Part 52

13.3K 1.3K 126
                                    

Happy reading 💕

**

"Minta maaf sekarang Bellila" tekan Erland yang menatap jengah pada adiknya yang terus menangis seraya memeluk Lucas.

"Aiss aku ingin sekali membunuhmu kakak Er" Declan terkekeh sumbang lalu menatap Erland dengan tatapan tajam

"Aku rasa kau tidak terlalu bodoh untuk bisa memastikan kembali, terlebih diseluruh sudut mansion ini terdapat cctv. Kita bisa melihat kebenarannya dari cctv, bukan begitu nona Anya" Declan tersenyum miring saat wajah Anya berubah pias tangannya bahkan gemetaran.

"Aku—aku yang salah Teo, aku ceroboh karena ngga lihat Bellila. Adik—adik kamu ngga salah" ujar Anya terbata-bata, Anya ceroboh karena melewatkan hal ini. Tidak mungkinkan mansion sebesar ini tidak ada cctv.

"Tapi tetap saja, Bellila harus minta maaf. Lihat kaki kamu terluka dan kalau terjadi sesuatu pada kandunganmu gimana?"

"Kakak sepertinya kembali melupakan bahwa peri kecilku juga terluka"

Erland menatap lekat kaki kanan Bellila yang terperban "itu hanya luka kecil dan tidak sebanding dengan Anya" ucapan itu kembali menyakitkan Bellila, gadis itu semakin mengeratkan pelukannya pada Lucas

Lucas bangkit seraya menggendong Bellila meninggalkan ruang keluarga. "Lucas Bellila belum minta maaf pada Anya" teriak Erland yang benar-benar marah pada sikap adiknya yang tidak sopan

Lucas langsung menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap dingin Erland dan Anya karena perempuan itu ada dalam pelukan Erland. "Adikku tidak saya ajarkan untuk meminta maaf pada orang yang salah. Dan saya tekankan, saya bukan orang yang sabar, jadi saya harap nona bisa menjaga tingkah laku ketika nona hanya menumpang disini" Lucas menatap penuh kebencian pada Erland "Dan untuk mu, sepertinya permintaan maaf akan lebih cocok ketika anda yang mengucapkan kata itu kepada adikku dimana waktu penyesalan akan benar-benar terjadi. Dan saya harap di hari itu tiba, Bellila tidak dengan mudah memaafkan anda begitu saja"

**

Setelah kejadian pada sore tadi, malamnya Erland tengah termenung di ruang kerjanya. Perkataan Lucas membuatnya kepikiran, apa ia terlalu berlebihan pada Bellila. Tapi satu sisi ia membenarkan tindakannya, sebagai calon ayah, ia hanya tidak ingin anaknya kenapa-kenapa. Anya terjatuh dan itu berbahaya untuk kandungannya.

Melihat perban yang membalut kaki Bellila perasaan khawatir menyelimuti hatinya tapi entah kenapa malah kata itu yang keluar dari mulut Erland, dan Erland yakin ucapan itu pasti membuat adiknya bersedih.

Erland mengacak-acak rambutnya frustasi, rasa bersalah memang lebih dominan tapi dia ragu untuk minta maaf atau sebenarnya Erland enggan.

"Teo" Anya datang dengan tatapan sendu

Erland membuang nafas panjang "kenapa"

"Kamu ngga ikut makan bareng, itu pasti karena aku ya. Maaf" lirih Anya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Bukan salah kamu, aku ngga ikut karena mau nyelesain kerjaan aku aja" Erland mendekat dan memeluk Anya seraya mengelus rambut panjang Anya yang berwarna pirang.

"Kamu udah makan?" Anya menggeleng pelan

"Kenapa belum makan, kamu tau dituduh kamu ngga cuman ada kamu tapi baby. Pikirin dia juga sayang"

"Maaf, aku mau makan bareng kamu tadinya tapi ternyata pas sampai ruang makan kamu ngga ada"

"Kalau gitu ayo kita makan" ajak Erland seraya menggenggam tangan Anya

Anya menarik lembut tangan Erland membuat pria itu memberhentikan langkahnya dan menengok ke arah Anya.

"Kenapa?" Satu alis Erland terangkat

BELLILA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang