56 - Liel

27.5K 946 24
                                    

Lama nunggu ya...

Hilla juga nih, harus nangis 7 hari 7 malam dulu buat ngetik bab ini

Iuuu lebay deh, oke langsung lanjut ke ceritanya ajalah ya, Happy reading all

______________________________

"Maafkan saya."

Kata maaf tak dapat Liano terima. Spontan ia menarik kerah baju Max, memberikan tatapan membunuhnya pada pria itu, "SAYA MINTA SELAMATKAN ISTRI DAN ANAK SAYA! BUKAN PERMINTAAN MAAF!"

"Maafkan kami karena tidak bisa menyelamatkan anak Anda. Lukanya terlalu dalam yang membuat air ketuban Saudara Elmira pecah dan-"

"GUE NGGAK BUTUH PENJELASAN LO! GUE BUTUH ISTRI SAMA ANAK GUE!"

Kemarahan Liano membuatnya menjadi pusat perhatian orang yang berada di sekitarnya. Namun pria itu tak peduli. Ia sudah terlanjur gila ketika mendengar berita kepergian anak yang bahkan belum sempat ia jumpai dari mulut dokter itu.

Damian berusaha menarik Liano, menjauhkan pria itu dari dokter yang sudah berusaha keras. Menahan anaknya yang masih ingin menghajar dokter itu. Ia tak ingin anaknya mendapatkan masalah karena sifat kerasnya itu. Jujur ia juga sangat sedih saat dokter mengatakan bahwa tak dapat menyelamatkan cucunya. Namun ia harus ikhlas, begitupun dengan anaknya.

"Dad, jangan tahan Lian. Lian harus buat perhitungan sama dokter yang nggak bisa nyelamatin anak Lian!"

"CUKUP LIAN! Kemarahanmu tidak akan membuat anakmu hidup kembali."

Semua yang Damian ucapkan benar. Kemarahan Liano, amukan pria itu tak akan membuat anaknya hidup kembali dalam rahim Elmira. Hancur, mungkin kata itulah yang dapat menggambarkan Liano saat ini. Pria itu kembali menjatuhkan dirinya, kembali menangis hingga tubuhnya bergetar.

"Semua salah Lian."

Andai saja jika setelah menikah dengan Elmira Liano langsung memutuskan hubungannya dengan Keysa. Andai saja setelah menikah dengan Elmira, ia langsung menerima kehadiran wanita itu dan calon anaknya. Andai saja setelah menikah ia langsung berusaha untuk menjadi suami dan ayah yang baik bagi istri dan anaknya. Andai, andai dan andai. Entah berapa banyak pengandaian yang Liano pikirkan tetapi tetap tak bisa merubah semua yang telah terjadi. Tak bisa mengembalikan anaknya. 

Bertepatan dengan itu, dokter dan perawat membawa Elmira keluar dari ruang operasi itu beserta anaknya. Liano spontan beranjak dan melihat istrinya yang masih terpejam. Wajah wanita itu begitu pucat hingga Liano tak tega. Anaknya, yang belum tumbuh sempurna diserahkan kepadanya. Ia melihat anaknya untuk pertama kalinya. Menggendong janin yang belum tumbuh dengan sempurna itu. 

Walaupun begitu Liano dapat melihat wajah anaknya. Ia dapat melihat tubuh mungil yang mulai sempurna. Oh Tuhan, ia benar-benar tak sanggup. Liano mengeratkan gendongannya pada bayi mungil itu. 

Maafin papa, nak. Papa nggak bisa jaga kamu

Damian menepuk bahu Liano, berusaha memberikan kekuatan pada anaknya, "Mari kita makamkan anakmu Lian. Biar mommy yang menjaga Elmira di sini."

Liano tak membantah. Tak juga membalas ucapan ayahnya. Ia hanya berdiri dan mengikuti Damian untuk memakamkan bayinya. Membawa semua kenangan indah bersama bayi itu sepanjang jalannya hingga ia sendiri yang mengubur bayi itu. Menempatkan anaknya di dalam gundukan tanah sendirian.

Setelah mengubur Liel. Ya, bayi yang diberi nama Liel oleh Liano. Liano dan ELmira. Cukup singkat tapi dapat membuatnya mengingat bahwa selamanya bayi itu adalah miliknya dan juga Elmira. Setelah menguburkan bayinya, ia segera membersihkan diri dan kembali ke rumah sakit untuk menemani istrinya yang masih belum sadar.

BLUE MARRIAGE [END] - Dasha x BrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang