55

1.4K 185 22
                                    


•Egosentris•

"Kau akan pergi lama?" Sunny bertanya dengan nada lembut. Jemari lentiknya begitu terampil menari di leher Prince. Merangkai simpul dasi.

"Tidak. Setelah meeting dengan kolega aku akan langsung pulang."

Bibir Sunny mengerucut. Sejujurnya ia kurang setuju akan keputusan Prince meninggalkan dirinya di rumah.

"Tapi Berlin itu jauh." Ia berkomentar.

"Ini adalah meeting yang sangat penting untuk kelangsungan kesejahteraan hidupmu dan anak-anak kita."

Sunny menghela napas. Mata sayunya menyorot sedih ke dalam manik kelam Prince. "Apa ini soal narkoba dan semacamnya?"

Pertanyaan itu sepenuhnya diabaikan. Prince tidak peduli dengan pendapat Sunny soal ini. Bagaimanapun ini adalah dunianya. Ia harus kembali memperbaiki tatanan istananya yang sudah pora-poranda.

"Jangan lakukan hal-hal berbahaya saat aku pergi."

Wajah cantik itu terbingkai sepasang telapak tangan hangat dan lebar. Sunny tersenyum nyaman karenanya. Selepas merapikan dasi Prince, ia melingkari pinggang pria itu dalam pelukan sehingga keduanya saling berhimpitan.

"Yes, Your Highness."

Prince membalas kalimat pujaan itu dengan sunggingan tipis. Kemudian perlahan mengecup bibir Sunny. Beberapa kali, kecupan-kecupan saling mereka balas bertubi-tubi, kian lama kian memanas dan menyuarakan bunyi-bunyi khasnya.

"Hoon..."

Sunny mendorong lembut dada Prince yang kian detik kian menyondong kepadanya. Kekhawatiran sedikit banyak merasuki pikirannya, mengenai feromon Prince yang memenuhi udara.

"Kau rut?"

Prince menggeleng. "Tidak. Ini hanya karena dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan."

Tanpa perlu dijelaskan, Sunny tahu kemana arah Prince berbicara.

"Aku akan membeli sex toys nanti."

"Untuk?" Prince mengerut dahi.

"Jangan pura-pura tidak tahu! Kau pernah mempermainkanku dengan alat-alat seperti itu." Sunny meninju dada bidang kekasihnya. Ia tertunduk, menyembunyikan rona merah yang timbul di permukaan wajahnya.

Prince menertawainya keras-keras, merubah wajah malu-malu Sunny menjadi dengusan kesal.

"Memangnya kau mau beli di mana, hm?" Hidung bangir Sunny dicubit. "Dan bagaimana caramu membelinya?"

"Memangnya kenapa?"

"Nona, apa kau menjual sex toys di tokomu?" Prince meledek, menirukan cara Sunny berbicara. "Kau akan berkata seperti itu?"

"Yak! Berhenti mempermainkanku, Prince!" Sunny memukul dada Prince seraya menggigit bibir bawahnya. Prince benar-benar membuatnya malu.

Prince tertawa lagi. Ia mengusak kepala Sunny seakan omega itu seorang bocah remaja. "Aku tidak memerlukan sex toys."

"Berjanjilah kau tidak akan lama." Sunny merengek. Sungguh kebiasaan baru yang membuat Prince tercengang.

"Berhentilah merengek dengan ekspresi itu." Bukannya Prince tidak menyukainya. Sebaliknya, ia sangat menyukai sikap manja Sunny. Sehingga rasanya Prince ingin menelanjanginya dan menerjangnya ribuan kali dalam semalam.

Prince menggeleng cepat-cepat. Jangan lagi! tegasnya dalam hati.

"Aku harus pergi." Prince mengusap kepala Sunny dengan lembut. Lalu mengecup keningnya sekilas sebelum berjalan keluar dari kamar.

[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang