"Jungwon!""Kim Jungwon!"
"Bangunlah!"
Sunoo mengguncang tubuh seorang lelaki yang lebih muda darinya. Usianya berkisar sembilan tahun, namun cukup tinggi untuk ukuran anak seusianya. Jungwon mengerjapkan mata yang masih terasa pedih, wajah tampannya berseri-seri, menampilkan senyuman manis pada yang lebih tua. Lalu meletakkan kepala ke paha yang ia jadikan bantal dan menyerukkan wajah di perut.
"Bangunlah, sayang. Nanti kau terlambat pergi ke sekolah," ucap Sunoo sembari membelai lembut helaian rambut Jungwon.
"Sebentar lagi, Mama. Aku sedang mengisi bateraiku."
"Hm?" Sunoo menggumam tanda tak mengerti dengan yang diucapkan anaknya.
"Aroma tubuh Mama sangat harum. Aku menyukainya, ini caraku mengisi bateraiku."
Sunoo tersenyum mendengarnya. Ia menepuk pantat Jungwon seperti melakukannya kepada bayi dan berkata, "bayi Mama..."
"Mama! Uwon bukan bayi."
Sunoo terkekeh melihat anak semata wayangnya seketika bangun dan merengek. Bocah itu tidak menyukai jika seseorang menyebutnya bayi. Jungwon selalu ingin cepat dewasa agar dapat melindungi mamanya. Hidup tanpa kehadiran seorang ayah memaksa mentalnya tumbuh lebih cepat dari usianya.
"Sunny! Jungwon! Cepatlah! Sarapan sudah siap!" Teriakan dari luar kamar membumbung, membuat sepasang orang tua dan anak menyahut kompak;
"YA!!"
Dan Jungwon kecil segera berlari membuka pintu kamar. Sunoo menggelengkan kepala, tersenyum di antara bibirnya yang menggumam, "dasar anak itu. Selalu saja paling bersemangat jika soal makanan."
Sunoo menyempatkan diri merapikan tempat tidur anaknya sebelum keluar dari kamar dan bergabung dengan menu sarapan. Suara televisi samar-samar menginterupsi, seperti sedang beradu dengan percakapan dua pria beda ukuran di meja makan. Sunoo tak menghiraukan kedua pria tersebut. Ia sempat melirik sedetik pada benda datar yang tengah menampilkan ramalan cuaca saat hendak meletakkan sekeranjang pakaian kotor ke dalam mesin cuci.
Rumah yang sederhana. Hanya ada dua kamar untuknya dan Jungwon. Ruang tamu sederhana, dapur dan kamar mandi minimalis.
"Mama, hari ini aku harus ke dokter," ujar Jungwon saat Sunoo baru saja bergabung di meja makan.
"Baiklah, minta paman Jay untuk mengantarmu. Hari ini Mama akan pulang terlambat." Sunoo menjawab sembari mengulas senyuman manis untuk Jungwon.
"Kau bisa kan, Jay?" tanyanya kemudian pada pria tinggi di seberang meja.
"Of course. Paman siap mengantarmu, anak manis." Jay mencubit gemas pipi bocah sembilan tahun itu.
"Yaa!! Oji-chan!" pekik Jungwon tak terima dengan perlakuan sang paman.
"Menurutmu, apa hasilnya?" tanya Jay pada Sunoo setelah menelan makanannya.
"Aku alpha. Sudah pasti aku alpha." Jungwon menyahut girang.
"Kuharap beta," jawab Sunoo di sela sarapannya.
"Mama.. Kenapa beta? Uwon pasti alpha dan Uwon akan menjaga Mama selamanya."
Jay terseyum, ia mengusak kepala Jungwon dengan perasaan sayang.
"Iya kau pasti alpha terkuat. Kau akan memiliki otot kekar seperti paman setelah kau dewasa, jadi kau bisa memukuli orang jahat yang menyakiti Mama." Jay bertutur lembut.
Manik mata Jungwon berbinar-binar. "Benarkah, Paman?"
Jay tersenyum seraya mengangguki. "Kau hanya harus rajin belajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL
Fanfiction⚠️Boys Love ⚠️ABO/Mpreg ⚠️Mafia ⚠️Red Flag ⚠️Mature ⛔Harap bijak memilih bacaan⛔