20

1.9K 228 22
                                    


•Egosentris•

"Apa kau heat, baby?"

Kedua mata Sunny membelalak seketika. Ah, kenapa belakangan ini ia ceroboh sekali? Ia mudah sekali melupakan sesuatu bahkan hal-hal kecil seperti meminum obat penahan heat dan warna seragam Jungwon di hari senin.

Namun hal itu tidak mengurangi kepandaian Sunny dalam hal berakting. Ia menyeruk di leher Prince sembari membelai sisi leher Prince yang lain. Membisikkan kata, "aku sedang dalam masa suburku. Seharusnya aku tidak melakukan seks, tapi memangnya siapa yang akan tahan melihat ketampananmu, Prince-sama?"

Satu alis Prince menukik. Apa hatimu sedang melambung tinggi, Prince? Wajar saja jika melihat Sunny mengecup seduktif ceruk lehernya sembari memainkan jemari di sisi lainnya.

"Memangnya kenapa? Kau takut hamil denganku?" tanya Prince dengan tawa rendah yang menghina.

"Kau calon suami seseorang, Tuan. Aku bahkan tidak pantas memimpikan hal-hal tinggi seperti menjadi mate-mu."

Prince hanya menyeringai, bibirnya tertutup rapat, entah karena kehilangan kata-kata atau karena memang setuju dengan ucapan Sunny. Yang pasti jika mengenai anak, Prince tidak pernah memikirkan sampai kesana. Hampir seluruh hidupnya ia habiskan dengan luar biasa. Dunia bawah tanah mengenal siapa dirinya. Pria berhati dingin yang tak enggan memperjual belikan para gadis dan omega untuk dijual kepada para hidung belang.

Jepang dan Beomgyu hanya tidak tahu siapa Prince di balik topeng pengacaranya itu. Gelar pendidikan baginya hanya sebuah rumus untuk menemukan jalan paling aman untuk merangkak menjadi raja dunia gelap.

Memiliki mate dan seorang anak? Ah, angan Prince mana sampai ke arah sana.

Sunny melepaskan kontak dengan leher harum Prince, ia menatap alpha itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Bibir manisnya bergerak, membentuk sebuah urutan kata-kata, "apa yang terjadi jika aku mengandung anakmu, Park Sunghoon?"

Park Sunghoon. Ini adalah kali kedua Sunny menyebut nama itu. Prince tidak suka, Prince membencinya. Prince membenci nama itu dan semua kenangan yang terajut bersamanya. Dada Prince mengembang, menghirup udara sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskannya perlahan. Tatapan mata yang sempat melembut kini berubah bengis. Sunny tak hanya merasa dirinya ditusuk oleh tajamnya obsidian kelam Prince, tetapi rahangnya juga dicengkeram, membuatnya terpaksa mendongak.

"Maka aku akan membunuhmu," tutur Prince dengan amarah yang kentara.

Senyuman tipis terlukis di wajah Sunny, ia menurunkan kerah yukata yang menggantung di bahunya, memamerkan betapa indah bahu putihnya.

"Kau yakin tidak akan merindukan tubuh ini jika aku mati?"

Prince meneguk saliva. Cengkeraman tangannya terlepas, beralih meraih tengkuk Prince dan menariknya mendekat. Bahu Sunny dikecapnya dengan rakus, dilukis dengan bercak kemerahan seakan itu adalah stempel kepemilikan yang telah dipatenkan.

Sedangkan Sunny bersembunyi di bahu Prince, menyumpah serapahi alpha itu dalam hati, serta membuat pertaruhan yang ia lantangkan dalam pikirannya.

"Mari kita lihat, Park. Siapa yang akan mati lebih dulu." Suara hatinya sinis, namun bibirnya menggetarkan desahan selayaknya sedang menikmati belaian kekasih.

Cumbuan rakus Prince semakin turun, meraup puting ranum Sunny seakan ia ingin menelannya bulat-bulat. Sunny meremas rambut Prince, tubuhnya membusur diantara perasaan tidak nyaman. Namun ia harus bisa menempatkan dirinya agar tubuhnya tidak menampakkan bahwa ia tidak menyukai apa yang Prince lakukan kepadanya.

Sunny menghela napas dalam-dalam, meyakinkan diri bahwa seks tetaplah sebuah kenikmatan terlepas dengan siapa ia melakukannya. Lakukan dengan cepat agar semuanya segera berakhir.

[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang