36

1.7K 269 26
                                    


•Egosentris•

Prince baru saja meletakkan tubuh Jungwon yang sudah jatuh terlelap dalam gendongannya saat Sunny menyelimuti tubuh kecil itu. Nafas Prince terhela panjang melihat Sunny yang begitu telaten memberi selimut dan mencium kening Jungwon. Ia tersenyum simpul, menangkap punggung sempit Sunny ke dalam pelukannya dan menyeruk di leher jenjangnya yang selalu harum.

"Ayo menikah." Ia berbisik di sela kecupannya yang bertubi.

Sunny melepaskan tangan besar yang melingkari perutnya lalu menjauh. "Tidak."

Lengan atas Sunny dicengkeram, ditarik untuk kembali ke dalam pelukan Prince. Tetapi kini mereka berhadapan, sehingga Sunny bisa mencium semerbak aroma tembakau yang keluar dari pernapasan Prince.

"Kenapa?"

"Karena aku tidak ingin." Sunny menjawab datar.

Seringaian di wajah Prince mengembang. "Kau yakin?"

"Aku tidak perlu meragu. Tidak ada yang harus kupertimbangkan tentangmu." Sunny menatap lurus ke dalam manik kelam Prince. Inilah saat yang paling ia inginkan selama ini. Saat Prince jatuh berlutut kepadanya atas nama cinta dan Sunny siap meninggalkannya, mengulangi apa yang sempat ia lakukan kepada Prince sepuluh tahun silam.

"Kau mencintaiku, Sunny. Kau yang mengatakannya sendiri dan aku yakin kau tidak berbohong saat itu. Berhentilah bersikap jual mahal padaku, itu tidak akan mengubah takdirmu sebagai milikku."

Sunny terkekeh. "Aku bukannya bersikap jual mahal padamu Prince-sama. Tetapi aku memang tidak menjual apapun kepadamu. Kau selalu berkata aku adalah milikmu, tapi tidakkah kau ingin bertanya apakah aku juga ingin memilikimu?"

Raut wajah Prince berubah, ia menatap hampa manik sabit yang mengurung bayangan dirinya. Ia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.

"Tanpa kau minta pun, aku memang sudah menjadi milikmu, Sunny."

"Oh ya? Sejak kapan? Bukankah aku hanya memiliki kekejamanmu yang menjarah tubuhku?"

Manik berwarna kelam itu menatap lurus kepada Sunny seakan Sunny adalah seekor kelinci kecil yang patut dimangsa oleh serigala. Ia kemudian mencengkeram lengan Sunny dan mendorongnya ke dinding, menghimpitnya dengan diktatorasi yang dipenuhi feromon kelam. Sunny tahu Prince sedang marah. Alpha seegois dirinya tidak mungkin sudi mengakui kesalahannya. Tetapi Sunny menolak untuk takut, ia membalas tatapan Prince dengan siratan luka yang mendalam seakan ia ingin menyampaikan segala rasa sakitnya lewat manik rubah itu.

"Kau mencintaiku, Kim Sunoo. Jangan menyangkalnya lagi." Prince bernada rendah.

"Ya, aku mencintaimu, Park Sunghoon." Sunny tersenyum sesaat sebelum kembali kepada wajah sinisnya. "Kau senang?"

Senang? Tentu saja Prince senang. Kata cinta mungkin memang masih sangat asing baginya, namun perasaan bergejolak setiap kali Sunny bersamanya sudah sangat akrab dengannya sejak dahulu kala dan itu pun tak pernah berubah. Dan seperti biasanya, Prince merealisasikan perasaannya dengan cumbuan rakus pada bibir Sunny.

Sebuah denyutan mesra di sepanjang pembuluh darah meluluhkan tubuh Sunny agar pasrah salam dominasi Prince, membiarkan tangan besar Prince meraba setiap jengkal tubuhnya sementara bibirnya menyurakan decakan khas yang menggairahkan.

"Kau milikku, Sunny." Prince menjeda ciumannya, menyatukan keningnya dengan kening Sunny serta menyelipkan jemarinya di sela jemari Sunny.

