28 - Good Daddy

40.9K 1.1K 7
                                    

Kita main uwu-uwuan dulu ya gais^^, Happy reading



_______________________



Berjalan merupakan hal yang mudah. Namun bagi Elmira saat ini, ia seakan sulit untuk melangkahkan kakinya. Menatap sosok sempurna yang juga sedang memandangnya membuatnya terpaku dalam diam. Sosok yang baru semalam mematahkan harapannya dengan mudah. Setiap kata yang Liano ucapkan masih terngiang di otaknya.

"Nduk, ngapain berdiri aja."

Damar. Suara bariton ayahnya, membuyarkan lamunan Elmira. Wanita itu berusaha untuk menarik bibirnya dan mengukir senyuman di sana, "I-iya yah," jawab Elmira.

Menarik napas panjang, Elmira berusaha menyemangati dirinya sendiri. Ia juga tak mungkin kan jika harus seharian berdiri di temapatnya sekarang. Berjalan menuju suami dan ayahnya, Elmira segera menyalimi tangan Damar dan memeluk pria paruh baya itu.

"Mira kangen ayah," ucap Elmira manja dalam pelukan ayahnya membuat pria itu tersenyum, pun pria yang sedang memandangi kedekatan ayah dan anak itupun juga tersenyum samar tanpa bisa mereka ketahui.

"Ayah juga kangen," sahut Damar. "Ya udah yuk masuk, sampek kapan mau peluk ayah kayak gini terus? Nggak malu ada suami kamu nih," godanya.

Sejenak Elmira senang karena ayahnya sudah tak lagi marah dengan kesalahan yang telah ia lakukan. Namun ia juga kesal karena ayahnya itu menggodanya, ditambah Liano yang dibawa-bawa ke dalam hubungannya dengan Damar.

Dengan kesal Elmira melepaskan pelukan itu. Ia cemberut dengan menekuk kedua tangannya di depan dada, "Jadi ayah nggak suka Mira peluk?"

Bukannya menjawab, Damar justru tertawa seraya mengacak-acak rambut anaknya, "Udah nggak usah ngambek gitu. Inget udah nikah, udah mau jadi ibu nggak boleh ngambek-ngambek," tutur Damar. "Ayah mau masuk dulu. Kalian juga cepet masuk," perintahnya kepada Elmira dan Liano.

Damar masuk ke dalam rumah, menyisakan sepasang suami istri yang masih mematung di tempatnya. Liano menatap Elmira teduh, berbeda dengan Elmira yang tak ingin menatap netra suaminya.

"Sorry."

Satu kata yang akhirnya dapat meluncur dari mulut Liano, membuat Elmira menoleh ke arahnya. "Sorry, gue nggak bermaksud buat bikin lo sakit hati semalem. Gue nggak sadar," ulangnya berharap Elmira mau mengerti.

Namun sulit untuk Elmira kembali tersenyum di depan Liano. Sudah begitu banyak luka yang pria itu torehkan padanya, "Seharusnya nggak usah diutarain kalau emang nggak maksud. Kak Lian mending balik deh, aku capek mau istirahat dulu."

"Beneran lo nyuruh gue balik? Nggak mau ada gue di sini?" tanya Liano. Ia pikir, jika ia jadi Elmirapun pasti akan sulit untuk memaafkannya.

"Iya," singkat Elmira.

Dengan berat hati Liano melangkah meninggalkan Elmira. Sia-sia ia menerjang jalanan bak pembalap di bawah teriknya matahari. Tetapi biarlah, istrinya juga butuh waktu untuk berpikir tanpa dirinya.

Namun di waktu yang bersamaan Elmira tiba-tiba merasa kram pada perutnya. Tanpa sadar tangannya terulur untuk menahan lengan Liano. Mmebuat pria itu mengeluarkan smirknya. Rencananya berhasi;.

"Kata nggak mau gue di sini."

"Perutku sakit kak," keluh Elmira seraya memegangi perutnya.

Dengan sigap Liano membantu Elmira untuk duduk di kursi yang terletak di samping pintu. Pria itu berjongkok di depan Elmira yang sedang kesakitan. Perlahan tangannnya mengelus perut berisi Elmira. Wajahnya mendekat ke arah perut Elmira dan membisikkan sesuatu kepada janin yang hidup dalam perut itu.

BLUE MARRIAGE [END] - Dasha x BrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang