9. Dia?

1.3K 222 10
                                    

Jennie duduk diam di dalam kantor nya memperhatikan Seulgi yang berjalan kesana-kemari memindai beberapa berkas.

"Tanda tangan disini, Sajang-nim." Ucap Seulgi menyodorkan salah satu yang dia pegang.

Jennie menatapnya dengan wajah masam. Tapi, dia tetap menandatangani nya.

"Ini juga, tanda tangani. Lalu yang ini perlu juga untuk survei, lalu yang ini untuk pencairan dana. Yang ini-"

"Unnie! Aku bisa melakukan sendiri!" Potong Jennie saat Seulgi masih terus menyodorkan beberapa berkas kearah nya.

Karena sejak jennie keluar dari rumah sakit empat hari yang lalu. Seulgi seakan secara tidak langsung melarang Jennie melakukan pekerjaan nya.

Lebih tepat nya, Seulgi menghandle semua pekerjaan yang tersedia. Tadi nya Jennie tidak keberatan, karena Seulgi memakai alasan bahwa dia baru saja keluar dari rumah sakit. Namun, setelah empat hari berlalu. Jennie yang workaholic merasa perasaan yang tidak enak di hati saat dia memperhatikan orang lain bekerja sedangkan dirinya tidak.

Disisi lain, Seulgi yang biasanya mengeluh tentang pekerjaanya setiap hari harus bekerja ekstra karena mengurus pekerjaanya dan juga milik Jennie dengan suka rela.

"Apa? Bukan nya ini juga tugas sekertaris buat Menyortir berkas?" Ucap seulgi dengan tampang polos tidak peduli tatapan tajam dari kucing.

"Biasanya Unnie taruh berkas di meja buat aku cek sendiri!" Ucap Jennie dengan nada protes, "Kau sudah melarang ku ikut rapat! Sekarang kau juga mau mengambil pekerjaanku mengecek berkas! Lalu untuk apa aku disini! Untuk apa aku kerja?!"

"Iya? Kenapa kau ke kantor?" Saut Seulgi seketika.

Jennie langsung memelototi nya. Seulgi tidak merespon sedikitpun dan malah mengernyitkan dahi, seakan mempertanyakan keberadaan Jennie disini.

"Aaaaa~ Unnieee~" Rengek Jennie saat melihat Seulgi masih kekeuh tidak membiarkan nya bekerja.

Seulgi yang mendengar nada merengek dan bibir jennie yang manyun seketika membeku.

'Gila!!! Ni kucing bisa kek gini juga? Astaga seul. Mimpi apa kau bisa liat Jennie manja kek gini?!!!' batin seulgi heran sekaligus kagum.

"Oke Oke" Ucap Seulgi akhirnya mengalah, tidak tahan dengan ekspresi sedih Jennie. "Silahkan di cek sendiri Sajang-nim."

Mata Jennie langsung berbinar saat Seulgi menyerahkan berkas-berkas yang menumpuk ke meja Jennie. Persis seperti anak kecil yang menerima permen.

"Jika capek atau tidak enak badan. Langsung tinggalkan dan istirahat di Rest Room mu Jen. Jangan dipaksa. Mengerti?" Ucap Seulgi tegas dan di balas anggukan patuh oleh Jennie.

Kantor Jennie tersedia tempat yang dilengkapi tempat tidur. khusus untuk nya beristirahat jika Dia tidak bisa pulang ke rumah. Cocok untuk Jennie yang gila kerja.

Melihat Jennie yang mengecek berkas dengan semangat, Seulgi kembali angkat bicara. "Kalau begitu aku pergi dulu, Sajang-nim. Aku akan membawa berkas ini juga untuk ditujukan ke bagian marketing." Ucap Seulgi sambil berbalik kemudian melangkah pergi.

"Kau punya banyak pekerjaan yang perlu kau urus, Unnie. Seharusnya, tidak perlu melakukan bagianku juga" Ucap Jennie membuat langkah Seulgi terhenti. Dia kemudian menatap Jennie dengan wajah remeh.

"Gimana bisa aku biarin ibu hamil kerja? Itu bukan style Kang Seulgi"

Jennie balas menatapnya dengan dingin saat mendengar nada meremehkan itu. "Aku hanya hamil! Bukan lumpuh! Jadi jangan mengambil pekerjaanku!"

My Baby's Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang