Note;
This's my favorite chapter.•Egosentris•
Keputusan Sunny untuk menerima undangan dari Prince bukanlah sesuatu yang patut disalahkan. Dalam kurun waktu delapan tahun ia telah sering diundang oleh para petinggi negeri. Ia juga sudah sering mendapatkan hadiah dari para tamu. Tidak pernah ada masalah dengan itu. Siapapun yang pernah datang ke okiya pastilah tahu siapa dirinya. Penolakannya kepada hal-hal berbau sensual sudah santer terdengar. Beberapa orang memang menganggap dirinya omega yang sok jual mahal, namun lebih banyak lagi menghargai keputusan itu sebagai cara mempertahankan kemurnian geisha sebagai akar budaya seni Jepang.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, mobil berhenti di halaman parkir sebuah ryokan mewah bergaya tradional. Dua pria berjas mengawal Sunny dengan sangat hati-hati dan juga santun. Sedikit banyak hal itu membuat perasaan Sunny menjadi tenang.
"Silakan. Prince-sama menunggu di dalam," ucap salah satu dari dua pria berjas hitam itu.
Langkah kaki kecil Sunny terhenti di depan sebuah pintu. Suasana temaram menyelimuti tempat bernuansa kayu yang membuat Sunny menelan ludah diam-diam. Perlahan tangannya terjulur, mendorong pintu dengan gerakan lembut.
Nuansa temaram semakin terasa begitu memasuki ruangan mewah itu. Aroma kekayuan juga begitu kental di sana. Sunny merasa tidak asing dengan aroma misterius itu, namun di mana ia pernah mengendusnya? Tidak tahu.
Setelah melepas alas kaki, langkah kecil Sunny mendekati pria yang tengah berdiri di ujung ruangan. Tubuhnya tinggi menjulang, rambut sekelam langit malam dan bahu kokoh yang sedang membelakangi dirinya itu pastilah Prince.
Kedua tangannya terkait di belakang tubuh. Jika diperhatikan, ia tidak hanya sedang membelakangi Sunny. Tetapi ia sedang memandang sebuah kimono yang tergantung indah di sudut ruangan.
"Selamat malam, Prince-sama." Sunny membungkuk santun.
Prince berbalik, menatap datar pada omega kecil di hadapannya. Ia melangkah pelan, memutari tubuh Sunny yang berdiri anggun di tengah ruangan seraya berkata, "aku melihat pertunjukanmu tadi."
Tidak ada jawaban dari Sunny. Ia masih merendahkan tatapannya. Memandangi ubin kayu seakan di sana terdapat sesuatu yang sangat menarik.
"Heeseung benar, kau sangat berbakat." Prince masih memutari tubuh Sunny, seakan sengaja melakukannya untuk suatu hal.
"Terima kasih atas pujian Anda, Prince-sama."
"Aku sangat terpukau." Langkah Prince berhenti di depan Sunny. "Jadi aku ingin menghadiahkan kimono indah ini kepadamu."
Perlahan wajah Sunny terangkat. Menatap kemana tangan Prince menunjuk. Itu adalah satu set kimono hitam bermotif burung api, juga terdapat gambaran bunga laba-laba berwarna merah di tepian kainnya. Pakaian yang indah. Dan phoenix selalu digadang-gadang sebagai pelambangan seorang ratu.
Sunny mendekat, merasakan setiap guratan berwarna saga yang mengkilat lewat usapan tangannya.
"Kau menyukainya?"
Senyuman lembut terpatri di wajah Sunny. Ia membungkuk lagi, menyampaikan rasa terimakasihnya lewat tuturan santun yang begitu nyaman di dengar.
"Ini sangat indah." Sunny memuji tulus.
Meskipun wajah Prince tetap berekspresi datar, namun kemurahan hati Prince dalam memberinya hadiah patut diapresiasi dengan pikiran positif, bahwa pria itu tidak seburuk apa yang Sunny pikirkan.
Ya, ia terlihat tak kurang dari seorang gentleman saat ini. Paling tidak sampai suara husky-nya berkata, "cobalah."
"A-apa?"
"Aku sudah memberikannya padamu, bukankah seharusnya kau mencobanya untukku?"
Sunny tergugu, bibirnya membeku untuk bisa mengulas senyuman. Namun profesionalisme membuatnya harus memaksa diri untuk bersikap setenang air tanpa riak.
"Izinkan saya mencobanya bersama Nyonya Park, okyakusama." Sunny berkata sopan.
Langkah Prince melebar, maju selangkah mendekati Sunny. Kedua tangannya masih bersembunyi di balik punggung dan raut wajahnya tetap tak terbaca seperti sedia kala.
"Kenapa?" Alpha itu menuntut sebuah jawaban. "Kau menolaknya?"
Sunny menunduk. "Sama sekali tidak, Prince-sama. Hanya saja, itu sedikit—"
Tuturan lembut itu terhenti seiring terdengarnya suara tarikan tali kimono yang Sunny kenakan.
"T-Tuan..." Sunny sontak melangkah mundur, membuat punggungnya menabrak cermin besar. Sementara Prince melangkah gesit menghimpit tubuh omega kecil itu.
"Jangan sok jual mahal denganku," tutur Prince sarkas.
Alpha jangkung itu berusaha membuka lapisan luar kimono Sunny. Tentu saja Sunny mengelak. Mati-matian ia mencengkeram bagian dadanya seraya menahan tangis.
Ketakutan itu kembali merayap mengisi setiap cela pori-pori tubuh Sunny. Ini seperti masa lalu terulang kembali. Di mana seragamnya dibuka paksa oleh pria yang sama bejatnya.
"Jangan." Sunny menggeleng pilu, wajah cantiknya memerah tanda tangis tidak akan mereda dalam waktu dekat.
Tetapi Prince bukanlah pria sabaran. Ia menyentak kimono Sunny hingga terlepas, memelantingkan tubuh Sunny agar menghadap cermin dan memandangi tubuhnya yang kini hanya menyisakan kimono tipis.
"Ah, karena aku bukan Heeseung? Kau sangat menyukainya, hm?"
Sunny menggeleng. "Tidak pernah ada hal-hal seperti itu di antara kami."
"Kau tahu Sunny? Aku membenci penolakan." Prince menyibak rambut panjang Sunny, menyesap aroma di cerukan lehernya secara seduktif.
Lagi, Sunny menggeleng dalam tangis. Sekujur tubuhnya bergetar hebat. Inilah yang ia takutkan dalam hubungan sentimental. Perasaan takutnya pada sentuhan erotis tidak pernah hilang dari benaknya. Dan dirinya selalu tidak mampu melawan ketakutan itu.
"Mari kita lihat seberapa bagus tubuhmu hingga kau berani menolak perintahku."
Tangan Prince begitu terampil menemukan tali pengikat kimono Sunny seakan ia telah terbiasa melakukannya. Kain terakhir yang membungkus tubuh Sunny tersentak lagi, jatuh tertanggal bersama tubuhnya yang berputar menghadap Prince.
Ia memberanikan diri mendongak, menatap Prince yang memandang rendah kepadanya dengan air mata yang berderai. Tidak ada kata-kata yang mampu keluar dari bibir Sunny. Ia meringsut ke lantai bersama tangis yang kian menjadi. Memeluk setiap helaian kain yang telah tanggal dari tubuhnya seiring runtuhnya harga diri yang ia jaga selama ini.
Sementara itu di sisi lain bibir Prince menyudut, menciptakan seringaian. Sesaat kemudian ia berjongkok, mengapit dagu Sunny dengan jemarinya. Memaksa wajah basah itu agar menatap kepadanya. Tidak ada tatapan lembut seperti biasanya bisa Prince temukan di wajah cantik Sunny. Yang ada hanyalah suara isakan menyedihkan.
Ibu jari Prince bergerak, menyapu bibir bawah Sunny, merusak rona merah di bibir tipis itu seraya berkata, "kau pikir aku tidak mengenalimu, Kim Sunoo?"
•To Be Continue•
Bab paling greget menurutku.
Gimana menurutmu?
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL
Fanfic⚠️Boys Love ⚠️ABO/Mpreg ⚠️Mafia ⚠️Red Flag ⚠️Mature ⛔Harap bijak memilih bacaan⛔