3 - Pregnant

60.6K 1.4K 4
                                    

Sinar mentari yang menyusup melewati celah gorden menyilaukan gadis yang baru direnggut mahkota berharganya. Perlahan Elmira mulai membuka matanya, menyesuaikan netranya dengan sinar yang masuk.

Hal pertama yang Elmira lihat adalah sebuah dada bidang yang sedikit berbulu. Ia menaikkan tatapannya dan menangkap wajah yang sudah lama ia kagumi sedang terbaring di sampingnya.

Kak Lian??

Sejenak Elmira terdiam hingga sepintas memori mendatanginya. "Argghh!!!!" Teriak Elmira seraya menutup erat tubuhnya dengan selimut tebal bermotif polkadot itu.

Teriakkan itu berhasil membangunkan Liano yang masih melukis mimpinya. Ia dapat mendengar isakan wanita itu. Wanita yang telah ia renggut kesuciannya malam tadi.

"Nggak usah nangis!" titah Liano membuat Elmira diam. "Lo yang udah goda gue dan buat gue tidur sama Lo, bitch. Nggak usah ngerasa sok suci!"

Sakit. Sesak. Entahlah, Elmira tak dapat mendefinisikan apa yang ia rasakan saat ini. Yang pasti perkataan Liano telah benar-benar melukainya. Ia bukan jalang yang akan memberikan tubuhnya pada sembarang pria.

Ia juga tak ingin memberikan kehormatannya pada orang yang ia kagumi sekalipun. Ia selalu menjaga tubuhnya untuk suaminya kelak. Namun ia tak bisa berbuat apapun karena obat sialan itu. Ia bingung harus menyalahkan siapa saat ini  Elmira kembali menunduk dan terisak.

Liano hanya menggelengkan kepalanya melihat wanita itu, "Dasar jalang! Tapi gue cukup terkejut kalau jalang kayak Lo masih virgin. Thanks udah buat gue puas semalem," ucapnya dan meninggalkan Elmira sendirian membeku di sana.

Wanita itu kembali terisak memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. Ia bingung, ia tak tau harus menghubungi siapa. Tas dan ponselnya juga masih berada di bawah. Dengan harga diri yang tersisa, Elmira mulai memunguti bajunya dan meninggalkan tempat itu.

Elmira berjalan menuju kosnya. Ia mengunci dirinya dalam kamar yang hanya berdiameter 3×3 meter itu. Ia terus menangis hingga air matanya kering. Ia tak tau harus berbuat apa. Ia tak tau harus menjelaskan apa kepada keluarganya.

Kepercayaan yang diberikan kepadanya akan hilang dalam sekejap. Ia bodoh. Seharusnya Elmira tak menyetujui permintaan sahabatnya waktu itu. Seharusnya ia tak melakukan hal zina itu.

Namun nasi sudah menjadi bubur. Tangisan tak akan membuat kehormatannya kembali. Ia harus bisa melawan keterpurukannya.

~×~~×~

Tiga minggu setelah kejadian itu, Elmira mulai menyadari sesuatu. Ia telat satu minggu dari jadwal merahnya nya. Hal itu membuatnya gelisah. Ia takut, hal itu benar-benar terjadi. Ia takut jika masa depannya akan hancur.

"Ra, Lo gapapa kan?" tanya Naomi yang menyadari perubahan sikap sahabatnya.

Mereka sedang berada dalam kelas. Tak biasanya Elmira melamun saat dosen sedang menjelaskan materi. Namun wanita itu menggeleng, "Gue gapapa."

Tepat setelah pelajaran berakhir, Elmira segera beranjak dan keluar kelas meninggalkan Naomi yang masih menatap kepergiannya. "Elmira kenapa?" tanya Zayn yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

Walaupun kesal, tetapi Naomi dapat menahannya. Ia menggeleng, "Gue nggak tau. Gue khawatir sama Elmira. Sejak malam itu Elmira berubah tau nggak."

Zayn terdiam mendengar ucapan Naomi. Ia menunduk, sedikit ragu untuk memberitahu wanita di sampingnya, "Sebenarnya..."

Naomi menoleh, membiarkan Zayn meneruskan ucapannya, "Sebenarnya Tristan kasih obat perangsang ke minuman Elmira."

"What!!!" teriak Naomi, terkejut. Ia menatap tajam lawan bicaranya itu, "Kenapa nggak bilang sama gue?! Dan Lo udah tau rencana Tristan tapi masih nekat ngajak Elmira kesana?! Fuck you, Zayn!!"

BLUE MARRIAGE [END] - Dasha x BrightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang