13

2K 262 15
                                    


•Egosentris•

Hari-hari tanpa siluet Prince sedikit banyak membuat Sunny lega. Meskipun kehadiran alpha itu selalu meninggalkan bekas di hatinya, namun paling tidak kini lukanya tidak bertambah. Sekarang ia hanya bisa berharap Prince tidak
kembali ke tempat ini lagi.

Musim semi segera berakhir, udara di Jepang sudah mulai lebih hangat dari
sebelumnya. Suara-suara serangga di siang hari menambah suasana nyaman di halaman belakang rumah. Sunny duduk di teras belakang, mengamati Jungwon yang sedang bermain bola bersama anak tetangga. Sesekali Sunny tertawa kecil melihat
Jungwon yang mengomel pada temannya saat ia kalah.

"Aku penasaran sekali dari mana dia memiliki sifat pemarah itu."

Dari dalam rumah Jay muncul membawa sebuah nampan berisi potongan semangka. Lalu duduk di
dekat Sunny.

Sifat pemarah itu pastilah turunan dari ayahnya. Namun Sunny enggan menjawab, ia hanya tersenyum sebelum meneriaki dua bocah yang sedang bermain.

"Anak-anak, kemarilah. Uncle Jay membawa semangka."

Semangka dan cuaca hangat memang perpaduan sempurna yang tidak akan ditolak siapapun juga, terutama anak-anak. Jungwon dan teman lelakinya bahkan bersorai dalam langkahnya.

"Sepertinya musim panas akan segera datang," komentar Jay seraya menatap langit biru yang begitu cerah.

Sunny meyetujuinya dalam anggukan, sementara jemari lentiknya begitu telaten mengusap bibir Jungwon yang belepotan dengan sapu tangan. Jay mencuri pandang pada wajah cantik yang mengumbar senyuman, sengaja menunggu kepergian Jungwon
untuk bertanya, "apa dia masih mengganggumu?"

Sunny menggeleng. "Dia kembali ke Korea."

"Aku mendengarnya dari Harua. Dia bilang tamu-tamu dari Korea itu tidak ke okiya lagi," tutur Jay.

Wajah Sunny tertunduk dalam. Ia sedang memandangi batu-batu kecil di bawah kaki telanjangnya sembari memikirkan banyak hal. Jay memperhatikannya dengan
wajah yang menyiratkan begitu banyak penyesalan dan rasa sakit. Sakit karena bunga paling indah dalam hidupnya itu seolah kehilangan warna pada kelopaknya yang mekar.

"Apa kau mencintainya, Sunny?"

Omega itu menoleh, menatap bingung pada Jay.

"Prince."

Bibir semerah ceri itu mengulas senyuman hambar. "Tidak," bantahnya.

"Kau mencintainya." Kali ini Jay mempertegas ucapannya. Bukan lagi sebuah pertanyaan yang mendamba hadirnya jawaban.

"Tidak pernah ada cinta di antara kami, Jay."

Jay menghela napas panjang. "Aku mencintaimu, Sunny. Kau tahu itu. Meskipun aku mengerti perasaan ini tidak akan pernah kau balas, tetapi tidakkah kau berpikir kenapa aku tidak mencari omega lain?"

Kalimat itu menggantung persekian detik, seakan sengaja memancing Sunny untuk bertanya, "kenapa?"

"Karena aku melakukan apa yang selama ini kau lakukan. Menjaga diriku dari orang lain untuk seseorang yang paling kucintai. Kau pasti lebih tahu dariku Sunny, bahwa sekejam apapun cinta, ia tetaplah cinta." Jay melanjutkan.

Kedua netra mereka saling bersinggungan, saling mengurung dalam tatapan yang sulit diartikan, sampai Sunny menjadi pihak pertama yang mencampakkan pandangannya pada hijaunya dedaunan di halaman.

"Kau tidak mengerti, Jay. Bagi seseorang yang telah dirusak mental, jiwa, hati, dan tubuhnya sepertiku, cinta tidak pernah ada. Alasanku betah sendirian bukan karena aku mencintai Prince, tetapi karena aku tidak memiliki kepercayaan kepada alpha manapun."

[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang