12

2.4K 290 11
                                    

•Egosentris•

Pada tengah hari saat Sunny baru tiba di okiya, ia melihat K dan Heeseung turun dari mobil mewahnya masing-masing. Hal itu membuat langkah Sunny terhenti sejenak. Ia mulai khawatir akan melihat kehadiran Prince juga di sana, namun beberapa saat menunggu, tidak ada tanda-tanda Prince datang bersama mereka. Jadi Sunny melanjutkan langkahnya memasuki okiya.

Masih seperti biasanya, Sunny selalu menyapa penghuni okiya dengan senyum menawan. Hari terasa lebih cerah karena kehadirannya, dan sepertinya Heeseung pun setuju dengan pendapat itu.

Lihat saja dia, setelah bayangan kecantikan seorang Sunny melintasi netranya, ia pun mengumbar senyum bahagia.

"Konichiwa, Sunny-san." Ia menyapa dengan senyuman yang membuat ketampanannya terakumulasi.

"Konichiwa, Heeseung-sama." Sunny membungkukkan badannya.

K melihat interaksi keduanya dengan satu alis terangkat sebelum menepuk punggung Heeseung seraya berkata, "ayo!"

"Kutunggu di ruang minum teh." Heeseung berucap manis lalu mengikuti langkah K.

Sunny beralih memasuki ruang ganti para geisha untuk meletakkan tasnya di loker. Di sana ada beberapa maiko sedang berdandan dan beberapa lagi saling mengobrol karena di siang hari seperti ini okiya cukup sepi.

"Sunny-san, kemarilah." Salah satu dari beberapa geisha yang sedang mengobrol memanggilnya.

Mereka terlihat antusias untuk sesuatu hal, dan salah satunya langsung menodong Sunny dengan pertanyaan saat omega cantik itu bergabung.

"Yang baru datang itu Lee Heeseung-sama?"

"Ya, Harua. Dia datang bersama K-sama," jawab Sunny apa adanya.

Geisha lainnya memekik seraya menutup mulutnya. "Beruntung sekali, Eui Joo. Alpha tampan itu selalu memesannya. Aku curiga mereka jatuh cinta."

"Ah, tidak mungkin. Eui Joo masih seorang maiko. Lagipula jika berbicara soal jatuh cinta, aku lebih curiga kepada Heeseung-sama. Dia melihat Sunny seperti seekor kupu-kupu yang sedang terpikat kepada bunga." Komentar omega bernama Harua.

Sunny hanya tersenyum, ia enggan menanggapi ucapan teman-temannya.  Sedangkan mereka terus tertawa-tawa membicarakan ini dan itu. Sunny tidak benar-benar mendengarkan mereka.

Cinta. Kenapa orang begitu senang membahas kehadirannya? Sunny sama sekali tidak mengerti kenapa rangkain lima huruf yang berbeda itu selalu dielu-elukan seolah ia sangatlah sakral. Sementara bagi dirinya sendiri, cinta tidak pernah lebih dari sebuah omong kosong belaka.

"Aku permisi." Sunny bukannya tidak ingin berlama-lama bercengkerama dengan teman-temannya, ia selalu senang berkumpul dengan mereka, namun pekerjaan menantinya. Dari meja resepsionis tadi ia tahu Heeseung menginginkan dirinya untuk ditemani. Seperti biasanya.

•Egosentris•

Pria ramah, lembut, dan juga manis, itulah kesan yang Sunny tanam untuk menilai seorang Lee Heeseung. Sunny berjalan dengan sangat hati-hati, membawa nampan berisi teko teh dan meletakkannya di meja.

Tanpa kata pengantar sebagai basa-basi, Sunny duduk di samping Heeseung dan mulai meracik tehnya. Sementara Heeseung terlihat sedang melakukan panggilan dengan seseorang yang membuat mood-nya turun drastis. Dapat terlihat jelas dari garis kerutan di dahinya dan cara alpha itu meletakkan ponselnya di atas meja dengan kasar.

"Silahkan tehnya," tutur Sunny setelah tangan halusnya meletakkan cangkir di atas tatakan kayu.

Heeseung menghela napas panjang, lalu meneguk teh buatan Candy dan memuji betapa nikmat cairan harum itu.

"Kurasa aku memang harus menikahimu jika aku ingin merasakan teh ini setiap hari," kekehnya.

"Saya rasa perasaan Anda sedang kurang bagus hari ini. Anda menggoda saya cukup berlebihan." Sunny berkomentar dalam senyuman.

"Begitukah?" Heeseung mengeluarkan rokoknya dan Sunny spontan membantu menyulutnya. "Suamiku menelepon. Dia marah-marah karena aku tidak ikut Prince pulang ke Korea."

Ada sesuatu yang mendesir halus di dada Sunny saat kalimat Heeseung mengetuk gendang telinganya. Pada akhirnya, bajingan itu menghilang dari negara ini? Baguslah.

"Saya rasa beliau merindukan Anda, Tuan."

Heeseung menyeringai, ia melingkari pinggang Sunny dan menarik tubuh ramping itu agar mendekat. "Tapi aku lebih merindukanmu. Bagaimana ini?"

Pipi Sunny bersemu merah tanpa ia sadari. Ia mulai bertanya-tanya dalam hati, bagaimana manusia kehangat ini bisa berteman dengan Prince yang begitu kejam? Sunny mendorong lembut dada bidang Heeseung agar tubuh mereka yang saling menghimpit itu menjauh.

"Omong-omong Sunny, aku masih ingin menjadikanmu hallyu star. Aku yakin kau akan bersinar terang. Akan sangat menyenangkan jika kau bersedia," tutur Heeseung lagi. Jemari panjangnya menyentuh dagu Sunny, seakan sedang menyusuri kecantikan omega itu. Ia tersenyum miris kala mengingat sosok cantik ini telah di tandai Prince sebagai hak milik.

Ia terlambat. Sayang sekali.

"Saya sangat berterimakasih atas kebaikan hati Anda, Heeseung-sama. Tetapi saya masih sangat mencintai pekerjaan saya sebagai geisha." Sunny menolak halus tanpa mengurangi sopan santunnya.

Helaan napas Heeseung terdengar samar. Ia menuang tehnya sendiri ke dalam cangkir lalu meminumnya perlahan. "Lusa aku akan kembali ke Korea. Tapi sebelum itu aku berniat untuk menemuimu."

Napas Sunny tertahan. Baguslah, bagus. Mimpi buruk akan segera berakhir. Antara dirinya, Loey, atau apapun tentang Korea, akan terputus sampai di sini.

"Apa yang membuat anda ingin bertemu dengan saya, Heeseung-sama?" tanya Sunny dalam sunggingan yang teramat cantik.

Heeseung mendekatkan bibirnya ke telinga Sunny. Secara lugas ia membisikkan kata, "Aku ingin membawamu ke Korea."

Jemari lentik Sunny meremas kimononya diam-diam. Napasnya terhenti, seakan sebongkah besi runcing menancap di dadanya.

"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak bisa." Ia menolak dengan santun.

Heeseung menyesap batang rokoknya dan kembali mencemari udara dengan kepulan nikotin.

"Sebenarnya, ini perintah Prince."

"Saya tetap tidak bisa."

Decakan bibir terdengar. Heeseung mulai kehilangan kesabarannya, namun ia masih tersenyum hangat seperti biasanya.

"Apa boleh buat. Aku harus mengatakan ini padanya." Heeseung kembali melingkarkan lengannya di pinggang Sunny. Mempersempit jarak diantara keduanya sehingga Sunny harus memundurkan kepala.

"Tapi setelah persenggamaan kalian, kurasa Prince tidak akan menyukai kabar ini." Sambungan kalimat itu membuat Sunny melonjak kaget.

Ia melepaskan dirinya dari Heeseung lalu menundukkan kepalanya. "Saya tidak mengerti maksud Anda, Tuan."

"Jangan khawatir, Sunny. Rahasiamu aman bersamaku. Prince pasti sangat menyukaimu karena dia memerintahku untuk menjagamu."

"Menjaga dari apa?" tanya Sunny ragu-ragu. Kedua telapak tangannya mulai berkeringat dingin.

Heeseung memiringkan kepalanya. "Entah. Dia tidak pernah seposesif ini sebelumnya."

Diam-diam Sunny menggigit bibirnya.  Ada sesak yang teramat dalam dadanya. Apa yang perlu dijaga dari Sunny sementara Prince sendirilah pusat penderitaannya berasal?

• To Be Continue •

[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang