Hari pertama menjadi istri seorang Juliano Leonard benar-benar mengubah hidup Elmira. Pagi ini ia sudah bangun dan pergi menuju dapur. Ia berniat memasak untuk sarapannya dan suaminya. Elmira sudah memutuskan untuk mencoba menerima semua takdir yang diberikan Tuhan kepadanya.
Namun Elmira belum memiliki rencana untuk memasak apapun. Ia memutuskan untuk mengecek ke dalam kulkas. Begitu pintu kulkas dibuka, Elmira dapat melihat daging yang masih terbungkus rapi dengan keju moza di samping nya.
Begitu melihat potongan keju itu seketika perut Elmira serasa diaduk. Ia mual setelah mencium bau khas dari keju itu. Padahal keju merupakan makanan favoritnya. Tapi entah mengapa ia terus merasa mual.
Setelah menutup pintu kulkas, Elmira segera berlari ke dalam kamar mandi. Ia memuntahkan seluruh isi perutnya ke dalam westafel. Hanya ada cairan bening karena ia belum makan apapun.
Elmira terlihat pucat setelah merasa mual. Pun kepalanya yang sekarang ikut berdenyut. Elmira duduk di kursi makan seraya memijat pelipisnya. Ia tersentak saat sosok jangkung itu berdiri di samping nya. "K-kak," sapanya gugup.
"Sebentar, aku siapin sarapan dulu," ucap Elmira segera beranjak.
Namun perutnya tiba-tiba kembali merasa mual. Bukannya berjalan ke arah dapur, Elmira justru berlari ke arah kamar mandi dan kembali memuntahkan semua isi perutnya.
Liano yang menatap kesusahan seorang Elmirapun hanya diam di tempatnya. Ia masih lelaki sejati yang akan kasihan ketika melihat seorang ibu hamil kesusahan. Namun untuk Elmira, ia segera menepis rasa kasihannya.
Brak!!
Pria itu menggebrak meja ketika Elmira kembali "Kalau mual jangan di sini! Lo bikin napsu makan gue hilang pagi ini! Dasar queen bitch!" bentak nya dan kembali ke kamarnya untuk bersiap.
Perlakuan kasar itu membuat Elmira mematung. Ia benar-benar terkejut dengan apa yang dikatakan suaminya pagi ini. Apa merasa mual karena morning sickness juga merupakan sebuah kesalahan di mata Liano?
Sabar, Elmira. Lo harus sabar
~×~~×~
"Gimana perasaan Lo sekarang?"
Elmira dan Naomi berada di kantin saat ini walaupun Elmira sedang tak memiliki kelas hari ini. Setelah kejadian pagi tadi, Elmira memutuskan untuk segera pergi ke kampus dan sarapan di kantin. Ia mematuhi ucapan Liano yang melarangnya berada di apartemen saat ia masih merasa mual.
"Seneng, lega, sedih, takut."
Jawaban yang Elmira lontarkan membuat Naomi menaikkan alisnya, "Kenapa gitu?"
"Seneng karena Kak Lian bisa tanggung jawab sama gue dan bayi ini. Lega karena akhirnya anak gue nggak akan lahir tanpa ayah. Sedih karena gue udah ngehancurin perasaan keluarga gue, keluarga Kak Lian dan Kak Lian sendiri. Takut kalau gue jadi beban buat Kak Lian, dan gue takut kalau Kak Lian hancur saat kebenaran tentang kami terungkap."
Naomi hanya dapat menggelengkan kepalanya mendengarkan penuturan Elmira. Bagaimana wanita itu masih bisa memikirkan orang lain disaat wanita itu sendirilah yang mengalami masa paling sulit diantara semua orang.
"Kenapa Lo nggak pernah pikirin diri Lo sendiri, Ra? Di sini Lo yang paling tersakiti. Bukan Kak Lian atau yang lain."
Elmira menggeleng, "Gue nggak pantes buat dipikirin atau dikasihani, Na. Dosa gue udah banyak banget."
"Terserah Lo, Ra. Percuma gue ngomong sampai mulut gue berbusa sekalipun Lo nggak bakal ngubah pemikiran Lo itu."
Benar apa yang diucapkan Naomi. Elmira tidak akan mengubah pemikiran nya untuk menomorsatukan dirinya sendiri. Wanita itu selalu memikirkan orang lain. Bahkan Naomi masih ingat bagaimana Elmira menanyakan tentang pekerjaan kepadanya bahkan saat mereka baru mengenal. Wanita itu sudah memikirkan bekerja daripada menikmati masa-masa menjadi mahasiswa baru. Wanita itu lebih memikirkan cara untuk meringankan beban keluarganya daripada memikirkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MARRIAGE [END] - Dasha x Bright
Romance⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ Berawal dari malam itu, malam yang telah merubah hidup ELmira. Awal dari sebuah pernikahan yang menyeramkan bagi Elmira. Peraturan dalam pernikahan: 1. Elmira harus mengurus sendiri bayi yang tengah ia kandung 2. Elmira...