44

1.6K 242 25
                                    

• Egosentris •

Kini bangun di siang hari adalah rutinitas biasa untuk Sunny. Masalahnya bukanlah ia menjadi pemalas karena kini tidak harus bekerja, namun karena Prince selalu memaksanya bercinta setiap malam.

Tubuh mungil itu menggeliat di balik selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya. Jemari lentiknya meraba-raba sekitar dimana biasanya ia akan menemukan Prince dan memeluk tubuhnya. Namun kali ini Sunny harus bangun dengan kecewa karena ranjang di sisinya tak berpenghuni.

Mata rubah itu mengerjap berulang kali, berusaha menstabilkan pandangannya yang pedih. Yang pertama kali ia lihat saat membuka mata adalah gorden putih yang melambai-lambai, tanda pintu balkon sudah dibuka. Lalu di antara kain putih itu ia melihat Prince berdiri sembari menyesap gulungan nikotin. Tubuh atletisnya dibiarkan bertelanjang dada, sementara kaki panjangnya dibalut celana piyama.

Sunny mengulas senyuman manis. Meskipun pantatnya masih terasa kebas ia bergegas turun dari ranjang dan mengambil piyama atas Prince yang masih terlipat rapi di atas nakas. Pakaian itu menenggelamkan dirinya hingga menutupi pantatnya. Menggemaskan sekali.

Setelah berjalan dengan hati-hati, ia merengkuh pinggang Prince dari belakang. Prince tidak terlalu peduli dengan pelukan pagi yang ia dapatkan. Pikiran Prince sedang melayang jauh entah ke mana.

"Selamat pagi," sapa Sunny di balik punggung kokoh sang alpha.

Prince tidak tak bergeming. Sepertinya nikotin jauh lebih menarik hatinya daripada Sunny hari ini. Hal itu membuat Sunny menghela napas berat.

Cukup lama Sunny menanti balasan dari sapaannya. Berharap paling tidak Prince menggumam sedikit saja.

"Apa kau masih membenciku?" Namun justru pertanyaan itulah yang keluar dari mulut Prince.

Sunny menggumam. "Kau adalah orang yang paling tidak pantas dicintai di dunia ini."

Awalnya Sunny mengira Prince akan berbalik dan menatapnya dengan bengis setelah kalimat itu terlontar dari mulutnya. Namun rupanya tebakannya keliru. Alih-alih bersikap kasar seperti biasanya, Prince justru lebih memilih setia pada keheningan.

"Tapi aku sangat takut kehilanganmu." Sunny melanjutkan kalimatnya.

Sesapan nikotin Prince terjeda. Untuk sesaat ia membeku di tempat, sampai ia membuang putung rokoknya dan berbalik, menatap wajah pagi hari Sunny lamat-lamat.

"Benarkah?"

Sunny mengangguk malu-malu. "Aku ingin kau selalu ada di sisiku."

Ada gelegar tak biasa merambat di dalam dada Prince. Adalah momen langka mendengar Sunny mengutarakan isi hatinya seperti saat ini. Ia menangkup wajah Sunny dengan kedua telapak besarnya, lalu membawa wajah berseri itu agar menatap kepadanya.

"Aku berjanji, aku akan melindungimu dan anak kita, apapun yang terjadi."

Sunny mengangguk lembut sembari mengulas sebuah senyuman yang menenangkan Prince. Sang alpha tak kuasa, ia memeluk tubuh Sunny, merapatkan kepala omega cantik itu ke dada bidangnya. Tidak sekedar hangat yang Prince rasakan pada pelukan mereka kali ini, namun ia juga menemukan sebuah harapan.

Pada akhirnya, Prince memiliki tujuan dalam hidup.

"Apa yang terjadi? Kau terlihat lain dari biasanya." Sunny mengusap punggung Prince dengan lembut.

Banyak yang terjadi setelah kaburnya mereka ke Munich. Bisnis Prince tidak selancar dulu, bahkan bisa dikatakan mereka hanya mengandalkan uang tabungan untuk saat ini. Memang benar, tabungan Prince tidak terhitung jumlahnya. Namun bagi seorang pembisnis, kehilangan waktu dan kesempatan untuk mengelola bisnis mereka adalah sebuah kerugian besar.

[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang