Part 3

34.8K 2.1K 14
                                    

Happy reading 💕

**

Malam ini semua anak panti berkumpul untuk makan malam bersama ditambah Bellila yang sudah kembali ikut setelah 2 hari pemulihan luka-luka tubuhnya. Buruntung selama 2 hari ibu pergi membuatnya dapat tertidur dengan tenang.

Gadis itu duduk dengan anteng di bangku miliknya yang bersebelahan dengan kakak laki-lakinya bernama Berto dan berhadapan dengan Pinny. Jujur ia sangat tidak nafsu untuk makan terlebih lagi ia tau bahwa uang yang ibu dapat bukanlah uang halal. Namun mau bagaimana pun ia harus hidup demi sebuah keadilan dan kebenaran.

Sedari tadi Pinny diam-diam melirik kearah Bellila yang terlihat tidak nafsu makan. Tidak seperti biasanya yang makan selalu lahap apalagi menu hari ini ada ayam kecap kesukaannya, namun sepotong ayam pun tidak tersentuh oleh gadis itu.

Setelah makan semuanya di wajibkan membereskan kembali piring-piring kotor mereka masing-masing dan jika sudah selesai semua anak panti diharuskan masuk kekamar untuk tidur. Disaat perjalanan kembali ke kamar tiba-tiba tangan Bellila ditarik oleh Pinny dari balik tembok. Gadis itu sedikit melirik kanan dan kiri takut ada seseorang yang datang apalagi jika itu ibu.

“kenapa Ila makan sedikit?” tanyanya pada Bellila seraya menatap kedua mata Bellila

Bellila yang di tanya seketika di landa gugup, bagaimana jawabnya? Masa ia harus menjawab kalo uang yang di pake ibu untuk memberikan kita semua makan adalah uang haram, seakan tidak mungkin untuk jawab seperti itu.

“perut aku lagi kurang enak jadi makanan yang masuk bikin aku mual” ucap bohong Bellila, ia berharap Pinny percaya.

“kamu bohong!” sentaknya sedikit meninggi

“Bellila aku saudara kamu, aku tau kamu bohong. Mata kamu aja nggak mampu menatap mata aku saat berbicara”

“Pinny sebaiknya kamu pergi ke kamar kamu, nanti ketahuan ibu jika kita belum masuk kamar” Bellila mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin Pinny juga terkena masalah seperti dirinya. Cukup dirinya saja yang merasakan semuanya, tidak untuk sodaranya.

“jangan mengalihkan pembicaraan Ila”

“Pinny aku mohon kamu-“

“kalian ngapain masih disini?”

Tubuh Pinny dan Bellila mendadak menegang, dengan cepet keduanya menoleh kearah suara. Ibu, wanita itu berada di samping mereka dengan tatapan nyalang.

“ibu?” jeda “aku lagi nanya Ila tentang buku gambar aku yang Ila pinjam sebulan yang lalu” jawab Pinny dengan senyum manis

Ibu menaikkan satu alisnya seraya  meneliti wajah Pinny lalu beralih menatap Bellila yang menunduk. “kenapa bisa di Bellila?”

“ah itu karena aku pinjamin dia buku gambar, tapi aku lupa ternyata Ila udah balikin bukunya minggu kemarin hehehe” Pinny terkekeh atas kebodohannya yang berbohong pada ibu

Ibu mengangguk-anggukan kepala, kini wajah datarnya berubah tersenyum lembut. “kalo gitu kembali ke kamar kamu. Ibu akan mengantar Bellila ke kamarnya” ucapan ibu yang memiliki niat tersembunyi

Sebelum Pinny menjawab, ibu lebih dulu memegang tangan Bellila dan membawa gadis itu menuju kamar. Pinny menatap punggung Bellila dengan tatapan bersalah, sementara itu Bellila hanya dapat pasrah jika ibu kembali melukai dirinya.

Sesampainya di kamar Bellila ibu mendorong Belli sangat kencang membuat gadis itu tersungkur dan kepalanya terbentur pinggiran kasur. Darah segar kembali keluar dari kening Bellila membuat kepala gadis itu sedikit pusing.

BELLILA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang