“baik tuan saya akan kirim 2 anak berusia 13 tahun sore ini” ucap wanita paruh baya yang sedang melakukan panggilan telepon“oke saya akan tunggu bocah itu. Nanti akan ada anak buah saya yang menjemput mereka di panti anda nyonya”
“ah dan satu lagi, pastikan bahwa hal ini hanya kita berdua yang mengetahuinya. Jika sampai ada yang mengetahui ini selain anda saya pastikan anda hanya akan tinggal nama” lanjut pria itu dengan tegas
“tuan tenang saja, saya akan pastikan bahwa hal ini hanya saya yang mengetahuinya” balasnya penuh percaya diri
Tut
Panggilan diakhiri sepihak oleh pria dibalik telepon itu.
“ah akhirnya mendapatkan uang lagi, tidak sia sia saya menjual anak anak itu pada tuan James untuk penjualan organ tubuh”
“tidak masalah bukan? Toh mereka tidak memiliki orang tua. Lebih baik pergi menuju surga daripada hidup di dunia yang kejam ini” ujarnya seraya tersenyum lebar hingga menampilkan gigi putih wanita itu.
Wanita itu melangkah pada lemari berisikan berkas berkas para anak anak panti. ia mencari berkas anak yang cocok untuk dikirim pada tuan James. Ia juga harus cepat menyelesaikan berkas yang akan diberikan pada tuan James, agar bisa memberitahukan berita kebahagian ini pada kedua anak yang akan dirinya kirim nantinya.
Tanpa disadari oleh ibu panti, seorang gadis cantik berkulit putih kepucatan berdiri kaku di depan pintu ruangan ibunya. Tubuhnya bergetar serta wajah yang pucat pasi saat mendengar ucapan ibu panti yang selama ini dirinya anggap seperti ibu kandung. Merasa tidak percaya dengan apa yang gadis itu dengar, gadis kecil itu berusaha menghilangkan pikiran negatif yang bermunculan pada otak kecilnya.
Niatnya memanggil ibu panti untuk membantunya mencarikan biri boneka domba putih kesayangannya malah berakhir mengetahui fakta yang mengejutkan. Umurnya memang 9 tahun tetapi gadis kecil ini sangat pintar maka tidak heran jika ia memahami ucapan orang dewasa itu.
Saat tersadar dalam keterdiamannya otak kecilnya itu langsung terpikir pada kakak kakaknya yang katanya akan dikirim pada sore hari ini. Siapa? Siapa yang akan dikirim? Pertanyaan pertanyaan terus bermunculan pada otak kecilnya.
Pintu terbuka mengejutkan keduanya. ibu panti terkejut saat melihat salah satu anak pantinya berada didepan pintu ruangannya. Begitu pun gadis kecil ini ia terkejut saat ibu panti muncul dari balik pintu.
“Bellila sedang apa disini?” tanya ibu panti dengan suara lembut. wanita berusaha sebaik mungkin untuk berakting menjadi ibu panti yang lemah lembut dan perhatian seperti layaknya seorang ibu, wanita itu berusaha menampilkan wajah tersenyum lembut agar tidak dicurigai oleh anak kecil didepannya
Begitupun Bellila gadis kecil itu langsung bersikap lucu seperti seharusnya, dengan senyum manis menampilkan gigi putihnya seraya mendongak menatap ibu panti.
“ibu, biri nya Belli menghilang” ujarnya dengan mengubah raut wajah menjadi sedih
“apa ibu mau membantu Belli untuk mencari biri?” tanyanya dengan nada lucu bahkan kedua matanya menatap ibu panti dengan memohon.
“tentu. Ngomong-ngomong sedari kapan Belli berada disini?” tanya ibu panti yang terdengar hati-hati
“baru saja, tadi Belli ingin mengetuk pintu tetapi keburu ibu buka pintunya jadi Belli sedikit terkejut” jawabnya tanpa keraguan, gadis itu menyadari pertanyaan ibu panti yang terkesan ingin tahu dan penuh kehati-hatian
“ah begitu ya. Kalo gitu ayo kita cari biri” ajak ibu panti seraya menggenggam tangan mungil gadis kecil itu.
Mereka berjalan melewati lorong menuju kamar Bellila yang berada di lantai atas. Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing sembari berjalan, Bellila dengan otak kecilnya yang memikirkan fakta yang mengejutkan yang selama ini tersimpan rapi oleh ibu panti serta memikirkan siapa kakak yang akan dikirim sore ini. Begitupun ibu panti yang merasa sedikit curiga pada Bellila, walaupun gadis kecil itu berbicara dengan lancar namun tangan kedua gadis itu mengepal kuat dan sedikit bergetar membuatnya berpikir kembali atas jawaban gadis kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELLILA (End)
Teen FictionBellila Andromeda gadis cantik berusia 9 tahun yang mengalami kekerasa fisik saat gadis itu berada di panti asuhan. Panti yang selama ini memberikan ribuan kasih sayang nyatanya hanya ilusi belaka untuk mereka semua. Ibu panti adalah pembohong terb...