16. Morning

8K 447 11
                                    

Bunyi dering ponsel terdengar cukup nyaring hingga membuat Gianna terpaksa harus membuka mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi dering ponsel terdengar cukup nyaring hingga membuat Gianna terpaksa harus membuka mata. Tapi jangan salah paham, wanita itu bukan berniat untuk bangun, melainkan untuk mematikan alarm.

Semalam ia baru bisa memejamkan mata ketika jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Maka tidak mengherankan jika pagi ini Gianna masih enggan untuk bangun dari tidur nyenyaknya.

Setelah selesai mematikan alarm yang berasal dari ponselnya, Gianna kembali menutup mata dan semakin mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya.

Namun baru saja ia kembali terlelap, dering ponsel kembali terdengar. Kali ini disebabkan oleh panggilan dari Marvin. Dengan mata yang masih setengah terpejam, Gianna mengangkat penggilan tersebut dengan setengah hati.

"Apa?" jawabnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Gi, gue mau minta tolong."

"Iya apa?" Gianna benar-benar dongkol karena Marvin telah menganggu waktu tidurnya.

"Tolong cariin flashdisk putih yang ada di ruangan kerja gue ya! Berhubung gue udah sampe kampus dan nggak mungkin balik lagi cuma buat ngambil, jadi gue minta bantuan temen buat ngambilin ke sana."

Mendengar kalimat panjang lebar yang ditujukan untuknya, Gianna langsung merengek seperti anak kecil yang keberatan karena dimintai bantuan.

"Kak, lo tuh ya. Kenapa sih ada acara ketinggalan segala?"

"Tolong ya Gi!"

"Terus ini jadinya gimana? Temen lo bakalan ke sini? Emang gapapa kalo dia ketemu gue? Dia bakalan tau dong kalo gue nginep di apart lo?" tanya Gianna bertubi-tubi.

"Gapapa. Dia temen deket gue."

"Yaudah tunggu bentar, gue pake baju dulu."

"Jangan lama-lama Gi, takutnya temen gue keburu sampe."

"Ih ya bentaran, jangan diburu-buru dong." Gianna bangun dari posisi tidurannya. Ia meletakkan ponselnya di tepi ranjang setelah menekan tombol speaker. Lalu dengan gerakan secepat yang ia bisa, Gianna memakai baju tidur yang semalam ia kenakan.

Begitu selesai memakai baju, Gianna kembali meraih ponselnya dan setengah berlari dengan langkah sempoyongan untuk masuk ke ruang kerja Marvin. Wanita itu mengedarkan pandangannya dengan agak panik untuk mencari barang yang Marvin maksud.

"Lo taro di sebelah mana kak?"

"Gue geletakin di meja."

"Mana? Nggak ada?"

"Coba cari dulu, siapa tau ketutupan."

Gianna menggerakkan kedua tangannya sekaligus untuk mencari flashdisk berwarna putih. Ia mengangkat buku-buku hingga laptop yang tergeletak di meja, namun ia tak kunjung menemukan barang tersebut.

Kedua bola mata Gianna terus bergerak kesana-kemari. Lalu secara tak sengaja ketika ia menunduk, matanya menangkap sebuah bayangan benda berbentuk persegi panjang yang berukuran kecil. Ia pun berjongkok untuk melihat benda itu dengan lebih jelas.

Friends With Benefits [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang