Awin hanya bersikap acuh dengan tatapan tajam dari opa nya bahkan dirinya masih bisa meminum jus dengan tenang, berbeda dengan kedua adik nya yang sudah menunduk takut.
"Tahu apa kesalahan mu?!" Suara dalam tersirat tajam itu membuat Awin menatap opa nya cuek.
"Aku hanya bermain" Acuh nya.
"Dengan melakukan sex?" Sinis Mattheo.
Awin memutar bola matanya jengah, kenapa semua orang seolah mengkritik apa yang selalu dia lakukan? Apa salahnya jika seorang pria bermain dengan banyak wanita? Apa itu tindak kriminal?
"Aku adalah seorang pria dewasa opa! Dan berhak untuk tidur dengan siapapun, opa tidak berhak mengomentari hidup ku" Cerca Awin tanpa rasa takut sedikitpun karna di sini dia tidak melakukan kesalahan apapun, jadi tidak perlu untuk takut.
Mattheo memijat pelipisnya dengan geraman rendah dia juga membuang nafas nya lelah. "Kau masih berumur 15 tahun, anak dengan umur segitu tidak melakukan sex Awin. Kau keterlaluan---"
"Opa ini adalah hidup ku dan aku berhak untuk melakukan apapun" Potong nya penuh penekanan bahkan mata nya membalas tatapan tajam dari opa nya.
"Dimana sikap sopan mu?" Sentak Pawat pada adik nya yang begitu keras kepala.
"Aku akan selalu bersikap sopan jika kalian tidak ikut campur dalam hidup ku! Cukup dengan perjodohan sialan itu, kalian terlalu mengekang hidup ku" Desis nya kesal nan tajam. Dia tertekan dengan semua keinginan dari opa nya yang begitu kekeh menjodohkannya dengan Bright.
"Bukan kah dulu kau selalu ingin menikah dengan nya" Mattheo merubah nada bicara nya dengan pelan berusaha mengontrol emosi nya yang siap meledak.
Awin berdecih, "Aku memang sangat menginginkan nya bahkan sangat mencintai nya, tapi Bright mencintai seorang wanita dari panti asuhan itu! Apa yang harus aku harap kan dari nya? Pernikahan? Bahkan aku yakin pernikahan kita tidak akan bahagia selama ada wanita rendahan itu" Pekik Awin dan langsung berlari ke kamar nya meninggalkan ruang tamu yang mendadak hening.
"Gulf jangan tahu masalah ini" Anne langsung melangkah pergi menuju kamar nya.
Sementara di sisi lain seorang pria duduk termenung di dekat ranjang dengan tatapan yang kosong tapi mengeluarkan lelehan bening dari manik indah itu.
Awin hanya ingin melampiaskan semuanya, dia hanya ingin melindungi milik nya dengan membunuh atau merusak siapapun yang dekat dengan milik nya, tapi kenapa mereka semua tidak ada yang mendukung nya?
Dirinya juga ingin di mengerti tapi kenapa opa nya seolah tutup mata akan kesedihan yang dia derita?
Memang dia masih mencintai Bright tapi itu tidak bisa membuat nya lemah, Awin sangat benci di injak oleh siapapun. Dirinya menjunjung tinggi harga diri nya, siapapun tidak ada yang boleh menyaingi atau merendahkan nya.
Dan baru kali ini Awin kalah oleh seorang wanita rendahan dari panti asuhan!
Tidak Awin tidak merendahkan seseorang yang berasal dari panti asuhan tapi wanita itu merebut milik nya. Bright begitu jauh dari nya bahkan pria itu terkadang membentak atau mengeluarkan kata kasar pada Awin.
Dia tidak boleh lemah hanya karna cinta bukan? Anak dari Jongcheveevat tidak pernah di ajarkan untuk menjadi lemah, apalagi sang mommy sudah mendidik nya dengan begitu keras untuk membalas siapa saja yang menyakiti nya.
"Awin kau selalu bertindak seperti anak kecil" Ujar Pawat ikut duduk di samping adik nya.
Awin hanya terdiam tidak berminat membalas kata sang kakak.
"Menangislah jika memang sakit, kau tidak harus menjadi brengsek hanya karna cinta---"
"Jika menangis itu akan semakin lemah lebih baik aku menjadi brengsek, ternyata sangat menyenangkan bermain di ranjang" Sarkas nya tajam.
Pawat menggeleng melihat kelakuan adik nya memang dari dulu hanya Awin yang selalu tidak ingin kalah dari siapapun, dia terlalu mirip dengan mommy nya. Pawat terkadang juga sedikit takut jika sang adik di kuasi oleh tindakan gila nya, Awin terlalu mirip dengan sang ibu.
Pawat mendongak dan menerawang jauh di masa lalu nya, "Padahal dulu kau sangat kekeuh ingin selalu bersama Bright, kau sangat mencintai nya dan mengikutinya kemana pun dia pergi. Kau sangat aktif dalam mengejar nya dan agresif dalam mendapatkan nya... Kenapa sekarang malah begini? Adik ku bahkan merayakan saat tahu akan di jodoh kan oleh Bright, kemana adik ku yang agresif itu?" Ejek Pawat.
Awin tertawa geli mendengar nya, "Dulu aku bodoh." Singkat nya.
Pawat melihat lamat wajah sang adik dari samping yang mirip mommy nya, "Apa sekarang cinta nya masih ada?"
"Stop mengurusi percintaan ku, kau urus saja kisah mu yang bahkan lebih rumit" Dia melihat kakak nya sinis.
"Terjebak di hubungan antara saudara" Sindir Awin.
"Aku hanya mencintai Nanon" Datar nya.
Awin tertawa mengejek kakanya, "Mencintai Nanon tapi lebih memprioritaskan Chinon? Kau mirip dengan Mew, brengsek" Suara Awin terdengar dingin saat mengatakan itu, dia terlalu membenci Chimon karna merusak hubungan kakak dan sahabat nya.
"Kau tidak tahu masalahnya, Chimon kasihan---"
"Nanon juga kasihan kak! Padahal Nanon anak kandung uncle Off tapi kenapa di perlakukan dengan tidak layak?"
"Chimon juga anak kandung dari uncle Off bahkan anak dari uncle Gun"
"Cih padahal Chimon anak hasil perselingkuhan juga" Jawab nya dalam hati, dia masih tidak ingin mengungkapkan itu sekarang, nanti suatu hari nanti informasi ini pasti akan sangat berguna untuk menghancurkan Chimon.
Pawat dengan sigap menghapus pipi adik nya yang basah, "Se brengsek apapun daddy kau tidak boleh menghinanya, karna dia kau ada di dunia" Jelas Pawat lembut melihat sang adik begitu hangat nan teduh.
Awin memutar bola mata nya malas melihat sang kakak dia lalu melepaskan tangan sang kakak dari pipi nya.
"Kalau kita bukan saudara aku akan memperkosa mu" Cerca Awin datar.
Pawat melebarkan mata nya dan memukul kepala Awin keras membuat sang adik meringis kesakitan. "Kau gila?!" Teriak Pawat menutup dada nya dengan lengan nya.
"Tidak perlu memukul sialan! Aku hanya bilang, lagian aku tidak bernafsu melihat mu" Sarkas Awin memincingkan mata nya kesal.
Pawat sedikit memberi jarak untuk kedua nya dia ngeri dengan perkataan horor dari Awin, takut jika di perkosa sungguhan!
Tapi tunggu Pawat merasa ada yang kurang di mansion.
"Daddy dan Mommy di mana?" Tanya nya baru sadar karna tidak melihat kehadiran orang tua nya sejak tadi pagi.
"Mereka pergi ke paris katanya ada urusan bisnis" Acuh nya menggulirkan beranda ponsel nya.
"Bisnis?" Ulang Pawat aneh.
Awin mengangguk kecil dan mereka terdiam beberapa menit sampai Pawat kembali membuka suara.
"Kau siap memiliki adik lagi?"
"Kalau kau tidak mau bunuh saja" Jawab Awin seolah tidak ada beban dalam mengatakan nya.
"Hei!"
"Bisakah jangan berteriak?" Dingin Awin.
"Otak mu kriminal sekali" Pawat berucap tidak percaya pada Awin. Di pikir nyawa itu mainan apa, seenaknya saja mengatakan untuk membunuh orang.
"Code juga sudah besar kak jadi kalau mom mengandung lagi biar kan saja, selagi tidak mengusik bagian saham ku saja" Ucap Awin pelan dia terlalu fokus pada ponsel nya dan saling mengirim pesan pada Fiat untuk pergi ke club malam nanti.
Pawat langsung memasang wajah lesu nya dan menjatuhkan kepalanya pada bahu Awin dia juga mulai memejamkan mata nya karna lelah.
"Aku tidak ingin memiliki adik lagi, aku sudah cukup memiliki tiga adik" Lesu nya sembari menyamankan kepala nya pada bahu Awin.
Awin mengelus kepala kakak nya dan hanya menjawab gumaman saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
JONG'S FAMILY S2
FanfikceS2 dari single mother! kata siapa jika pernikahan yang saling mencintai berakhir bahagia? tapi pernikahan dari Mew dan Gulf selalu di sertai oleh kebahagiaan, sekali lagi perlu di ingatkan bahwa ada takdir yang bisa merenggut kebahagiaan mereka. ...