Gianna menggeliat ketika merasakan tepukan pelan di pipinya. Dahinya mengerut kesal. Dia mengerang tidak suka karena ada orang yang mengganggu tidur nyenyaknya.
"Bangun, katanya ada kelas pagi."
Pria yang sedang duduk di tepi ranjang itu kembali menepuk-nepuk pipi Gianna dengan pelan. Sebenarnya dia agak tidak tega membangunkan Gianna dari tidur pulasnya, tapi mau bagaimana lagi? Semalam wanita itu yang bilang sendiri bahwa dia ada jawal kuliah pagi di hari senin ini.
"Hei ayo bangun! Ini udah mau jam 7 Gianna, nanti lo keburu telat," ucap Marvin lagi
Di saat Gianna masih enggan membuka mata dan asik sendiri bergulung di dalam selimut, Marvin sudah rapi dengan setelan jas hitam merk Giorgio Armani.
Pagi ini dia memang tidak ada jadwal untuk kuliah, tapi dia ada jadwal untuk menghadiri pertemuan penting di kantor Papinya.
Maklum saja, sebagai salah satu pewaris dari keluarga konglomerat tanah air, Marvin biasanya diminta untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan tertentu di perusahaan milik keluarganya sejak usia belia.
Katanya sih agar dia bisa membiasakan diri dan mempelajari secara langsung bagaimana jalannya dunia bisnis. Meski dulunya dia selalu hadir karena terpaksa, namun kini dia sudah mulai menikmatinya.
Toh kegiatan ini nyatanya menghasilkan pengalaman positif yang tidak akan bisa dia dapatkan di bangku kuliah.
Mari kita kembali lagi pada Gianna yang kini malah menepis kasar tangan Marvin yang sedikit mengguncang tubuhnya. "Ih, jangan ganggu dulu. Gue tuh masih ngantuk."
"Semalem katanya minta dibangunin biar nggak kesiangan," ucap Marvin mengingatkan kembali apa yang sempat wanita itu ucapkan padanya.
Namun Gianna menggelengkan kepalanya. "Nggak jadi. Ternyata gue masih capek."
"Terus kelas paginya gimana?"
"Biarin aja, kan bisa bolos," ucap Gianna dengan mata yang masih terpejam erat. Dia malah semakin membenamkan wajahnya ke bantal.
"Masa bolos?"
Marvin pun akhirnya menarik selimut yang menutupi tubuh Gianna. Tindakannya itu menyebabkan Gianna mau tidak mau membuka mata dan menampakkan ekspresi kesal.
"Emang kenapa sih? Mau gue bolos sehari juga nggak masalah. Hidup gue tetep bakalan gini-gini aja."
Bukannya balik marah, Marvin malah mengacak-acak surai panjang Gianna sembari berujar, "Capek banget ya sampe marah-marah gitu?"
"Iya. Lagian gue bisa begini juga gara-gara lo ya kak. Nih liat, emang lo pikir gue bisa pergi ke kampus dengan keadaan begini hah?" ucap Gianna sambil mendongak, dia memperlihatkan lehernya yang banyak dipenuhi tanda kemerahan akibat ulah pria di hadapannya.
"Kok jadi nyalahin? Padahal yang semalem mohon-mohon bilang 'please fuck me' siapa?"
Gianna langung bungkam. Marvin mengultimatumnya hanya dengan beberapa kata yang semalam tidak sadar dia ucapkan. Demi Tuhan, Gianna tidak percaya bahwa semalam dirinya bisa mengucapkan kata-kata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits [✓]
FanficMarvin dan Gianna memang telah sepakat untuk menjalin hubungan yang cukup rumit tanpa melibatkan perasaan di dalamnya. Namun mereka bisa apa jika takdir malah berkata sebaliknya? ©️zrstly, 2022