"Apa ini nyonya?" Tanya Dokter Choi dengan ekspresi dingin nya. Dia mengetuk hasil laporan Jennie dengan tidak senang. "Saya mengijinkan anda untuk pergi keluar karena hasil anda baik. Dan Unnie anda juga berjanji bahwa tidak ada masalah. Tapi, sepertinya saya menyesal sudah mengijinkan anda"
Leher Jennie menciut. Jari-jarinya saling bertautan dan tidak berani melihat kearah Dokternya. Sudah dipastikan Laporan kesehatan nya akan menurun mengingat keadaan nya tidak baik sejak bertemu dengan Jisoo.
Melihat pasien nya ketakutan. Dokter Choi sadar kalau dia sudah berlebihan. Akhirnya, Dia hanya menghela napas dan kembali berbicara dengan nada lembut. "Hanya lebih rileks Nyonya. Anda tidak bisa memiliki tekanan apapun"
Jennie mengangguk penuh kekalahan. "Iya, Dokter. Hanya saja--"
"Saya tahu" Dokter Choi segera memotong perkataan Jennie. "Bagaimana dengan istri anda? Saya benar-benar perlu berbicara dengan nya. Anda bilang dia akan datang hari Jum'at kemarin. Saya menunggu tapi dia tidak datang"
Jennie menunduk. Dia semakin erat meremas tangan nya sendiri. "Ada sesuatu yang terjadi kemarin Jum'at" Cicit Jennie pelan.
"Baiklah, saya tidak mempermasalahkan itu. " Dokter Choi kemudian menyerahkan laporan nya pada suster pendamping. "Tapi, Bisa anda menyuruhnya untuk datang sekarang? Hari ini juga? Karena saya benar-benar perlu membahas masalah bayi kalian padanya"
Jennie mengalami dilema. Dia tidak bisa begitu saja menyetujui permintaan sang dokter. Baru tadi siang mereka menghadiri pemakaman Kim Seokjin. Jisoo pasti tidak bisa datang sekarang.
"Itu dokter... " Jennie berkata dengan ragu. "Apa tidak bisa diwakilkan? Anda bisa berbicara dengan Unnie ku tentang ini"
"Tidak!" Tolak Dokter Choi dengan tegas. "Anak adalah tanggung jawab kedua orang tua nya. Jadi, Nyonya Kim, demi bayi kalian, suruh istri anda datang sekarang. Atau saya sendiri yang akan datang dan mencarinya"
Jennie menelan ludah nya. Dia terpaksa mengangguk pada Sang dokter. "Saya akan menyuruhnya datang"
Wajah tegas Dokter Choi perlahan memudar digantikan sebuah senyuman. "Baik! Saya akan menunggunya kalau begitu. Saya permisi Nyonya Kim. Sampai Jumpa besok pagi"
Se-perginya Dokter Choi. Jennie menatap ponselnya dengan ragu. Ada kontak Kim Jisoo di layar ponselnya. Tapi, Dia tidak berani menekan ikon panggil disana.
"Demi bayi... " Jennie bergumam pelan.
Jennie kemudian menekan Ikon panggil. Dia sudah menyiapkan mental ketika Jisoo tidak mengangkat panggilan nya. Sayangnya, Itu tidak pernah terjadi, karena setelah dering ketiga, Suara dingin Jisoo terdengar ditelinga nya
"Halo?"
Jennie tanpa sadar menahan napasnya. Pikiranya seketika kosong saat mendengar suara Jisoo.
"Halo?" Suara Jisoo terdengar tidak sabar diseberang. "Kalau kau tidak bicara. Aku tutup telponnya"
"Tidak! Tidak!" Jennie segera mencegah Jisoo. "Aku... Perlu bicara dengan mu...." Lirih Jennie.
"Bicara apa?" Ucap Jisoo dengan dingin. "Kalau kau bicara yang tidak penting, mending tutup saja."
"Chu...Ini..." Panggil Jennie lirih, Dia masih tidak berani memberitahu Jisoo tentang kesehatannya. Dia bisa mendengar helaan napas kasar dari seberang.
"Ini Apa?!" Jisoo membentak. "Aku sibuk!Cepat katakan apa mau mu, Unnie?!"
Jennie mengigit bibirnya. Dia mencoba mengabaikan perasaan yang tidak mengenakan dihatinya saat Jisoo membentak nya. Kemudian, Dengan suara yang pelan Dia kembali bicara. "Dokter memintamu untuk datang"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
FanficRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...