44. Welcome

4.6K 456 21
                                    

Gianna tak bisa menyembunyikan kekagumannya begitu mobil yang ia tumpangi mulai memasuki salah satu kawasan paling elit di wilayah Jakarta, yaitu Kompleks Perumahan Bukit Golf Pondok Indah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gianna tak bisa menyembunyikan kekagumannya begitu mobil yang ia tumpangi mulai memasuki salah satu kawasan paling elit di wilayah Jakarta, yaitu Kompleks Perumahan Bukit Golf Pondok Indah.

Sepanjang perjalanan ia tak henti-hentinya mengagumi sederet rumah-rumah megah yang dibangun bak sebuah istana. Sudah bisa dipastikan hanya kalangan orang-orang kaya raya lah yang bisa tinggal di area semacam ini.

Namun beberapa rumah yang telah dia lihat sebelumnya masih belum ada apa-apanya, karena rumah orang tua Marvin ternyata jauh lebih mencengangkan lagi.

Rumah mewah berlantai 3 itu dibangun dengan gaya American Classic  yang didominasi oleh warna putih. Rumah tersebut di kelilingi oleh pilar-pilar besar yang membuatnya tampak sangat megah dan kokoh.

Hunian yang dibangun di atas tanah hampir seluas 5000 m² itu terdiri dari beberapa bangunan besar yang saling terhubung layaknya resort bintang 5 yang dikelilingi halaman asri yang sangat luas.

Beberapa contoh fasilitas paling mencolok di rumah tersebut adalah adanya lapangan golf pribadi, danau buatan, kolam renang, dan juga carport  yang bisa menampung lebih dari 30 kendaraan sekaligus.

What an incredible house. Bagi Gianna, rumah yang ada di depan matanya saat ini layaknya sebuah rumah yang kerap dia saksikan di dalam sebuah film.

Wanita itu kembali dibuat takjub ketika ia dan Marvin baru saja turun dari mobil di depan pintu utama, terdapat beberapa orang yang berbondong-bondong menyambutnya. Lebih tepatnya hanya menyambut kedatangan Marvin. Tentu saja. Memangnya dia siapa hingga perlu disambut?

Marvin mengulurkan tangannya pada Gianna. Ia memberi isyarat agar wanita itu menggandengnya untuk masuk ke dalam rumah orang tuanya.

"Mami ada di mana?" tanya Marvin pada wanita berusia renta yang menyambutnya. Beliau merupakan salah satu orang terpercaya keluarga Dimitri yang turut mengasuhnya sejak ia baru dilahirkan ke dunia.

"Ibu sama Bapak lagi ada di rumah belakang."

"Leenan masih di sini?" tanyanya lagi sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan langkah pelan beriringan dengan Gianna yang sejak tadi tak lepas dari gandengannya.

"Iya, masih. Mas Leenan lagi main bulu tangkis sama orang-orang di belakang."

Marvin mengangguk paham. Begitu sampai di ruang tamu bangunan utama, dia menolehkan kepalanya untuk menatap Gianna seraya bertanya, "Gue mau ngambil barang dulu di kamar. Mau ikut?"

Gianna reflek menggeleng. Namun di satu sisi dia malah mencengkeram ujung jaket yang Marvin kenakan. Dia tidak mau ikut ke kamar pria itu, tapi dia juga tidak mau jika harus ditinggal sendiri.

"Gapapa, gue cuma bentar kok," ujar Marvin sembari mencoba melepaskan tangan Gianna yang masih memegangi jaketnya. Namun sayangnya Gianna masih terlihat sangat keberatan, sehingga ia pun kembali menambahkan, "Only five minutes."

Friends With Benefits [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang