Part 29

23.7K 1.8K 48
                                    

Happy reading 💕

**

Sudah 1 minggu berlalu semenjak pertemuan Bellila dengan Rianzo dan Erland di acara meeting kala itu.

Terhitung 2 jam Bellila berada di kamarnya setelah melakukan sarapan pagi bersama Aslan dan ketiga kakak laki-lakinya.

Kini Bellila hanya bisa berdiam diri seraya menatap keluar jendela. Bellila merasa bosan terlebih kakak ketiganya sedang bersekolah dan kedua kakak laki-lakinya yang lain pun pergi bekerja, begitupun dengan Aslan.

Berbicara tentang sekolah, Bellila tidak di izinkan bersekolah seperti El karena Aslan tidak ingin hal buruk terjadi kepada Bellila. Oleh sebab itu Aslan hanya menyuruh Xio untuk mendatangkan guru terbaik untuk mengajar Bellila di rumah.

Bellila awalnya merasa sedih, karena sedari dulu yang ia inginkan ialah dapat bersekolah seperti anak lainnya. Dulu Bellila hanya bisa melihat anak seusianya berjalan kaki bersama teman-temannya seraya tertawa dengan mengenakan seragam sekolah lengkap. Gadis itu hanya bisa tersenyum miris melihat pemandangan yang selalu membuatnya iri. Ia hanya bisa berharap tuhan mengabulkan permintaan sederhananya.

Tetapi mendengar alasan Aslan, setitik rasa hangat di hatinya membuat ia akhirnya menyetujui walaupun keinginan untuk bersekolah seperti El sangat besar. Bellila hanya bisa bersyukur setidaknya Aslan memberikan guru perempuan yang sangat baik dan mengajarka dirinya begitu sabar.

Bellila menghembuskan nafas lelah, seperti ia terlalu lama duduk di dekat jendela. Gadis itu memutuskan menemui bibi Mirra.

Bellila berjalan menuju lantai satu. Seperti bibi Mirra berada di dapur, karena selama berjalan ia tidak melihat batang hidung wanita itu.

Langkahnya terhenti ketika pandangannya jatuh pada seorang pria yang duduk di sofa ruang keluarga dengan laptop berwarna hitam ada diatas paha pria itu.

Bellila menyerngit bingung, bukankah kakak Prince tadi berpamitan untuk pergi ke kantor. Tetapi kenapa pria itu berada di ruang keluarga?.

Gadis itu memutuskan untuk menghampiri Prince. Kakinya berjalan secara perlahan. Sebenarnya gadis itu ragu untuk mendekat ke kakak keduanya, pasalnya Prince sangat jarang berbicara padanya, jadi Bellila selalu menganggap bahwa Prince tidak menyukainya kehadirannya.

"Kakak Prince" suara panggilan itu terdengar sedikit pelan

Merasa terpanggil, Prince menoleh kearah suara. Terlihat Bellila yang berdiri dengan kedua tangannya yang memegang ujung baju miliknya.

Prince hanya mendehem, lalu kembali menatap laptop di atas pahanya sambil jari-jari besarnya kembali mengetik.

"Kakak tidak jadi pergi kekantor?" Tanya Bellila

"Tidak"

"Apa kakak sibuk?"

"Iya"

Bellila menunduk kepala, sebenarnya gadis itu ingi mengajak Prince pergi ketaman untuk bermain bersama. Ia sangat ingin bermain dengan kakak keduanya tetapi Prince selalu menolak dengan berbagai macam alasan.

"Baiklah kakak..... kakak jangan terlalu memaksakan diri untuk terus bekerja, cobalah untuk sedikit beri tubuh kakak istirahat agar kakak tidak mudah sakit" Bellila sengaja berkata seperti itu, karena Prince terlalu sibuk dengan kerjaannya hingga tidak memikirkan kesehatan tubuhnya sendiri.

"Kalau begitu Belli permisi"

Mendengar nasihat Bellila, jari-jarinya langsung berhenti mengetik. Bukan sekali, dua kali gadis itu memberikan nasihat atau mengingatkanya tentang jangan telat makan, jangan tidur terlalu larut, jangan lupa istirahat dan masih banyak lagi. Hal itu membuat hati Prince sedikit menghangat walaupun berkali-kali pria itu menepis perasaan hangat yang menjalar di hatinya.

BELLILA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang