•Egosentris•"Sunoo." Bibir pucat Prince mencicit. "Ambilkan obatku."
Gerakan tangan Sunny yang sedang mencari sesuatu terhenti. "Obat? Obat apa?"
Prince menelan ludah. Rupanya ia lupa bahwa ia tak lagi membawa obat anti depresinya kemana-mana sekarang. Padahal ia sangat membutuhkannya saat ini. Suasana yang buruk membuat kondisi mentalnya juga memburuk, jika dibiarkan terlalu lama Prince bisa kambuh dan menyerang siapapun yang berada di sekitarnya.
"Apa yang kau cari?" tanya Prince berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Pisau. Sepertinya aku memasukkan pisau kecil kemari. Kita harus menghentikan pendarahanmu," tutur Sunny yang masih berusaha mencari benda runcing itu.
"Kau tidak takut?"
Sunny diam. Ia hanya diam membatu saat Prince bertanya seperti itu. Sembari menatap Prince, ia menitihkan air mata. Takut? Tentu saja ia teramat sangat takut. Ia ketakutan sampai-sampai ia ingin berlindung kepada Prince, namun Prince justru terluka. Bagaimana bisa ia tidak takut?
Dan kini melihat air mata itu membasahi wajah Sunny, Prince justru tersenyum. "Kemarilah."
Ia mengulurkan tangannya, membawa Sunny beserta Jungwon masuk ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku karena telah menyakiti kalian." Prince mengecup kening Sunny, membuat hati Sunny semakin hancur berkeping-keping.
"Daddy jangan mati." Tangisan Jungwon semakin menjadi-jadi. "Uwon masih ingin bersama Daddy."
Prince terkekeh. "Tidak, Jungwon. Ini hanya luka kecil, Daddy tidak akan mati."
"Really?" tanya Jungwon sembari mengusap wajah basahnya.
"Of course, Baby."
Tak disangka setelah mendapatkan jawaban dari Prince, tangisan Jungwon perlahan mereda. Di lantai semen yang dingin ia merebahkan diri berbantalkan paha mamanya. Prince dan melihat seberapa parah lukanya. Rupanya peluru itu benar-benar menembus lengan Prince sehingga darahnya keluar begitu banyak.
"Kau tidak perlu melakukannya," tutur Prince.
"Aku masih belum ingin kau mati." Sunny menjawab datar sembari merobek bagian bawah kaos yang ia kenakan membebatkannya pada luka Prince.
"Kenapa? Bukankah kau bilang kau akan membunuhku?" Prince menyeringai.
Tatapan sinis Sunny terpatri pada obsidian kelam Prince. "Tidak sampai kau membayar semua kesalahanmu kepadaku."
"Dengan cara apa aku harus membayarnya?"
Sunny menundukkan wajahnya, menatap Jungwon yang rupanya sudah terlelap dalam tidurnya. Ia pasti lelah menangis.
"Jadilah ayah yang baik untuknya," desis Sunny, lalu mengangkat tatapannya untuk mengurung bayangan tampan Prince di pelupuk mata. "Bahkan sebelum kalian bertemu, dia selalu membicarakanmu. Dia memang selalu mengutarakan ujaran kebencian, tetapi sebagai ibu aku tahu dia sangat merindukan ayahnya."
Entah mengapa Prince jadi mudah sekali tersenyum jika itu mengenai Jungwon. Ia menatap puteranya lamat-lamat, mengamati bagaimana tubuh kecil itu menggigil kedinginan.
"Aku harap kita bisa memulainya lagi. Dari awal."
Tuturan Prince tidak hanya lembut ia dengar, tetapi pelukannya juga terasa begitu nyaman dan hangat. Untuk pertama kalinya dalam hidup pada akhirnya Sunny bisa merasa demikian.
"Sekarang aku harus pergi." Prince berbisik lirih di telinga Sunny.
"Apa? Kemana?"
Prince mengusap kepala Jungwon, menatapnya dengan penuh rasa bersalah. "Besok pagi akan ada seseorang yang menjemputmu kemari. Ikutilah orang itu, dia akan membawamu kepada Heeseung. Jika aku beruntung, kita akan bertemu lagi, jika tidak maka sampaikan kepada Jungwon bahwa aku mencintainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL
Fanfiction⚠️Boys Love ⚠️ABO/Mpreg ⚠️Mafia ⚠️Red Flag ⚠️Mature ⛔Harap bijak memilih bacaan⛔