29

1.8K 265 44
                                    


•Egosentris•

Jake tak henti-hentinya menatap adiknya dengan gelinang air mata sendu. Tangan halusnya menggenggam tangan Prince yang diam membisu. Alpha jangkung itu belum terbangun dari tidurnya. Hal-hal yang merasuki pikiran Jake dengan kekhawatiran adalah mengenai apa yang akan terjadi jika Prince terbangun nanti. Akahkan ia menggila lagi?

Jake bukannya habis kesabaran terhadap Prince, justru sebaliknya, ia kini mengerti dimana letak kelemahan adiknya. Sejak awal Prince tidak ingin ditinggalkan, terutama oleh Sunoo. Meskipun depresi membuat Prince kesulitan mengekspresikan rasa cintanya dan cenderung berperilaku seperti psychopath tapi Jake melihatnya dengan jelas. Prince mencintainya. Tepatnya, Sunghoon mencintai Sunoo.

"Istirahatlah, Baby. Kau belum makan maupun tidur sejak kemarin." Heeseung menyentuh bahu Jake dengan rasa sayang.

Ia pun tak kalah khawatirnya. Lebih tepatnya khawatir akan suami mungilnya. Ia takut Jake akan jatuh sakit jika terus seperti ini. Sejak mendengar pengakuan Sunny, Jake jadi lebih banyak menangis daripada sebelumnya.

"Dia punya anak, Hee. Adikku memiliki seorang anak dari omega yang paling dia cintai. Aku tidak tahu apakah aku pantas berbahagia ataukah tidak."

Heeseung sudah mendengarnya, meskipun belum pernah bertemu langsung dan melihat sendiri anak Sunny yang telah diakuinya sebagai anak Prince.

"Kau pantas berbahagia, Sayang." Heeseung merengkuh Jake agar menyandar kepala Jake di perutnya. "Itu kabar bagus."

Isakan Jake semakin keras. Ia memeluk erat tubuh Heeseung sembari meremas kemeja belakangnya, lalu setelah beberapa saat ia mendongak, menatap Heeseung dengan seksama.

"Aku ingin mereka bersama," cicitnya.

Heeseung tersenyum seraya mengusap air mata Jake. "Mendekatkan Prince dengan sumber depresinya adalah ide buruk, Sayang."

Jake menggeleng. "No. Prince hanyalah benalu yang tidak bisa hidup tanpa inangnya. Aku sudah menelusurinya. Selama di Jepang, dia tidak meminum obatnya, tapi kau pasti lebih tahu dia sangat manusiawi, bukan? Itu adalah insting bahwa dengan adanya Sunny maka dia tidak membutuhkan obatnya lagi."

Heeseung mengangguk pelan. Ia adalah saksi dari semua tindakan Prince selama di Jepang. Prince memperlakukan Sunny dengan cara yang tidak biasa, Heeseung akui itu.

"Aku tahu, Sayang. Tapi kurasa bukan tempat kita ikut campur. Sunny akan jauh lebih menghargai jika Prince berusaha menebus kesalahannya sendiri tanpa bantuan siapapun. Sunny omega yang keras kepala, selama bertahun-tahun menjadi geisha tapi dia tidak mengizinkan siapapun untuk menyentuh kehormatannya," tutur Heeseung lembut.

Namun Jake justru mengerut dahi. "Darimana kau tahu semua itu?"

"Yah, hanya tahu saja."

Mata Jake menyipit, menatap suaminya dengan penuh kecurigaan. "Kau pernah menyentuhnya?"

"Tidak. Bukankah jelas kukatakan ia tidak mengizinkan kehormatannya disentuh?" elak Heeseung.

"Kau pasti mencoba melecehkannya dan dia menolakmu!" Jake mencubit perut Heeseung sehingga alpha jangkung itu memekik kesakitan.

"Yak!! Jake!"

Jake mencubitnya lagi berulang kali dan berbicara dengan gigi-gigi yang beradu. "Karena itulah kau bisa berkata demikian!"

"Bukan seperti itu!" Heeseung kesal. "Semua orang di Kyoto pun tahu bahwa tarif Sunny sangat tinggi."

"Ah, kau pernah membayarnya, Lee Heeseung? Jadi itu yang kau lakukan di Jepang selama ini?" Jake bertolak pinggang.

[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang