•Egosentris•
Tepat seperti yang Prince katakan. Saat pagi menjelang, sebuah mobil terlihat mendekat dan memarkir tak jauh dari bangunan. Seorang wanita cantik berpakaian serba hitam turun begitu melihat Sunny dan Jungwon, membungkuk kepadanya seraya menyapa, "selamat pagi, Tuan. Silahkan masuk."
Sunny tidak mengatakan apapun dan hanya mengikuti intruksi tanpa mau tahu kemana ia akan dibawa. Sementara Jungwon tampak ketakutan, ia memeluk erat Sunny dan menyerukkan wajahnya di dada mamanya.
Di sepanjang perjalanan, Sunny memejamkan mata. Napas di dalam rongga dadanya terasa begitu berat untuk dirasa. Pikirannya melayang ke tempat Prince meninggalkannya. Ada gelegar kekhawatiran menguasai dirinya saat ini. Menyembulkan perasaan rindu di permukaan hati. Mereka baru saja bersama, Jungwon baru saja merasakan kehadiran ayahnya dan Sunny baru saja membuka hatinya untuk Prince. Haruskah mereka berpisah lagi sekarang? Sunny ingin sekali menawar, tetapi bisakah ia melawan ketetapan takdir? Sedangkan takdir seakan gemar sekali mempermainkan hidupnya.
Matahari mulai menyengat kulit saat ia menatap ke luar jendela, bias mentari menerobos mencumbu wajah ayunya. Disusul pintu mobil yang dibuka oleh wanita yang sama dengan beberapa jam yang lalu.
"Dimana ini?" tanya Sunny.
"Tuan Lee Heeseung sudah menyiapkan pesawat untuk Anda."
"Pesawat?" Sunny membelalakkan matanya. "Tapi kenapa aku harus menaikinya? Aku harus kembali ke Kyoto."
Wanita itu tersenyum lembut. "Anda tidak perlu khawatir. Kami bekerja untuk keluarga Park."
Perasaan tenang merambat begitu marga Prince disebutkan.
"Kemana kau akan membawaku?" Sunny bertanya ragu-ragu.
Wanita itu melangkah cepat menuju sebuah pesawat yang terparkir di tengah tanah lapang. Seorang lelaki bertubuh tinggi menunggunya di pintu, lalu membungkuk hormat ketika Sunny mulai menaiki tangga.
"Kita akan ke Munich," tutur wanita itu sebelum memasuki pintu pesawat.
"A-apa? T-tapi..."
Wanita itu menatap langkah Sunny yang tertahan di anak tangga, lalu menatap Jungwon yang memeluk tubuh mamanya.
"Jepang tidak akan aman untuk keluarga Tuan Park. Sebaiknya Anda tidak keras kepala."
Pelukan Jungwon semakin erat dirasakan oleh Sunny. Ia menatap sekeliling, hatinya hancur berkeping-keping disana. Ada perasaan yang begitu berat membelenggu langkahnya. Mengenai keberadaan Prince dan bagaimana keadaannya saat ini, seolah menghantui pikirannya yang buntu. Haruskah ia pergi dan merelakan waktu semalam adalah kebersamaan mereka yang terakhir?
"Sunny-sama, percayalah kepada Prince-sama."
Sunny menoleh, menatap pria berpakaian hitam yang terlihat tidak asing untuknya. "Kau mengenalku?"
Pria itu mengangguk. "Saya Choi San. Saya ada disana saat Anda datang menemui Prince-sama yang sedang sakit."
Dia pasti salah satu bodyguard yang waktu itu. Sunny membatin.
Butuh waktu beberapa menit untuk Sunny berpikir dalam keraguan. Seumur hidupnya ia tidak pernah sekalipun menaruh kepercayaan kepada Prince dan kini ia dituntut untuk mempercayainya. Akankah ia bisa?
"Ayo." Sunny mendesis lirih kepada Jungwon.
Sekuat tenaga ia mengikis kebimbangan dalam langkah memasuki pesawat kecil yang dipenuhi kemewahan. Manik matanya berkeliling, mengabsen setiap interior dan mempertanyakan dalam hati seberapa kaya seorang Park Sunghoon.
"Buatlah diri Anda merasa nyaman, Tuan." Wanita itu membungkuk kepadanya seakan ia adalah seorang Tuan besar dari keluarga kaya raya.
Hamparan awan membentang seluas samudra, begitu indah dipandang mata namun Sunny menolak memandangnya. Ia menutup tirai jendela, membiarkan pikirannya tidak menyadari bahwa kini ia berada di atas langit. Tidak ada waktu untuk terjerembab dalam pobia. Seluruh isi kepalanya tersedot kepada bayangan Prince seorang. Rasanya memanjatkan ribuan doa-doa saja tidaklah cukup, rindu tetap menyerang seperti bom atom yang mempora-porandakan hatinya, sehingga air mata luruh dengan mudahnya.
"Mama jangan menangis." Jungwon yang duduk di samping Sunny berangsur berdiri dan mengusap pipi basah mamanya.
Sunny mengangguk pelan sembari tersenyum. Entah apa yang harus ia katakan kepada Jungwon untuk menjelaskan situasi saat ini, sementara ia sendiri tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Uwon rindu daddy. Apa kita akan menemui daddy?"
Air mata itu semakin deras membasahi wajah Sunny. Ia memeluk Jungwon erat-erat, merasakan penyesalan kini menggerus jiwanya, juga mempertanyakan mengapa takdir begitu kejam kepadanya?
Saat Prince ada, mengapa ia tidak merasakan bahwa kehadirannya begitu berarti? Saat Prince bersamanya, mengapa ia tidak merasakan bahwa cintanya tidak pernah mati sejak pertama kali ia melihat Prince sebagai Sunghoon dahulu? Saat diam-diam ia menatap pria itu bergumul dengan bola basket dari jendela kelas. Mungkinkah Tuhan murka kepadanya yang begitu munafik dengan tidak mengakui perasaannya? Sunny tidak mampu menemukan jawabannya.
•Egosentris•
Munich, Jerman.
Ini seperti mimpi. Sunny berharap ia sedang bermimpi, berdiri di sebuah Negara yang begitu asing untuknya bersama orang-orang asing yang entah datang dari mana. Mereka memakai jas hitam dan berjumlah setidaknya sepuluh orang.
Pada pengetahuan umum yang Sunny ketahui, begitu turun dari pesawat Sunny harus memasuki airport untuk menemukan jalan keluar. Tetapi ini jauh berbeda dari ekspektasinya. Ia justru digiring masuk ke dalam mobil yang melaju pada jalur khusus.
Setelah satu jam perjalanan, barulah mereka sampai di sebuah mansion mewah yang dikelilingi hutan pinus. Rasa takut kembali menguasai batin Sunny. Ia menatap sekeliling dan semuanya begitu asing baginya. Terlebih sikap ramah orang-orang asing itu kepadanya membuat Sunny semakin cemas, pasalnya ia adalah orang biasa yang jauh dari kata harus dihormati.
"Silahkan, Tuan."
Langit senja mulai nampak, meredupkan langit yang sempat membiru. Diam-diam Sunny menelan ludahnya saat pintu bercat cokelat menyuarakan deritnya.
Begitu pintu terbuka, para maid menunduk dalam barisan di sisi kanan dan kiri pintu, membuat Sunny dikuasai rasa canggung. Dengan langkah pelan ia memasuki rumah itu, memasrahkan diri jika seandainya sesuatu yang buruk terjadi kepadanya. Sunny tidak mampu berpikir jernih, kepalanya seolah berputar-putar hingga ia tidak mampu melihat objek dengan benar. Sangat berbeda dengan Jungwon yang seketika berlari setelah berteriak, "Daddy!"
"Jungwon!" Sunny seketika mengejar putranya. Namun ia gagal menangkap tubuh kecil itu karena Jungwon telah lebih dulu masuk ke dalam pelukan orang lain.
Orang lain yang membuat lutut Sunny melemas seketika saat menatapnya.
"Prince?"
Tubuh Sunny jatuh bersimpuh di atas lantai marmer. Sedangkan pria tinggi itu lekas-lekas berlutut di depannya dan memeluk dirinya erat-erat.
"Syukurlah kau baik-baik saja," bisik Prince sebelum mengecup pipi Sunny.
Tidak ada sapaan maupun makian dari Sunny. Ia menangis tersedu-sedu, keras sekali hingga beberapa maid tersenyum malu dibuatnya.
"Hei, kenapa menangis?"
Sunny memukul dada Prince berulang kali sembari terus menangis. "Kau meninggalkanku di tengah hutan seorang diri. Kau pergi entah kemana dan kenapa sekarang kau muncul di sini?"
Prince menyeringai. Ah, ya! Bukankah terakhir kali Prince telah tertangkap oleh Beomgyu? Lalu kenapa ia ada disini sekarang?
• To Be Continue •
Aku curiga si Prince disulap sama ayang Taehyun 🤔🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
[ON GOING] Egosentris || Sunsun BL
Fanfiction⚠️Boys Love ⚠️ABO/Mpreg ⚠️Mafia ⚠️Red Flag ⚠️Mature ⛔Harap bijak memilih bacaan⛔