Part 12

36.6K 2.4K 18
                                    

Selamat pagi semuanya 😊😊

Awali hari mu dengan bersyukur 😁😁😁



Happy reading kawannn 💕

**

Pagi-pagi buta Declan sudah berada di ruangan sang papa, laki-laki itu hendak memastikan bahwa keadaan papanya baik-baik saja. Namun saat Declan membuka pintu ruangan rawat sang papa Declan dibuat terkejut melihat wajah lelah papanya yang begitu terlihat, tubuhnya yang terlihat kurus serta lingkaran hitam di pada matanya terlihat jelas. Sungguh Declan merasa menyesal meninggalkan pria tua itu dalam keadaan terpuruk dalam waktu cukup lama, Declan menyesali dirinya yang terlalu mengikuti ego dibanding mengikuti kata hatinya.

Declan melangkah perlahan mendekati sang papa yang terbaring lemah di atas hospital bed lalu ia duduk bangku yang ada di samping papanya, Declan memandangi seluruh wajah papanya yang terlihat kusam. Declan benar-benar merutuki dirinya sendiri yang bertindak bodoh, jika saja ia tidak pergi dari rumah dan selalu berada disamping Rianzo mungkin pria itu akan lebih terurus tidak seperti sekarang yang malah terlihat seperti mayat hidup.

Saat usianya 8 tahun Declan mulai mengerti tentang mengapa bundanya tidak pernah kembali dan mulai memahami mengapa ketiga kakaknya lebih memilih untuk sering berada di luar rumah bahkan untuk sekedar makan saja ketiga abangnya memilih makan diluar dan tidak pernah ikut makan bersama lagi. Disaat Declan mulai memahami itu semua Declan merasa bimbang atas keputusannya untuk tinggal bersama ketiga abangnya di sebuah apartemen.

Saat itu Declan terlalu mengikuti egonya yang tinggi, laki-laki itu hanya berpikir bahwa mereka lah yang merasa sakit dan menderita atas kepergian sang bunda tanpa melihat Rianzo yang nyatanya lebih merasa menderita atas kepergian istrinya,  ditambah rasa bersalah dan menyesal membuat pria tua itu kehilangan arah dan mataharinya. Rianzo seperti berada di tengah hutan belantara tanpa cahaya matahari bahkan cahaya bulan pun enggan menerangi dirinya membuat pria itu tidak bisa membedakan pagi dan malam karena semuanya gelap.

Cklek

Pintu terbuka menampakan seorang pria berjas memasuki ruangan tuannya. Pria dewasa sempat terkejut melihat tuan mudanya berada di sana tengah terduduk seraya menggenggam tangan besar papa-nya.

“tuan muda?” panggil Biovan

Declan hanya berdehem tanpa menoleh ke sumber suara, laki-laki itu masih ingin memandangi wajah papanya yang sangat laki-laki itu rindukan, namun terhalang ego membuat ia enggan untuk datang atau sekedar menghampiri sebentar sang papa.

“apa papa sempat terbangun?” tanya Declan sedikit melirik Biovan yang kini berada di sebelahnya

“iya tuan muda, papa anda sempat bangun” jeda Biovan dengan raut wajah tak terbaca

Mendengar ucapan Biovan yang seperti tidak selesai membuat Declan mendongak menatap wajah Biovan yang ternyata sedang memandangi wajah papa-nya dengan raut tak terbaca.

“ada apa?” tanyanya datar

Biovan membuang nafas pelan “saat terbangun tuan Rianzo sempat ingin pergi ke makam nyonya, tuan berkata bahwa istrinya pasti sedang menunggunya di sana… tuan berkata tidak ingin membuat istrinya merasa takut karena sendiri ditempat gelap tuan ingin menemani nyonya. Tuan juga sempat memberontak saat saya mencoba menahannya untuk tidak pergi dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, untungnya saya dengan cepat memencet tombol agar dokter segera datang. Dokter akhirnya menyuntik tuan Rianzo agar tertidur kembali”

Mendengar penjelasan Biovan, Declan tercengang seraya memandang sendu ke arah papa-nya yang masih tertidur. Tanpa sadar air matanya luruh begitu saja.

“tuan muda…. Tolong jangan tinggalkan tuan Rianzo lagi, tuan hanya butuh anak-anaknya untuk tetap berada disampingnya setidaknya untuk menemaninya dan mendukungnya. Tuan sangat menyesali atas kebodohannya dulu, tuan juga sering bergumam memanggil nama putrinya yang sudah tuan siapkan sedari dulu” jeda Biovan menatap wajah tuannya yang terlihat sangat lelah dan Declan setia mendengar semua ucapan Biovan dengan air mata yang sudah mengalir

BELLILA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang