Menyiapkan alibi untuk mengurangi hukuman memang harus selalu dilakukan setelah melakukan kesalahan. Begitupun dengan Elmira. Sepanjang perjalanan ia sibuk memikirkan bagaimana cara agar ia terlepas dari amukan Liano.
Ya, setelah mendapatkan pesan keramat itu, Elmira buru-buru menghabiskan es krimnya dan pamit kepada Jonathan. Bisa semakin bermasalah dirinya jika berlama-lama. Dan benar, begitu membuka pintu apartemen, ia sudah disuguhkan oleh sosok pria yang sudah duduk dengan menatapnya tajam.
"Duduk!" titah Liano dingin.
Dengan gugup Elmira melangkahkan kakinya dan duduk di sofa depan Liano. Ia hanya dapat menunduk dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh suaminya.
"Lupa kalo gue ngomong lo harus apa?"
Spontan, Elmira langsung mendongakkan kepalanya menatap Liano. "Maaf kak," cicitnya.
"Buat apa? Buat karena udah jalan sama cowok lain? Atau karena udah berani pacaran sama cowok lain? Atau karena lo nggak bilang kalau udah balik?"
"Aku nggak pacaran sama Kak Jo."
"Terus apa? PDKT?!"
Mengapa Lianno begitu marah? Baru melihat istrinya jalan dengan pria lain saja sudah begitu memarahi Elmira. Lalu bagaimana dengan Elmira? Bagaimana perasaannya saat mengetahui suaminya bermain dengan wanita lain? Bahkan di depan matanya saat percumbuan itu terjadi.
Namun sekarang Elmira tak ada waktu untuk membandingkan perasaannya dan Liano. Ia sibuk mencari cara untuk lepas dari kemarahan suaminya. Ia terus berpikir sampai sebuah ide muncul di benaknya. Langsung saja ia memegangi perutnya dan mulai memainkan sandiwaranya, "Sakit kak perut aku," rintih Elmira, berharap suaminya iba dan melupakan amarahnya.
Tetapi sepertinya kemampuan berakting Elmira kurang bagus karena suaminya tak menunjukkan perubahan yang signifikan. Liano masih duduk di tempat dengan tatapan dinginnya, "Nggak mempan akting lo."
Benar kan, Liano bukanlah pria yang mudah ditipu. Elmira hanya bisa pasrah dan kembali menegakkan tubuhnya, "Hmmm, ya udah deh. Kalau kak Lian mau marah terus silahkan aku dengerin. Tapi marahnya satu jam aja ya karena aku udah laper."
Sejujurnya sikap Elmira ini membuat amarah Liano sedikit terpadamkan. Bisa-bisanya makhluk selucu ini menjadi istrinya. Namun Liano tak bisa memperlihatkan senyumnya, ia harus tetap menjaga imagenya karena sedang marah saat ini.
"Gue nggak suka lo jalan sama cowok lain apalagi sama Jonathan. Kalo lo masih berani jalan sama cowok lain. Lihat aja apa yang akan gue lakuin nanti," ancaman Liano membuat semua bulu kuduk Elmira berdiri. Saking takutnya, badannya sampai bergetar. Ia hanya dapat mengangguk.
Setelah menyelesaikan kemarahannya, Liano segera beranjak menuju dapur. Ia langsung memainkan alat-alat memasaknya untuk membuat sebuah hidangan yang pastinya menggugah selera.
Tak butuh waktu lama untuk makanan sehat ala Liano tersaji di depan Elmira. Nasi dan ayam bumbu madu beserta sayur brokoli yang bagus untuk ibu hamil. Namun bukannya menyantapnya, elmira justru mengeluarkan ekspresi tidak sukanya.
"Kak aku nggak mau makan," tolak Elmira seraya menutup mulutnya seperti anak kecil. Ia benci brokoli, dan madu. Oh Tuhan ia bisa muntah jika memakannya.
Tolakan itu membuat Liano geram. Bisa-bisanya Elmira menolak masakannya padahal ia sudah mencurahkan seluruh tenaganya untuk membuat hidangan ini. "Ini bagus El buat ibu hamil. Lo nggak ngehargain banget deh."
"Tapi aku bisa muntah kak kalau makan ini. Aku nggak bisa makan."
"Coba dulu deh," kekeh Liano lalu menyendok makanan itu dan mengarahkannya ke mulut Elmira yang masih tertutup.
Elmira menggeleng, membuat Liano semakin jengkel, "Makan El!" bentaknya.
Bukannya membuka mulut, Elmira justru menangis mendengar bentakan Liano, "Aku nggak mau kak hiks, rasanya nggak enak hiks. Aku eneg, mau muntah. Kenapa Kak Lian hiks bentak aku terus sih?"
Oh Tuhan. Liano benar-benar frustasi saat ini. Ia mengusap wajahnya kasar lalu berjongkok di depan Elmira. Dengan lembut ia membuka tangan yang menutupi wajah istrinya, "Gua nggak mau lo sakit El, brokoli baik buat ibu hamil. Lo nggak suka karena belum nyoba kan. Satu sendok aja deh mau ya?"
Dengan sesenggukan, Elmira menatap suaminya. Ia menatap kedua netra itu. Sepertinya suaminya tak marah lagi dengannya. Perlahan ia mengangguk membuat Liano tersenyum. Pria itu langsung menyendokkan nasi beserta lauknya dan menyuapkan ke dalam mulut Elmira.
Mata Elmira langsung berbinar kala lidahnya mencoba rasa yang ia pikir akan membuatnya eneg. Ia salah, masakan Liano seenak itu hingga ia ingin lagi. Setelah menguyah dan menelannya Elmira berkata, "Mau lagi," cicitnya pelan.
Liano yang kurang mendengarpun meminta Elmira untuk mengulang perkataannya, "Apa El?"
"Mau lagi."
Ulang Elmira membuat Liano tersenyum. Memang tidak ada yang bisa menolak masakannya yang sangat enak itu. Bahkan jika ia mau ia bisa memenangkan kompetisi masak yang disiarkan di televisi. Munculah ide untuk sedikit menggoda istrinya.
"Tadi aja kata nggak mau, kata nggak enaklah, eneglah, mau muntahlah. Sekarang aja minta tambah," sindir Liano membaut pipi Elmira memerah karena malu. "Makanya dengerin kata suami tuh."
"Iya kak, maaf."
"Ya udah lo lanjutin makannya sendiri. Gue mau keluar lagi."
Ungkapan Liano malah membuat napsu makan Elmira menghilang. Wanita itu menatap suaminya lekat, "Kak Lian mau pergi kemana lagi?" tanyanya. "Mau ketemu Kak Keysa lagi? Iya?"
Sekarang malah Elmira yang sedang menyidang Liano. Namun memang benar tebakan Elmira bahwa Liano akan menemui Keysa kembali karena ia masih harus menjemput Keysa yang sedang ia tinggal tadi ketika melakukan perawatan kecantikan hanya untuk menemui Elmira. Jadi ia hari kembali sekarang.
"Iya, Keysa gue tinggal tadi jadi harus gue jemput," jawab Liano.
Elmira dibuat kesal karena jawaban Liano. Ia menundukkan kepalanya. Untuk kali ini saja, bolehkah dirinya egois? Bolehkah dirinya menahan suaminya untuk tak menemui Keysa hanya untuk dirinya?
"Kak, kalau aku minta Kak Lian buat di sini aja boleh nggak?" minta Elmira.
"Nggak," singkat Liano lalu meletakkan makanannya ke meja dan beranjak.
Namun, sentuhan dari Elmira menghentikan langkah Liano. Wanita itu dengan berani memeluk suaminya dari belakang, "Pliss kak," mohon Elmira.
Sebenarnya Lianopun tak tega meninggalkan Elmira. Namun ia juga tak bisa meninggalkan Keysa sendirian, jika begitu dimana bentuk tanggung jawabnya? Liano menatap tangan yang melingkari perutnya lalu melepas tautan itu dengan lembut tapi tetap membuat sang empu sakit.
"Nggak, gue nggak bisa El. Keysa juga butuh gue."
Tanpa mendengarkan Elmira lagi, Liano langsung melangkahkan kakinya meninggalkan istrinya. Meninggalkan Elmira yang sekarang meneteskan butiran beningnya melepaskan kepergian suaminya.
Sampai kapan kak kamu jadiin aku yang ke dua? Nggak bisakah cuma aku yang ada di hati kamu? Iya, aku emang egois tapi kami juga butuh kamu kak di sini.
~×To Be Continue×~
.
.
.
Thanks for reading, jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen di lapak ini. Jangan lupa buat share cerita ini juga ya. Kalau ada typo dan salah kata, plis komen supaya Hilla bisa memperbaiki diri.
Terakhir, jangan lupa bahagia karena kebahagiaan kamu lebih penting dibandingkan apapun
~Hilla
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MARRIAGE [END] - Dasha x Bright
Romance⚠️WAJIB FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ Berawal dari malam itu, malam yang telah merubah hidup ELmira. Awal dari sebuah pernikahan yang menyeramkan bagi Elmira. Peraturan dalam pernikahan: 1. Elmira harus mengurus sendiri bayi yang tengah ia kandung 2. Elmira...