PLAK!!
Menyakitkan. Jika mendengar dari suaranya saja. Orang yang mendengar nya pasti akan meringis membayangkan seberapa sakit tamparan itu.
Rose memegangi pipi nya yang kebas. Air mata menggenang dimatanya saat merasakan sakit yang teramat dipipi nya. Bahkan, Rose bisa merasakan rasa besi diujung bibir nya.
Jisoo membeku ditempat. Benar-benar membeku secara nyata.
Semuanya terlalu cepat untuk Jisoo memproses. Mulai dari adiknya yang mengungkapkan perasaan. Lalu, Rose yang menciumnya dan Jennie yang tiba-tiba datang dan menampar Rose dengan sangat keras.
Jennie jelas diliputi emosi. Dengan perasaan kalut, Jennie bergegas kearah keduanya dan menarik paksa tubuh Rose menjauh dari tubuh Jisoo sebelum melayangkan sebuah tamparan pada pipi Rose.
Rose menghembuskan napas berat. Dia menjilat ujung bibirnya untuk menghilangkan jejak darah disana. Rose kemudian tertawa kecil saat dia berusaha menghapus air matanya.
"Wah.... " Rose berseru pelan seakan tidak percaya apa yang dia alami. Matanya yang memerah menatap kearah Jennie. "Unnie menamparku?"
"Kau masih bertanya apa aku menamparmu?" Jennie berkata dengan dingin meski matanya berkaca-kaca. "K-Kau... Bagaimana bisa kau... dengan Jisoo.. "
Jennie mencoba bersikap tegar. Sayangnya, Dia tidak bisa. Suaranya bergetar saat pemandangan Rose yang mencium Jisoo terus berputar di pikiran nya seperti sebuah kaset yang rusak.
"Kenapa Unnie harus peduli?" Rose berucap dengan remeh pada Jennie. Dia masih memegangi pipinya yang sekarang terasa bengkak. "Aku bisa mencium siapapun orang yang aku suka."
"Apa?!" Jennie tertawa marah dengan jawaban adiknya. Dia mengusap rambutnya kasar saat melihat Rose. "Apa kau tidak sadar? ORANG YANG KAU CIUM ITU CALONKU!"
Jisoo tersentak kaget saat Jennie berteriak. Jantungnya berdetak dengan kencang karena kegelisahan. Apa ini? Kenapa semua menjadi seperti ini?
"Terus kenapa?" Rose berkata dengan dingin. "Kalian menikah hanya karena bayi. kenapa Unnie marah? Unnie tidak seharusnya menamparku!"
Jennie menatap tidak percaya pada adiknya. Tanganya terkepal erat saat emosi menguasainya. "Kau pasti sudah gila...Aku tidak percaya ini... Kau... kembali marah padaku? Harusnya aku yang marah disini Rose!!"
"Apa?" Rose tertawa dengan marah. "Apa Unnie lupa hubungan kalian hanya sebatas dari kata 'Bayi'?" Mata Rose memerah dan pipinya terasa perih saat Dia melihat kearah Jennie yang juga menatapnya dengan mata yang basah. "Bukanya itu alasan yang selalu Unnie berikan? Bayi ini, bayi itu, bayi nya, blablabla." Rose berkata dengan mengejek. "Terus saja gunakan bayimu! Kau pengecut sialan tidak berhak ikut campur urusan ku dengan Jisoo!" Ucap Rose dengan bentakan
"Chaeng! Hentikan!" Jisoo mencoba menarik Rose untuk mundur saat melihat Jennie yang terguncang dengan kata-kata Rose.
Rose segera menepis tangan Jisoo dengan kasar. Matanya tidak lepas dari Jennie. "Beraninya Unnie menamparku saat Unnie sendiri tidak punya hak atas Jisoo Oppa!"
"Chaeyoung! Berhenti!" Jisoo mencoba memeluk tubuh adiknya untuk mundur. Jisoo sebenarnya bingung harus bagaimana. Jennie terlihat tidak sama baiknya dengan Rose. Tapi, Jisoo akhirnya memutuskan untuk menghentikan Rose terlebih dahulu.
Jennie mengigit bibirnya, air mata mengalir di pipi mandu nya. Pandangan mata Jennie pernah lepas dari mata penuh amarah adiknya. "Aku jelas punya---"
"KAU TIDAK PUNYA!" Rose membentak Jennie. Dia dengan kasar mendorong tubuh Jisoo yang berusaha merengkuh nya. "Siapa kau?! Kau hanya orang asing yang tidak sengaja dihamili oleh nya!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
FanfictionRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...