Tidak ada jawaban apapun dari Sunny selain desah nafas memburu yang membuat dadanya naik turun. Prince tersenyum simpul melihatnya.

"Tidak akan kubiarkan kau meninggalkanku lagi," bisiknya sebelum kembali membuai Sunny dalam pangutan dalam.

Cinta adalah benalu, meskipun puluhan tahun melilit posesif namun ia tidak akan mati selagi inangnya masih hidup. Seperti halnya Prince yang terus tumbuh dan berkembang dalam kecacatan karena cinta membelenggunya tanpa ia sadari.

Namun cinta juga sebuah jawaban dari segala pertanyaan. Seperti halnya Sunny yang terus mencari keselarasan dalam hidupnya meski hari-hari ia jalani dengan kepincangan karena separuh hatinya telah membeku bersama kekejaman Prince.

Pada akhirnya titik temu di antara keduanya adalah sama. Ketika dua hati merasa kesepian dan kosong, satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan adalah saling mengisi satu sama lain.

•Egosentris•

Malam ini adalah malam terindah bagi Prince. Memang tidak ada sesi panas seperti yang biasa ia gilai dari Sunny, namun tidur sembari memeluk erat punggung Sunny saat omega cantik itu tengah memeluk Jungwon membuatnya bahagia. Sangat bahagia hingga ia tak juga mampu terlelap dan hanya bisa sibuk mengendus tengkuk Sunny.

Sunny pun sama. Ia tidak bisa tidur sekeras apapun ia mencoba. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari, namun Sunny masih tersesat pada kalimat yang sempat meluncur dari bibir Prince.

"Ayo menikah."

Pernikahan bukanlah hal main-main. Saat dua orang telah menjadi mate maka mereka tidak bisa berpisah seenak hati mereka. Sedangkan Sunny tidak pernah berpikir sedikitpun untuk menikahi Prince. Lagipula ayah kandung Jungwon itu sudah memiliki tunangan, bukan?

Sunny menghela napas berat sebelum berbalik ke arah Prince. "Ponselmu bergetar sejak tadi. Aku tidak bisa tidur."

Memang benar, ponsel Prince terus bergetar sejak beberapa jam yang lalu. Sunny sudah berusaha mengabaikannya namun lama-lama itu jadi sangat mengganggu. Terutama saat malam semakin sunyi seperti ini.

Namun alih-alih meraih benda datar yang ia letakkan di nakas itu, Prince justru menyeruk di dada Sunny, membuat Sunny mau tak mau harus mengendus aroma rambutnya yang wangi.

"Biarkan saja," ucap Prince.

"Angkatlah dulu."

Prince berdecak. Sembari mengerang kesal ia bangkit dari ranjang dan mengambil ponselnya. Ada kerutan tebal yang dapat Sunny tangkap dengan matanya dari wajah Prince.

Alpha itu mengendik bahu seraya berkata, "Jake Hyung."

Lalu melangkah pergi menjauhi ranjang dengan ponsel menempel di telinga.

Sepeninggal Prince, diam-diam manik rubah Sunny menelusuri kamar yang dipenuhi cahaya remang itu. Meskipun ia adalah omega mandiri yang mampu mencukupi buah hatinya seorang diri, namun ia tidak akan munafik bahwa setiap omega akan selalu memimpikan hal-hal seperti ini. Tidur dipeluk penuh kasih sayang.

Sunny menghela napas panjang, jemari lentiknya terulur untuk mengusap kepala Jungwon yang terlelap di sampingnya. Tak lupa ia memberikan satu kecupan sayang di pipi Jungwon sebelum tiba-tiba lengannya ditarik oleh Prince.

"Kita harus pergi dari sini," tutur Prince. Ia tampak sangat serius dengan ucapannya, membuat Sunny bertanya-tanya.

"Apa yang terjadi?"

• To Be Continue •

Anjir lama2 kok baper sm si Prince salmon 😭

Maap ya aku baru nongol. Dr kemarin sakit gigi.

[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang