Lima hari berlalu sejak ulang tahun Irene.
Dan lima hari sudah Jennie kembali tidak mendapat kabar apapun dari Kim Jisoo.
Sejak pembicaraan terakhir mereka. Dimana Jisoo pergi begitu saja meninggalkanya. Jennie memutuskan untuk pulang saat itu juga. Dia bahkan tidak mengabari Para Unnie nya ketika dia pulang membuat mereka kalang kabut mencari keberadaan nya.
Alhasil, saat Wendy berhasil menemukannya sedang berada di apartemen. Para Unnie dengan habis-habisan mengomelinya. Namun, Jennie tidak peduli karena saat itu suasana hatinya sedang buruk. Jadi omelan unnienya hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
"Ini menyebalkan... " Gumam Jennie pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di sofa apartemen nya dengan pencahayaan minim dari bulan di jendela.
Jennie menengadah menghadap langit-langit apartemen nya yang gelap. Walaupun malam sangat dingin. Jennie hanya memakai jubah tidur untuk menutupi tubuh polosnya. Dia kemudian mengangkat tangan nya. Memperhatikan cincin yang melingkat di jari manisnya. Meski hanya mainan, cincin itu terlihat indah akibat pembiasan dari cahaya bulan malam itu.
"Kau tau, ini menyebalkan Kim Jisoo... " Gumam Jennie lagi pada dirinya sendiri sambil memperhatikan cincin nya. "Aku dulu membencimu. Lalu perasaan apa ini sekarang? Apa yang kau lakukan padaku? Apa karena aku mengandung bayimu? Apa karena bayimu mengenali sosok Daddy nya?"
Jennie lalu memejamkan matanya, Tangan nya yang tadinya berada di udara sekarang menutupi matanya dari sinar bulan. Tangan Jennie yang lain bergerak untuk mengusap perut nya yang sedikit membuncit.
"Apa ini karena mu, baby? Kau membuat Mommy terikat dengan Daddy mu?" Tanya Jennie pada bayinya dan sekali lagi, Jennie merasakan ke gelisahan dihatinya. "Jangan lakukan ini, sayang. Kau bisa melihat seberapa marah Daddy mu kemarin, kan?"
Jennie kemudian diam. Masih dengan mata terpejam. Jennie bisa merasakan detak jantungnya sendiri, mengingatkan dirinya akan suara detak jantung Jisoo saat itu. Tiba-tiba Suara Jisoo waktu itu kembali berputar dipikirannya.
"Jika kau mau memeluku lagi atau ada keinginan lain bilang pada Mommy mu, Oke? Jisoo akan selalu siap sedia memeluk mu dan mengabulkan semua keinginanmu!"
Jennie tanpa sadar tertawa saat mengingat itu. "Apa? Apa kau mencoba mengingatkan Mommy tentang apa yang dikatakan Daddy mu?" Jennie akhirnya membuka matanya. Ruangan yang gelap kembali memenuhi pandangannya. "Itu hanya omong kosong yang dilontarkan oleh Kim Jisoo. Aku tidak percaya dia akan memenuhi janjinya. Mengingat seberapa banyak dia menghinaku waktu itu"
Jennie terdiam kembali karena sebuah perasaan kembali dia rasakan. Seakan bayinya sedang berbicara denganya. Jennie melirik jam yang mengantung di tengah ruangan. 11.30 malam. Jennie bahkan belum mengantuk saat ini dan masih sibuk berbicara dengan bayinya.
"Daddy mu terlalu kekanakan. Tidak mungkin dia akan memaafkan mommy semudah itu." Gumam Jennie lagi.
Perasaan gelisah kembali hadir. Jennie menghela napas berat. Dia kemudian berdiri dari sofa beranjak pergi ke kamar nya untuk tidur. "Baiklah. kita coba besok pagi. Untuk sekarang, mari kita tidur."
Namun, setelah setengah jam berbaring dan menatap langit-langit kamar nya. Jennie sama sekali tidak bisa tidur. Bayinya seakan tidak memperbolehkan dirinya tidur. Bagaimana bisa seseorang tidur dengan keadaan tidak tenang atau gelisah?
Jennie sudah sering insomnia. Tapi, ini adalah insomnia terburuk baginya. Jennie seperti menginginkan sesuatu. Namun, dia tidak tau apa yang dia inginkan. Jennie kemudian duduk kembali dari posisi terbaring. Dia bersandar pada kepala ranjang sambil memeluk bantal dengan erat.
![](https://img.wattpad.com/cover/324938388-288-k478348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
FanfictionRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...