Part 23

26.4K 2K 22
                                    

Happy reading 💕

**


Atas kejadian siang hari yang membuat trauma Bellila kembali muncul. Gadis itu enggan melepas pelukannya pada Aslan selama 2 jam lamanya.

Padahal Oscar, El dan Prince mencoba membujuk Bellila untuk melepas pelukannya pada Aslan. Namun Belli hanya membalas dengan gelengan kepala tanpa melihat wajah ketiga kakaknya.

Dipikiran gadis itu hanya tertuju pada Aslan. Bellila juga merasa aman jika berada di dekat Aslan, bukan tanpa alasan namun karena pada rasa takutnya yang tidak lagi dapat dibendung hanya ada Aslan disampingnya, bahkan pria itu memeluknya dengan sangat lembut. Itu mengapa Bellila hanya membutuhkan Aslan jika disaat traumanya itu kembali .

Hingga kini jam menunjukan pukul 7 malam, dimana sekarang adalah waktunya makan malam.

Aslan sudah berusaha membujuk putrinya untuk turun keruang makan, namun berkali-kali gadis itu menolak. Ia masih setia memeluk Aslan dengan erat seraya menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Aslan.

"Sayang nanti perut kamu sakit, daddy akan sedih kalo princess daddy sakit" bujuknya kembali seraya mengelus rambut panjang Bellila

"Daddy" Belli mendongak menatap wajah Aslan dengan mata sayunya

Cup

Aslan mengecup kedua mata putrinya "Belli harus makan dulu baru tidur oke"

"Daddy gendong kan?" Tanyanya dengan suara sangat pelan

"Tentu"

Tanpa berkata lagi Aslan menggendong Bellila dan membawa gadis itu ke ruang makan

Diruang makan sudah ada Oscar dan kedua anak laki-lakinya yang sedang duduk anteng dengan kesibukanya masing-masing hingga tak sadar jika Aslan dan Bellila sudah berada didekat mereka

"Ayo duduk sayang" Aslan menurunkan Bellila di bangku sebelah dirinya dan Oscar

"No daddy no" Bellila mengeratkan pelukannya

Aslan membuang nafas pelan "oke"

Acara makan malam pun dimulai tanpa obrolan apapun di meja makan. Karena itu memang sudah menjadi aturan yang Aslan buat sedari dirinya menikah.

**

Di tempat yang berbeda, Declan sibuk memikirkan apa yang akan dirinya bawa esok hari untuk Bellila.

Declan berdecak sebal kala otaknya benar-benar tidak dapat berpikir.

Sedangkan Zega hanya menatap datar adiknya. Declan selalu datang ke kamarnya hanya untuk berpikir. Katanya kamar zega rapih dan wangi.

Ya itu karena Declan sangatlah jorok, banyak bekas makanan yang berceceran di kamar pria itu. Declan sangat suka bermain game sambil menyemil itu mengapa tak heran kamarnya akan sangat berantakan.

"Aaakhhh" Declan mengusap kasar rambutnya

"Abangggg" rengeknya

Zega hanya mendehem dengan pandangan matanya yang tak lepas dari buku pelajaran kimia miliknya.

Declan mendekat, pria itu duduk bersebelahan dengan Zega.

"Menurut abang aku beliin apa buat peri kecil?" Tanyanya dengan pandangan serius menatap Zega

"Siapa peri kecil?"

Declan kembali berdecak malas "aku tanya, abang malah nanya balik gimana sih" ujarnya sebal

"Aku hanya bertanya"

"Jadi gimana?"

"Apanya?"

"Abangggg" rengeknya kesal

"Menjijikan"

"Beli apa yang dia suka" jawabnya

Declan membuang nafas kasar, yang jadi permasalahnnya adalah Declan tidak tau apa yang disuka peri kecilnya.

Zega melirik Declan yang terdiam dengan wajah yang lesu. Zega menghela nafas lalu menutup buku kimia di tangannya dan menaruhnya di atas meja di depannya

"Belikan boneka dan coklat"

Mendengar ucapan Zega, wajah lesunya berubah menjadi tersenyum lebar

'Boneka' seketika ia ingat bahwa Bellila menyukai Boneka domba, seperti hari ke2 dirinya menjenguk Bellila kala gadis itu masih berada di rumah sakit.

Saat itu Bellila terus memeluk boneka domba putih, gadis itu juga memperkenalkan dirinya dengan boneka domba itu. Ia ingat boneka itu bernama Biri.

"Abang pinter" pekiknya senang dan tak lupa mengecup sekilas pipi Zega. Itu adalah kebiasaan Declan untuk mengucapkan terima kasih.

Zega hanya mengangguk lalu berlalu pergi menuju perpustakaan untuk kembali mengambil buku, karena buku kimia yang baru ia baca sudah selesai dan sudah menyerap semua tulisan yang ada di buku itu. Seperti membaca novel memang.

Sedangkan Declan mengotak-atikkan ponselnya mencari nama Biovan

"Halo tuan muda"

"Tolong belikan boneka domba yang besar dan berbagai macam coklat. Besok pagi harus sudah ada di kamar ku" perintahnya

Biovan menegerutkan kening bingung
'Boneka domba dan coklat' untuk siapa?. Namun tidak ingin memikirkan terlalu jauh Boivan hanya melaksanakannya saja

"Baik tuan"

Declan memutuskan panggilan secara sepihak. Pria itu bangkit dari duduknya lalu berjalan menuruni tangga kelantai satu.

Melihat suasana sangat sepi, Declan hanya mengangkat bajunya acuh. Ia sibuk sekarang sibuk memikirkan baju apa yang akan dirinya pakai untuk esok seraya meneguk segelas air putih kedalam mulutnya.

"Ah tidak sabar bertemu peri kecil, apa dia masih ingat denganku?" tanyanya pada dirinya sendiri.

**

"Aku merindukanmu littel baby" ucap seorang anak laki-laki berusia 15 tahun seraya memandang sebuah foto dirinya dengan anak perempuan yang tersenyum kearah kamera sambil memegang sebuah cake ulang tahun yang sederhana

**

Jangan lupa vote dan komen

Next

Byeee

BELLILA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang