59 - Second Meet

30.8K 897 84
                                    

Di tengah ramainya ibu kota, ada seorang pria yang lebih memilih untuk menyendiri dengan setumpuk berkas di hadapannya. Berkas-berkas yang harus ia tanda tangani sebelum esok hari. Siapa lagi jika bukan Liano. Menggantikan posisi Damian untuk sementara waktu membuatnya semakin sibuk akhir-akhir ini.

Namun tak apa, dengan kesibukan yang ia miliki Liano tak akan terlalu memikirkan istrinya yang belum menghubungi nya lagi sejak tiga minggu yang lalu. Setelah satu pesan yang ia kirimkan, berharap tentang hubungan mereka, Elmira tak lagi menghubungi nya. Membalas pesan ataupun mengangkat teleponnya pun tidak.

Jika bukan karena Elmira, mungkin Liano sudah berada di club saat ini. Meneguk berbotol-botol alkohol untuk menghilangkan stresnya. Namun jika ia lakukan hal itu dapat dipastikan jika Elmira tak akan kembali dan Liano tak ingin hal itu terjadi. Lebih baik ia semakin pusing dengan pekerjaannya daripada kehilangan Elmira sepenuhnya.

Tiba-tiba ponsel yang ada di samping berkas-berkas nya itu berbunyi. Tertulis nama yang sangat Liano rindukan pada layar ponsel itu. Dengan cepat ia menerima panggilan dari Elmira. Namun berapa terkejutnya dirinya saat mengetahui bahwa istrinya sedang mabuk.

Pria itu semakin geram kala Elmira memutuskan panggilan telepon nya sepihak. Entah dengan siapa istrinya minum dan dimana istrinya sekarang. Pikiran Liano begitu kacau saat ini. Ia mencoba untuk menelpon Rima, dosen yang seharusnya sedang bersama Elmira saat ini.

Namun ketidaktaun Rima membuat kemarahan Liano semakin memuncak. Ia bahkan dengan berani mengancam dosen yang berbeda puluhan tahun dengannya itu untuk dapat menemukan Elmira. Ia benar-benar tak peduli dengan apapun lagi selain istrinya. Saat itu juga Liano memutuskan untuk pergi menyusul Elmira. Membawa kembali Elmira walaupun wanita itu tak mau.

~×~~×~

Hoammm!

Sinar yang keluar dari celah-celah gorden membangunkan Elmira yang masih berada di alam mimpinya. Begitu ia membuka matanya, rasa pusing langsung melanda kepalanya. Semua serasa berputar-putar sekarang. Seraya memegangi kepalanya, pandangannya mengedar untuk menatap ruangan yang asing untuknya  Berusaha untuk mengingat kembali apa yang telah terjadi kepadanya.

Dan... Elmira langsung terjingkat saat berhasil mengingat semuanya kembali. Ia terduduk dengan kepala yang bertambah pening karena dipaksa untuk bangun. Bersamaan dengan orang yang masuk ke dalam kamar itu.

Elmira begitu ketakutan sekarang. Ia mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya, "SIAPA KAU?!"

Pria itu tersenyum miring, "Gue pikir Lo bakal ngenalin gue siapa. Ternyata Lo nggak tau."

Elmira sedikit terkejut saat pria itu berbicara dalam bahasanya. Ia menatap wajah itu mulai dari mata hingga mulut. Dan Elmira bertambah terkejut saat mengetahui siapa orang itu.

"LO!" teriak Elmira. "MAU APA LO!"

Wanita itu bertambah takut saat pria itu mendekatinya. Ia benar-benar tak pernah berpikir orang yang pernah ia pergoki dengan kekasih suaminya dulu sekarang mendekat ke arahnya. Ia ingin menangis, pasrah dengan apa yang akan atau sudah terjadi padanya saat dirinya tak sadar.

Namun diluar dugaannya, nyatanya Anthony hanya duduk di samping. Mengulurkan segelas air dan  sebotol obat pengar untuknya, "Nih minum dulu sebelum Lo makin nyusahin gue."

Sejujurnya Elmia ragu untuk menerima air dan obat itu. Ia menatap benda itu dan wajah Anthony bergantian, "Lo nggak masukin racun kan ke minuman itu?" tanyanya ragu.

"Kalau gue mau bunuh Lo seharusnya Lo ngga bisa bangun sekarang."

Benar juga. Jika pria itu berniat membunuhnya maka Elmira sekarang mungkin sudah tak berada di dunia ini lagi. Ia pikir walaupun pria ini selingkuhan Keysa tetapi sepertinya dia yang sudah menolongnya semalam sehingga iapun menerima air dan obat tersebut.

Dalam sekali teguk obat itu habis tak tersisa. Begitupun dengan segelas air yang sudah tandas untuk membasahi kerongkongan Elmira lagi. Wanita itu menatap Anthony yang juga sedang menatapnya.

"Kenapa Lo mau bantu gue?"

Pria itu tersenyum, "Karena Lo juga udah bantu gue jadi gue ngelakuin hal yang sama ke Lo."

"Maksud Lo?" beo Elmira yang tak mengerti dengan jawaban Anthony.

"Kayaknya suami Lo belum cerita ke Lo jadi gue yang akan cerita. Gue, Anthony Leonard. Dan Lo Elmira, istri Liano yang udah bantu gue buat bikin Liano hancur. Sebenarnya Lo kurang beruntung sih karena gue udah nggak tertarik sama Lo saat Lo udah kehilangan anak itu."

Elmira semakin tak mengerti dengan apa yang pria itu ucapkan. Berbagai pertanyaan muncul di pikirannya. Mulai dari bagaimana pria itu memiliki nama belakang yang sama dengan suaminya? Bagaimana pria itu kenal dengan suaminya? Bagaimana pria itu ingin menghancurkan suaminya? Dan yang paling ia pikirkan adalah bagaimana pria itu mengetahui tentang keguguran nya dan mengapa pria itu mengatakan seolah sudah menargetkan nya sejak lama.

Well. Walaupun Elmira belum mengetahuinya tetapi ia dapat memastikan bahwa pria itu adalah pria yang harus ia jauhi. Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari ponselnya dan keluar dari sini.

Namun Anthony yang mengetahui maksud Elmira berkata, "Hp Lo di meja ruang tamu. Tenang gue nggak buka-buka hp lo. Dan kalau Lo mau tau maksud gue Lo bisa tanya sendiri ke suami Lo. Dia udah nungguin Lo di depan gedung ini."

Tanpa berucap lagi, Elmira segera beranjak dan keluar dari ruangan itu. Ia langsung mengambil ponselnya di meja ruang tamu seperti ucapan Anthony dan keluar dari apartemen itu.

Di dalam lift, Elmira masih mencoba untuk mencerna semuanya. Mencoba untuk mencari keterkaitan dengan semua yang sudah terjadi. Tetapi nihil, ia sama sekali tak mendapatkan jawabannya hingga pintu lift terbuka. Menampilkan sosok yang sudah lama iarindukan.

Liano, tanpa aba-aba pria itu langsung berjalan dan memeluk tubuh Elmira. Tak membiarkan wanita itu untuk pergi lagi hingga pintu lift kembali tertutup. Sesaat kemudian pelukannya meregang, digantikan oleh kecupan yang perlahan berubah menjadi sebuah ciuman penuh sayang.

"I love you, El."

Satu kata yang keluar dari mulut Liano di sela ciuamnanya membuat Elmira yakin akan satu hal. Semua tingkah laku, sentuhan dan perkataan Liano tak mungkin bisa ia lupakan. Rasa yang ia pikir telah hilang, yang ia pikir telah memudar setelah semua yang terjadi nyatanya tak pernah benar-benar hilang. Satu nama yang bertahta dalam hatinya tetap sama. Dan nama itu adalah Liano.

"I love you too, Kak."

~×To Be Continue×~

.

.

.

Are u ready to read the last part of BLUE MARRIAGE?

Spill ga nih!??

.

.

.

Thanks for reading, jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen di lapak ini. Jangan lupa buat share cerita ini juga ya. Kalau ada typo dan salah kata, plis komen supaya Hilla bisa memperbaiki diri

Terakhir, jangan lupa bahagia karena kebahagiaan kamu lebih penting dibandingkan apapun

~Hilla



BLUE MARRIAGE [END] - Dasha x BrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang