Part 1

40.7K 2.3K 18
                                    

Happy reading 💕

**

Pagi ini terasa sangat berbeda bagi Bellila, ada perasaan bersalah saat membiarkan kedua kakaknya dibawa oleh 4 orang dewasa yang katanya akan menjadi keluarga angkat mereka. Saat itu Bellila ingin sekali berteriak memberitahukan pada semua anak panti serta kedua kakaknya bahwa 4 orang dewasa itu bukan lah orang tua angkat yang mengadopsi ka Kano dan ka Wita melainkan suruhan dari orang yang menelpon ibu pantinya untuk membawa mereka pada tuan jahat. namun mulutnya tidak mampu untuk mengeluarkan suara hanya dapat diam membisu sambil menangis seraya memeluk erat Biri di barisan paling belakang. 

Mengingat senyum manis kedua kakaknya membuat gadis cantik itu semakin dilanda rasa bersalah. Ditambah ingatan-ingatan saat bersama kedua kakaknya membuat dadanya sangat sesak.

Bellila mengambil nafas dalam lalu mengehela kasar, gadis itu beranjak dari duduknya  berjalan menuruni anak tangga. Bellila memilih pergi ketaman belakang panti untuk menghirup udara segar seraya memikirkan langkah apa yang harus dirinya ambil untuk kedepannya.

Saat berjalan Bellila tidak sengaja melihat ibu panti yang membantu gadis cantik yang tak lain adalah Pinny teman sebaya Belli yang tengah kesulitan menjemur baju milik gadis itu. Terlihat jelas bahwa ibu sangat perhatian dan baik hati namun Bellila masih tidak menyangka bahwa selama ini ibu adalah orang jahat untuk mereka semua termasuk dirinya. Membohongi mereka dengan wajah baik dan sikap layaknya seorang ibu saat didepan mereka semua.

Bohong jika Bellila tidak kecewa atas tindakan ibu pada kakak-kakaknya. Bellila bahkan bertanya-tanya kenapa ibu menjual mereka semua? Kenapa ibu berubah? Apa ibu sudah tidak sayang pada anak panti seperti dirinya? Apa kita semua menyusahkan ibu sehingga ibu menjual kita pada tuan jahat? Pertanyaan itu terus berputar sedari ia mengetahui fakta yang mengejutkan itu

Seketika tubuhnya menegang serta mata Bellila membelalak saat ibu panti menoleh ke arahnya dengan senyum manis andalan. Kedua tangan gadis itu kembali bergetar bahkan berkeringat membuat telapak tangannya basah. Dengan terburu-buru Bellila pergi menuju ruangan depan untuk berkumpul bersama anak-anak lain. Niat ketaman ia urungkan karena perasaan takut jika bertemu ibu nantinya.

“Belli ada apa? Kenapa kamu berlari dari arah taman?” tanya kakak perempuan berambut kepang di hadapannya.

“hahah tidak ada apa-apa kak” ujar seraya tersenyum menampilkan gigi putihnya agar menyakinkan kakak perempuan dihadapannya. Sebisa mungkin Bellila mengatur nafas yang terengah engah karena berlari dari taman belakang menuju ruang tengah.

“kalo gitu ayo bantu kakak memotong sayur di dapur” ajak Oni pada Bellila tak lupa tangan mereka yang terpaut atau lebih tepatnya Oni lah yang memegang tangan mungil Bellila

Sedangkan gadis cantik hanya pasrah mengikuti kakak Oni menuju dapur. Jika di pikir-pikir lebih baik ia mengikuti ka Oni dari pada harus bertemu ibu panti yang seperti monster pikirnya.

“dimana Biri? Biasanya selalu kamu bawa?” tanya Ka Oni penasaran, pasalnya Bellila selalu membawa boneka domba putih kesayangannya kemanapun gadis itu pergi. Namun hari ini ia tidak melihat Belli membawa Biri di tangannya.

“ah itu, aku tinggal di kasur kasian Biri masih tidur. Lagian aku malas melihat Pinny selalu iri dengan Biri yang terlihat imut dibandingkan boneka Annabelle miliknya” balas dengan polos bahkan suaranya terkesan lucu saat di dengar

“hahaha kamu ada-ada aja. Lagian boneka kalian sama-sama imut ko” ucap Oni membuat Bellila mendengus

“tidak! hanya Biri yang imut, yang lain burik” ujarnya ketus. Enak saja menyamakan domba comelnya dengan boneka burik milik Pinny. Tidak sudi!

Oni hanya mengangguk-anggukan saja daripada Bellila marah padanya.

Mereka telah sampai pada pintu dapur, saat pintu terbuka Belli dapat melihat 5 kakak perempuan berada di dapur dengan kegiatan masing-masing. Memang urusan dapur di pegang oleh kakak-kakak perempuan tertua di panti sedangkan anak usia di bawah mereka membantu mencuci baju dan menjemur. Sedangkan anak laki-laki membersihkan kamar dan menyapu rumah serta halaman. 

“loh Belli kenapa ada disini?” tanya perempuan berkulit kecoklatan yang memiliki senyum manis sedang memotong sayuran

“aku yang mengajaknya, dari pada didepan dengan anak laki-laki lebih baik aku ajak kesini untuk sedikit membantu” jawab ka Oni

Mereka hanya mengangguk lalu kembali melanjutkan pekerjaan mereka. Sedangkan ka Oni melangkah untuk mengambil wortel yang sudah dikupas dan memberikannya pada Belli untuk dicuci

“tolong bantu kakak cuci wortel ini ya” pinta Oni secara lembut

“oke bos” Bellila mengambil wadah berisi wortel lalu membawanya pada air yang mengalir di samping dapur.

Bellila mencuci wortel dengan penuh semangat, bahkan gadis itu berkali kali memastikan bahwa semua wortelnya tercuci bersih. Setelah memastikan kembali bahwa semua wortelnya bersih Bellila membawa dan memberikannya pada ka Oni yang sedang menggoreng tempe.

“ini kak wortelnya sudah bersih”

Oni menengok menatap wortel yang memang sudah sangat bersih lalu mengambil wortel, tak lupa mengucap terima kasih pada adik manisnya.

20 menit berlalu akhirnya semua masakan telah selesai. Mereka membawanya pada meja makan panjang yang ada di ruang tengah dibantu para anak laki-laki. Hari ini adalah hari kebahagiaan untuk anak panti karena ibu membeli daging ayam untuk menu makanan hari ini. Sudah lama bagi mereka tidak menyantap daging ayam karena ibu sangat amat jarang membelinya, mungkin jika ada uang lebih ibu akan membeli untuk menu makan mereka. 

Sekitar 25 anak panti sudah berkumpul di meja makan, untuk melaksanakan sarapan pagi. Sebelumnya ada 36 anak panti tetapi 11 anak panti sudah di adopsi meninggalkan 25 anak lainnya yang masih menetap di panti seraya menunggu giliran mereka yang akan di adopsi yang entah itu kapan terjadi.

Dulu Bellila juga sangat amat ingin diadopsi namun kala itu umurnya yang masih belia membuat Bellila harus bersabar. Tetapi saat mendapatkan fakta kemarin membuat gadis itu tidak lagi ingin diadopsi, kini di otak kecilnya hanya memikirkan cara untuk pergi dari panti tanpa ada yang mengadopsi dirinya.

Seketika tubuhnya menegang kala ada tangan besar yang mengelus rambut hitam legam miliknya. Bellila tidak mampu untuk menengok ke arah belakang karena perasaan takut tiba-tiba menyerang, gadis itu sangat tahu pemilik tangan besar yang mengelus rambutnya.

“kenapa tidak dimakan sayang?” tanyanya yang terdengar begitu menyeramkan di pendengaran Belilla

“ah… Belli hanya bingung ingin makan yang mana karena semuanya terlihat enak hehehe” tuturnya yang tentu berbohong. Bellila sangat tahu bahwa makanan enak ini semua adalah hasil dari penjualan kedua kakak, maka dari itu Bellila sangat tidak ingin memakan makanan di depannya namun disisi lain ia juga tidak mau dicurigai lebih dalam oleh ibu panti.

“Bukannya Belli sangat suka ayam?”

“iya benar, Belli akan mengambil ayam saja kalo begitu” dengan ragu Bellila mengambil sepotong ayam kecap yang terlihat menggiurkan di matanya, namun lain hal dengan perasaan yang menahannya untuk tidak memakan ayam didepannya.

Sedangkan ibu panti sudah berjalan menuju bangku miliknya. Tetapi arah mata wanita itu terus menatap Bellila yang menunduk seraya memakan sedikit demi sedikit nasi yang ada di piring gadis kecil itu. Wanita itu tersenyum tipis yang memiliki banyak arti.

Semua anak tidak merasa curiga dengan Bellila yang belakangan ini bertingkah lebih kalem dari biasanya atau ibu panti yang sedari kemarin malam terus memperhatikan Bellila secara diam-diam. Mereka terlalu menikmati makan lezat hari ini atau terlalu merasa senang atas kebahagiaan kedua kakaknya yang akhirnya diadopsi setelah menunggu lama.

**

Jangan lupa vote dan comment

Sampai bertemu di part selanjutnya

BELLILA (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang