama setelah itu, sosok yang sejak tadi mereka tunggu-tunggu akhirnya keluar juga. Begitu Marvin keluar ruangan, teman-temannya sontak berhamburan mendekat dan mengerubunginya. Termasuk juga Aira.
Gianna menjadi satu-satunya orang yang tak memiliki niat untuk bergerak dari tempatnya. Dia hanya menatap lurus ke arah Marvin yang kini sibuk menanggapi berbagai ucapan selamat dari teman-temannya.
Pria itu juga tengah membalas pelukan teman-temannya satu per satu secara bergantian. Tak peduli itu pelukan dari teman pria atau teman wanita, Marvin menerima mereka semua dengan antusias.
Ketika giliran Marvin membalas pelukan Aira, kebetulan tatapannya tertuju pada Gianna yang masih menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. He just realized that Gianna was there.
Masih dengan Aira yang berada di pelukannya, tanpa rasa bersalah sedikit pun Marvin mengayunkan tangannya sebagai isyarat agar Gianna mendekat.
Gianna pun menurut. Dia berjalan mendekat ke arah Marvin dengan sebuah rencana spontan yang tersusun di kepalanya. Mumpung sedang ramai, sepertinya ini adalah saat yang tepat untuk membalas dendam pada Yelsi dan Cindy yang tadi sempat menggunjingnya.
Wanita itu sangat yakin jika apa yang dia lakukan sesaat lagi akan membungkam mulut mereka. Pasti.
Saat Marvin sudah melepaskan pelukannya di tubuh Aira, tanpa ragu-ragu Gianna menempelkan tubuhnya pada tubuh Marvin. Ia melingkarkan kedua lengannya pada leher pria itu dengan erat. Tentu saja pelukan tersebut juga dibalas tak kalah erat oleh Marvin.
"Congrats babe," bisiknya tepat di telinga Marvin. Namun suaranya terlalu keras untuk disebut sebagai bisikan. Semua orang yang berada di sana sudah pasti bisa mendengarnya.
"Thanks babe."
Aira, Yelsi, dan juga Cindy yang menyaksikan interaksi mesra antara Marvin-Gianna sontak menganga tidak percaya. Mereka bertiga berharap jika apa yang mereka saksikan sekarang hanyalah sebuah ilusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
Fiksi PenggemarMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022