•Egosentris•
Sejak awal tujuan Prince datang ke Jepang bukanlah untuk Sunny. Anggaplah pertemuannya dengan masa lalunya itu hanyalah jackpot. Karena sesungguhnya ia datang ke negara matahari terbit ini untuk menjalin hubungan bisnis dengan salah satu anggota Yakuza yang sangat berpengaruh dalam bisnis dunia bawah. K.
Sepak terjangnya dalam dunia prostitusi dan obat-obatan terlarang sudah tidak perlu diragukan lagi. Semuanya berjalan lancar tepat seperti yang Prince harapkan. Akuisisi telah terjalin, membawa tiga negara antara Amerika, Korea dan Jepang kini menjadi saudara.
Sementara K akan mendapat pasokan barang haram dari Amerika dan bebas menjualnya di Korea, pihak Prince akan mendapatkan legalisitas untuk situs porno yang sedang ia kembangkan. Dan Heeseung? Sebagai penguasa dunia gelap Korea, ia bisa melakukan apapun. Merekrut para omega pria dan wanita sebagai bintang seks, memasarkan narkoba bahkan mencari pelanggan untuk para pelacurnya.
Semuanya dilakukan karena Heeseung adalah satu-satunya yang paling pandai berkomunikasi daripada Prince —si kaku yang tidak tahu bagaimana caranya bersikap manis.
"Sejujurnya aku sangat tertarik pada Sunny." Di meja judi, Heeseung menerawang udara kosong.
K mengekeh, manik kelamnya sedang memilah-milah kartu di tangan dan melempar salah satunya ke atas meja. "Percayalah, Eui Joo jauh lebih manis darinya."
"Aku tahu, tapi Sunny berbeda. Semakin ia jual mahal, semakin dominan penasaran dibuatnya. Aku yakin kau setuju denganku kecuali kau buta," tutur Heeseung.
K mengambil salah satu kartu di atas meja, menyelipkannya di jemari lalu membuang kartu lainnya.
"Kenapa kau membicarakan dia? Apa yang membuatmu tertarik?" tanyanya.
Dalam diam, Prince menyesap rokok di mulutnya dan menata kartu-kartu di tangannya dengan wajah tak terbaca. Ia bukannya tidak mendengar apa yang kedua kawannya katakan, ia hanya tidak berminat untuk menyanggah kalimat-kalimat itu.
Heeseung tersenyum miring. "Dia pandai menghibur. Kurasa aku harus menikahinya."
Bibir K menyunggingkan seringaian sinis. "Lalu mau kau kemanakan Jake?"
"Memangnya kenapa? Dia akan tetap jadi suami sahku dan tinggal di rumahku."
"Bajingan ini!" K meletakkan rangkaian kartunya di atas meja, mengembangkan senyuman bangga karena telah mendapatkan angka yang bagus.
"Sial." Heeseung menggumam kesal melihat kartu K. Ia menggerakkan jemarinya, mengintruksi agar gadis berpakaian seksi di belakang tubuhnya menuang martini ke dalam gelasnya yang telah kosong.
Hanya Prince yang tampak tenang tanpa ekspresi. Ia menyesap asap nikotin terakhirnya dan membuangnya ke asbak sebelum membuka kartu miliknya di atas meja.
"I win." tuturnya rendah.
"Fuck off!" K menyalak kesal. Nyaris saja ia mendapatkan pesawat jet sebagai hadiah taruhan. Namun kesempatan itu dengan mudahnya direnggut oleh Prince.
"Aku selesai." Suara derit kursi terdengar seiring berdirinya Prince.
Kedua kawannya menatap heran, bahkan Heeseung pun bertanya, "Mau ke mana kau?"
"Mengambil kembali milikku," jawab Prince datar.
Lebih tepatnya mengambil kembali Sunoo dari takdir yang sempat merenggutnya dari tangan Prince. Menempatkan kembali omega itu pada ketetapan yang telah ia ukir padanya sepuluh tahun yang lalu. Bahwa Kim Sunoo adalah miliknya, pelacurnya, atau apapun yang berarti sebuah kesenangan untuknya. Persetan bagaimana orang menyebut dirinya. Sunny atau siapapun itu, Sunoo tetaplah Sunoo baginya.
Langkah kaki Prince terhenti di ujung gang tak jauh dari rumah Sunny. Sejak pertemuan pertama mereka Di okiya, Prince telah membuntutinya pulang setiap malam, menghafal pukul berapa Sunny akan keluar dari okiya dan jalan mana yang akan menjadi rutenya.
Bibir itu menyeringai tipis setelah melongok ke jalanan dan melihat Sunny berjalan di kejauhan. Prince menunggunya dengan sabar di balik dinding gang, lalu menarik tangan Sunny saat omega itu melewatinya.
"Akh!" Punggung Sunny menabrak dinding. Ia menatap penuh keterkejutan begitu melihat sosok yang telah berlaku kasar dan tidak sopan itu adalah Prince.
"Minggir." Sunny berucap dingin, berusaha setengah mati mengikis rasa takutnya lewat doa-doa yang ia panjatkan di dalam hati.
"Ikut aku!" perintah suara bernada rendah. Alpha itu berusaha menyeret Sunny dalam langkah lebar namun Sunny menghempas genggaman tangannya.
"Lepaskan!"
Prince tertawa sinis, ia mendorong tubuh Sunny ke dinding, menghantamkan kepalan tangan ke dinding dan secara sarkas berkata, "sudah kukatakan, jangan sok jual mahal padaku."
Tatapan Sunny terkunci pada obsidian kelam yang begitu dibencinya. "Aku tidak peduli."
Prince merogoh sisi dalam jas mahalnya, mengeluarkan sebuah pistol dan mengarahkan ujungnya ke bawah rahang Sunny. Tubuh omega itu menegang sesaat, rona ditubuhnya meremang, kedua netranya pun bergetar. Namun masih ia tatap bajingan di hadapannya dengan tatapan kebencian yang kentara.
Tidak, ia tidak ingin kalah lagi kepada arogansi dan diktatorasi seorang Park Sunghoon yang tidak pernah berubah sejak dulu. Seribu kali dalam hati ia meyakinkan diri bahwa, "aku bukan Kim Sunoo yang bisa kau perlakukan seenaknya seperti dulu."
Meskipun pada akhirnya Prince menertawai dirinya dan semakin mendorong ujung pistolnya. "Kau masih bersikap sombong saat aku bisa mencabut nyawamu kapanpun juga? Kau banyak berubah, Sunoo."
Tidak, tidak ada yang berubah dari Kim Sunoo mengenai Park Sunghoon. Ia tetap membenci, ia tetap mendendam dan juga takut kepada sosok itu. Terpancar jelas dari sorot matanya yang berapi-api dan helaan napas yang memendek. Gejolak di dalam hatinya sudah memuncak yang meluber bagaikan lava gunung berapi, sehingga diluar kendalinya ia begitu berani meludahi wajah Prince.
Wajah Prince memerah seketika, membuatnya sontak mencengkeram kerah kimono Sunny dan menyumpah serapahi omega yang tanpa ia ketahui adalah ibu dari anaknya.
"PELACUR SIALAN!!"
Suara tembakan membumbung membelah langit malam hingga para gagak berhamburan. Tubuh Sunny bergetar hebat, secara spontan ia menjerit, tubuhnya jatuh berjongkok di tanah sembari menutup kedua telinganya dengan tangan.
Sedangkan Prince mengusap kasar wajahnya yang telah diludahi Sunny. Lalu ia mendongak seraya bertolak pinggang, menghembuskan napas lega karena telah melampiaskan amarahnya pada tembakan udara.
Tangan Sunny kembali dicengkeram. Tubuhnya terseret dalam langkah yang begitu sulit untuk diimbangi. Tanpa tawaran maupun persetujuan, Sunny diangkat dan dimasukkan ke dalam mobil hitam yang tak ubahnya mobil penculikan.
Hanya berjarak beberapa meter dari tempat mobil itu membawa pergi Sunny, Jay membolakan mata. Ia baru saja berencana mendatangi Jungwon untuk memberinya pizza yang baru dibelinya, namun justru berakhir melihat Sunny dibawa paksa oleh seorang pria.
"SUNNY!!"
"HEI!! BERHENTI!!"
"SUNNY!!"
Kotak pizza yang ia genggam terjatuh. Ia berlari, mengejar Sunny tetapi sayang ia sudah terlambat. Mobil hitam itu sudah melesat jauh.
"AARGGHH!!" Jay meraung, ia berjongkok sembari meremas rambutnya sendiri.
•To Be Continue•
Note;
Sudahkah Anda emosi? 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL
Fanfiction⚠️Boys Love ⚠️ABO/Mpreg ⚠️Mafia ⚠️Red Flag ⚠️Mature ⛔Harap bijak memilih bacaan⛔