•Egosentris•
Sepertinya mandi bersama pun tidak memuaskan hati Sunny untuk membuat Prince keheranan. Omega itu bahkan sangat telaten membantunya memakai kemeja, bahkan memasangkan dasi untuknya.
Sunny berjinjit, berusaha meraih leher Prince dan memelilitkan dasi di sana, mengumbar senyuman manis yang berhasil menutupi rasa ingin mencekik leher jenjang itu. Ia terlihat kesusahan karena perbedaan tinggi badan yang sangat signifikan. Mengundang Prince untuk berinisiatif mengangkat tubuh kurusnya dan menaikkannya di atas kursi rias.
"Terima kasih," ucap Sunny dalam senyuman yang enggan luntur.
Prince menatapnya lekat, seakan sedang mencari jawaban atas rasa penasarannya yang membumbung mengenai Sunny dan segala perubahan yang ada pada sikapnya.
"Jangan memandangiku seperti itu. Aku bisa jatuh cinta kepadamu," kekehan kecil keluar dari bibir manis Sunny.
Tangan besar yang membingkai pinggang Sunny menyentak tubuhnya, membunuh jarak sehingga kedua tubuh beda ukuran saling berhimpitan. Dan Prince masih lekat menatap apa yang ia sebut miliknya.
"Apa yang sedang kau rencanakan?" tanya Prince dengan suara dalamnya yang khas.
"Tidak ada. Aku hanya sedang memasang dasimu." Sunny beralasan. "Sudah selesai."
Tatapan Prince mengikuti gerak mata Sunny. Sejujurnya Sunny merasa risih sekali diawasi seperti itu. Belum lagi nyaris tak ada jarak diantara wajah keduanya. Bahkan aroma menthol dapat Sunny hirup dari pernapasan alpha jangkung itu.
"Aku anggap ini sebagai tanda bahwa kau sadar akan posisimu, Kim Sunoo."
Helaan napas Sunny terdengar. Ia membalas tatapan Prince dalam-dalam. Dalam tuturan lembut ia mempertegas bahwa, "ya, kau benar. Kini aku sadar bagaimana aku harus bersikap kepadamu."
Untuk membalas dendamku. Sambungnya dalam hati.
"Prince-sama." Sunny melanjutkan kalimatnya, kemudian menghadiahkan satu kecupan di bibir Prince hingga bajingan itu berdecak tak percaya dibuatnya.
"Kemana aku harus mengantarmu? Okiya? Rumah?" tanya Prince masih dengan tubuh yang berhimpitan dengan Sunny.
Sunny mempoutkan bibirnya, salah satu hal yang membuat alis Prince menukik karena ini adalah kali pertama ia melihat sisi Sunny yang seperti itu.
"Biarkan aku ikut denganmu." Sunny merengek. Sama sekali tidak seperti dirinya.
Dalam satu gerakan, Prince mengangkat tubuh Sunny untuk turun dari kursi dan berkata, "asal kau bisa menjaga sikapmu. Aku harus menjemput seseorang di Bandara."
Prince berbalik, disusul Sunny yang membantunya memasang jas hitam di tubuh.
"Apa dia seseorang yang sangat penting? Kau berdandan seformal ini hanya untuk menjemputnya."
Prince menggumam. "Dia tunanganku."
Gerakan tangan Sunny yang sedang merapikan jas Prince terhenti. Rengutan amarah nyaris saja membias di wajah ayunya, namun ia alihkan dengan raut masam.
"Kau membuatku cemburu," ucapnya mendayu.
Tidak ada jawaban keluar dari bibir Prince, namun wajahnya bercerita tentang perasaan bangga yang tiada habisnya. Ia merapikan kerah jasnya, berseru, "ayo!" sebelum keluar mendahului Sunny yang menahan napas di belakang punggungnya.
Tidak, ini bukan soal kecemburuan yang sentimentil. Ini soal ketidakadilan yang Sunny murkai. Sunny bahkan tidak memiliki keberanian menerima perasaan manusia sebaik Jay hanya karena merasa kotor dan tidak layak dicintai. Semua itu karena Prince. Karena bajingan yang kini justru hidup baik-baik saja dan bahagia.
Hidup ini tidak adil. Dan Sunny akan mencari keadilannya sendiri.
•Egosentris•
Di sepanjang perjalanan, Sunny menghabiskan banyak waktu untuk diam. Alasannya bukan karena ia marah lantaran Prince rupanya memiliki tunangan. Tetapi karena otak Sunny sedang menyusun rencana-rencana mengenai apa yang harus ia lakukan setelah ini.
Ia tidak terlalu mengenal Prince. Ia bahkan tidak tahu apa pekerjaan alpha itu. Jadi ada banyak hal yang harus ia pikirkan.
Sesampainya di Bandara, Sunny hanya mengumbar senyuman saat Prince membuka pintu untuknya. Pria itu berdiri di pintu mobil yang terbuka, menatap Sunny dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ada apa?" selidik Sunny.
"Kau benar-benar cemburu?"
Sunny tersenyum simpul. Ah, bagaimana ini? Sepertinya Prince dengan bodohnya memakan umpan yang Sunny berikan. Tangan kanan Sunny menapak di dada Prince, sementara tangan kirinya menarik dasi Prince sehingga wajah pria itu merendah.
"Berikan aku satu kecupan dan aku akan memaafkanmu," pinta Sunny dengan suara lembutnya.
"Sayang sekali." Prince mengekeh. "Aku lebih senang melihatmu tersiksa cemburu."
Dengan gerakan lembut, Prince melepaskan tangan Sunny dari dasi yang ia kenakan lalu menjauh dari pintu mobil, memberi ruang agar Sunny turun dari kendaraan hitamnya.
Di sepanjang lantai luas bandara Prince melangkah lebar sembari menyaku tangan di celana. Sesekali ia menengok arloji mahal yang melingkari lengannya, tanpa peduli Sunny jauh tertinggal di belakang.
Sebenarnya Sunny memang sengaja menghentikan langkahnya di antara kerumunan manusia yang lalu lalang. Hatinya sakit. Sangat sakit. Berpura-pura manis di depan seseorang yang sangat dibenci membuat hatinya ribuan kali lebih remuk dari sebelumnya. Tapi Sunny tahu ia tidak bisa mundur. Seorang Park Sunghoon tidak akan membiarkan hidupnya damai sebelum ia hancur di bawah kaki Sunny.
Sementara di sisi lain bandara, beberapa meter di depan Sunny, dalam bingkai manik sayu geisha cantik itu, Prince merentangkan kedua tangannya. Senyumannya mengembang seakan ia adalah satu-satunya manusia yang patut berbahagia di bumi ini. Sedangkan tak jauh dari tempatnya berpijak, seorang omega cantik membalas senyuman Prince. Dalam langkah ke sekian ia berlari, mencampakkan koper yang ia genggam dan menghambur ke pelukan Prince.
"Aku merindukanmu, Prince." Omega bertubuh mungil dan berwajah sangat Korea itu berujar lantang.
Tubuhnya diangkat oleh Prince, dibawa berputar sehingga ia memukul bahu Prince dan memekik, "kau membuatku pusing."
"Long time no see, sweety." Prince menurunkan tubuh kecil itu, menyatukan kening keduanya dengan senyum yang enggan luntur.
Hal itu membuat Sunny mual setengah mati. Ia menyeringai, mendekati Prince dan seorang yang terlihat sangat ia cintai itu dalam langkah anggun lalu membungkuk kepada mereka.
"Selamat datang di Jepang, Okiyakusama."
Omega cantik itu menatap bingung kepada Sunny yang tersenyum dan tampak berbeda dengan omega kebanyakan. Sunny tak hanya cantik, namun juga lemah lembut, anggun, dan nampak sangat patut dihormati. Pakaian yang ia kenakan lengkap dengan aksen ala Jepang kuno juga mengatakan bahwa ia bukan omega sembarangan.
"Siapa dia, Prince?"
Prince menarik omega yang sebut tunangan ke dalam pelukannya. Satu tangannya terulur menunjuk Sunny.
"Dia adalah Sunny. Salah satu geisha muda di Kyoto," tutur Prince memperkenalkan.
Dalam senyuman ramah Sunny membungkuk lagi. Ia menatap teduh ke arah omega itu.
"Saya Sunny, geisha yang melayani Prince-sama selama di Jepang," tutur Sunny ambigu. Membuat lawan bicaranya mengerut dahi.
• To Be Continue •
Hayo siapa yang akan kupakai jadi tunangan Sunghoon? 😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL
Fanfiction⚠️Boys Love ⚠️ABO/Mpreg ⚠️Mafia ⚠️Red Flag ⚠️Mature ⛔Harap bijak memilih bacaan⛔