Bumi terus mengitari matahari sesuai orbitnya, begitu siang dan malam yang terus berganti setiap harinya. Hari-hari yang Elmira lewati dipenuhi oleh kegembiraan yang ia bangun bersama Liano, meskipun terkadang perdebatan antara keduanya juga tak bisa dihindari.
Pendapat Elmira soal momongan juga dengan cepat dihempaskan oleh Liano. Pria itu sungguh-sungguh dengan ucapannya soal anak dan kuliah. Karena ulah Liano, membuat nyawa kembali hadir dalam kandungan Elmira.
Pada akhirnya Elmira hanya bisa menerima takdir dan menjalaninya tanpa memikirkannya dengan berat. Pun Liano yang menepati janjinya untuk terus menjaga dan menjamin ia tak akan keteteran dengan tugas kuliah membuat Elmira melewati dua semester ini dengan lebih mudah.
Setiap hari Liano akan membuatkan susu dan sarapan untuk Elmira, mengantar Elmira ke kampus dan mengerjakan tugasnya sebagai mahasiswa di kampus dan atasan di kantor. Malamnya Liano akan mengecek tugas Elmira dan mengerjakannya agar istrinya bisa beristirahat dan menikmati masa kehamilannya dengan mudah.
Hal itu terus dilakukan hingga kehamilan Elmira sekarang memasuki minggu ke 36 dan sebentar lagi mereka akan kembali menyambut kelahiran anak mereka ke muka bumi ini. Terlihat perut Elmira yang semakin buncit, bahkan dua kali lebih buncit dari ibu hamil pada umumnya.
Benar, hasil USG yang mereka lakukan menunjukkan bahwa ada dua nyawa yang sedang bersemayam di kandungan Elmira. Namun mereka sama sekali tak mengetahui jenis kelamin anak mereka karena mereka ingin hal itu menjadi kejutan untuk mereka.
Elmira yang sedang menonton drama dengan semangkuk besar popcorn tiba-tiba teringat oleh sesuatu dan menatap suaminya yang tengah mengerjakan tugas kuliahnya.
“Sayang, besok kayaknya aku mau pergi sama Naomi deh ke acara ulang tahun Nadia.”
Nadia adalah teman sekelas Elmira dan Naomi yang akan berulang tahun yang ke 20 tahun besok. Dan mereka diundang untuk hadir di acara ulang tahunnya. Namun mendengar mendengar kata ulang tahun membuat Liano spontan memprotes ucapan istrinya.
Jangan lupakan apa yang terjadi pada mereka ketika wanita itu pergi ke pesta ulang tahun. Ya, saat itu karena dirinya yang terlibat dengan Elmira maka ia akan membiarkan kejadian itu tetapi sekarang ia tak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.
“Sama Naomi atau nggak, kamu nggak boleh ke acara ulang tahun-ulang tahun lagi titik.”
Wanita itu berdecak, “Tapi birthday partynya di rumah Nadia kok.”
“Tetep nggak boleh, lagian kamu lupa apa yang terjadi sama kita pas kami hadir di birthday party temen kamu? AKu nggak bakal biarin hal itu terjadi lagi.”
Elmira memutar bola matanya, “Sayang, itukan udah satu tahun yang lalu kenapa masih diinget-inget sih lagian karena itu juga kita jadi suami-istri asal kamu lupa.”
Elmira yang sekarang sudah pandai berbicara tak akan segan-segan mendebat suaminya jika merasa dirinya benar, “Lagian kamu nggak liat perut aku segede apa, siapa coba yang mau ngegoda bumil kayak aku.”
Liano menghentikan aktivitasnya dan memberikan tatapan elangnya pada Elmira, “Oh jadi kamu mau digoda sama cowok lain? Iya?”
“Bukan gitu maksud aku, atau nggak kamu ikut aja gimana? Biar aku bisa tetep ikut pestanya tapi kamu nggak khawatir sama aku. Kan kalau ada kamu ada yang jaga aku.”
“Nggak bisa aku besok ada meeting, babe.”
Elmira kembali berdecak, “Tuhkan kamu aj-akhhh!”
Perkataan Elmira terhenti ketika perutnya tiba-tiba bereaksi. Tangannya memegang perutnya dan tangan lainnya mengcengkram bahu Liano dengan kuat. Cairan bening mulai mengaliri kakinya. Hal itu tak luput dari perhatian Liano yang ikut panik.
“Bayinya mau keluar sayang,” ucap Liano panik.
“Iyaaa aku tau. Ayo ke rumah sakit!”
Dengan sigap Liano memapah istrinya menuju mobil yang terletak di basement. Ia segera membawa wanita itu menuju rumah sakit terdekat. Sepanjang perjalanan, Liano terus menerus menyuruh istrinya untuk menarik napas, menghembuskan napas, menarik napas lagi, lalu menghembuskan napas lagi. Begitu seterusnya hingga mereka sampai di rumah sakit.
Kedatangan mereka langsung disambut oleh perawat dan dokter yang bertugas. Elmira langsung dibawa ke ruang operasi untuk menjalani prosedur persalinan. Begitupun Liano yang ikut mengantarkan istrinya ke dalam ruangan.
Liano memperkuat genggamannya pada tangan Elmira. Ia tak mengalihkan pandangannya sedikitpun pada istrinya. Ia memang tak merasakan apa yang dirasakan oleh istrinya, tetapi ia tau sebesar apa perjuangan seorang ibu untuk melahirkan. Apalagi istrinya harus mengeluarkan dua nyawa, pasti memerlukan perjuangan yang lebih besar.
Berdasarkan pemeriksaan, kandungan Elmira memang cukup kuat sehingga aman untuk melakukan persalinan normal. Setelah beberapa saat menunggu pembukaan Elmira, dokterpun memilai proses persalinannya. Berulang kali dokter menyuruhnya untuk mengejan agar bayinya cepat keluar. Berulang kali pula ia merasakan sakit yang luar biasa.
Semakin lama, cengkraman tangan Elmira pada Liano semakin kuat, menandakan usaha yang ia lakukan untuk mengeluarkan bayinya juga semakin besar. Cukup lama ia mengejan hingga pada akhirnya seorang bayi keluar.
Oekk…oekk
Akhirnya setelah perjuangan besar, seorang bayi laki-laki berhasil keluar dari tubuh Elmira. Namun perjuangan belum selesai sampai disitu, masih ada satu nyawa lagi yang harus ia keluarkan.
“Aku capek..,” lirih Elmira dengan sangat lemah.
“Kamu pasti bisa, sayang. Aku yakin pasti bisa.”
Liano terus memberikan semangat kepada istrinya. Ia yakin Elmira adalah wanita yang kuat yang bisa melewati ini semua. Dan sepuluh menit kemudian seorang bayi berhasil keluar dengan selamat.
Oekk… oekk
“Selamat pak, bu. Bayi kembar laki-laki kalian berhasil keluar dengan selamat,” ucap dokter turut senang dengan kelancaran persalinan ini.
Tak ada hentinya Liano mengucap syukur kepada Tuhan karena membiarkan istrinya melahirkan dengan lancar. Ia tak dapat menahan air matanya karena begitu bahagia. Liano mengelus pipi Elmira dengan tangan yang penuh dengan bekas kuku Elmira dengan lembut. Memberikan kecupan pada kening wanita itu.
“Makasih,” ucap Liano.
Elmira hanya menanggapi suaminya dengan senyuman. Ia benar-benar tak berdaya bahkan untuk mengeluarkan suara setelah perjuangan yang ia lakukan untuk melahirkan dua jagoan kecilnya.
Setelah persalinan yang cukup melelahkan, Elmira segera dipindahkan ke ruang inap bersama dengan kedua bayinya yang telah dimandikan dan dirawat.
Tak lama kemudian Rimar datang bersama Damian. Suaranya langsung memenuhi seluruh ruangan begitu melihat kedua bayi mungil itu dalam dekapan menantunya.
“Cucu oma akhirnya lahir juga,” seru Rimar lalu menggendong salah satu bayi itu.
Rimar menatap seluruh inci majah bayi itu yang sangat mirip dengan anaknya. Bahkan ada dua wajah yang sangat mirip dengan anaknya. Ia terkikik ketika menyadari bahkan menantunya yang berjuang untuk melahirkan kedua bayi ini hanya mendapatkan hikmahnya saja.
“Cucu oma ini capa ci namanya,” tanya Rimar menoel hidung bayi yang ada dalam gendongannya sebelum beralih pada Liano dan Elmira. “Cucu mommy mau dinamai siapa?” tanyanya pada pasangan itu.
Sekejap keduanya saling bertatapan sebelum Liano mengeluarkan suaranya, “Lucas dan Leon.”
Welcome Lucas and Leonnn
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MARRIAGE [END] - Dasha x Bright
Romance⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ Berawal dari malam itu, malam yang telah merubah hidup ELmira. Awal dari sebuah pernikahan yang menyeramkan bagi Elmira. Peraturan dalam pernikahan: 1. Elmira harus mengurus sendiri bayi yang tengah ia kandung 2. Elmira...