Jisoo terganggu dari tidurnya saat merasakan usapan lembut pada pipinya. Dahinya mengerut dengan tidak nyaman saat tidur nya terganggu. Perlahan usapan itu naik ke dahinya, mengusap kerutan di sana, lalu turun menyusuri jembatan hidung Jisoo dan berakhir di bibir hati miliknya.
"Sempurna... " Bisikan lembut terdengar di telinganya Jisoo.
Jisoo dengan setengah kesadaran meraih tangan yang menyentuh bibirnya. Dia mengecupnya lembut sebelum mengenggam tangan itu dan meletakan nya di dada nya. "Jennie.., sayang hentikan. Biarkan aku tidur" Lirih Jisoo
Setelahnya tidak ada respon. Jisoo tersenyum ditengah keadaan setengah sadarnya. Masih dengan mata yang tertutup, Dia kemudian mengikis jarak yang dia kira ada dan menarik seseorang yang tidur di sebelahnya untuk dipeluk
"Kau tau? Aku bermimpi kita bertengkar hebat" Gumam Jisoo dalam tidur nya. "Itu menyakitkan sayang, aku bahkan masih merasakan rasa sakitnya" Jisoo terkekeh kecil. "Tapi, untung saja itu hanya mimpi"
"Sayangnya itu bukan mimpi" Sebuah suara kembali terdengar. Jisoo kembali mengerutkan dahinya saat merasakan suara Jennie sedikit berbeda.
"Jen-"
"Dan aku bukan Jennie Unnie" Ucap suara itu dengan dingin.
Jisoo kemudiam merasakan dirinya didorong dengan kasar oleh seseorang. Pelukan nya seketika terpaksa terlepas. Kesadaran Jisoo langsung terkumpul secara total dan mata hitamnya menangkap ekspresi dingin adik sepupunya.
"C-Chaeyoung?"
"Ya, ini aku" Rose memutar matanya lalu bangun dari posisi tidurnya dan duduk. "Berapa kali kau menghabiskan malam dengan Unnieku sampai-sampai kau punya kebiasaan bangun pagi disebelah Unnieku dan memanggil namanya, Kim Jisoo?" Rose bertanya dengan sarkas.
Namun, sayangnya Jisoo tidak terlalu mendengarkan. Dia masih syok saat mengetahui orang di sebelahnya bukan Jennie, melainkan Rose.
'Itu bukan mimpi? Jadi itu benar-benar terjadi?' Hatinya kembali tersenyum getir, menertawakan kebodohan yang dia lakukan. 'Aku terlalu menyukaimu sampai berharap kita masih terbaring nyaman di ranjangku dan tidak mengalami pertengkaran itu, bodoh'
Jisoo tenggelam dalam pikiranya sampai-sampai tidak mendengarkan apa yang Rose katakan. Rose jelas sadar. Dia kemudiam sedikit berteriak Untuk mengambil perhatian Jisoo kembali.
"Jisoo Oppa!"
Jisoo tersentak. Dia kemudian mengedipkan matanya berulang kali dan menatap Rose dengan posisi yang masih terbaring menyamping. "Ya? Apa yang kau katakan?" Melihat Rose yang hanya mendengus, Jisoo kembali menambahkan. "Maaf tidak mendengarmu, aku masih mengumpulkan kesadaranku" Jisoo tertawa canggung. Dia kemudian bangun untuk ikut duduk disebelah Rose.
Jika ada sesuatu yang mudah dibaca selain buku dongeng anak-anak, maka itu adalah Kim Jisoo. Jelas Rose tidak bisa dibohongi. Dia yakin jika Jisoo sedang memikirkan tentang Unnie nya.
Mood Rose sudah buruk saat pertama kali Jisoo bangun tidur langsung menganggapnya sebagai Jennie. Lalu, mood-nya semakin memburuk saat Jisoo, sekali lagi, memikirkan tentang Unnie nya.
Rose tau, dia tau seberapa penting Jennie untuk Jisoo—saat ini. Tapi, sebelum Jennie datang. Rose juga merupakan bagian yang penting dari diri Jisoo. Saat bersamanya—mengecualikan Lisa, Jisoo tidak pernah menyebut atau memikirkan nama orang lain atau gadis lain.
Namun, sekarang, Kim Jisoo bahkan berani menganggap nya sebagai orang lain.
Padahal dari dulu, saat bersamanya, Jisoo hanya fokus padanya, hanya dirinya. Rose benci saat sepertinya, posisinya di diri Jisoo perlahan tergeser karena keberadaan Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
Fiksi PenggemarRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...