Setelah Jisoo pergi meninggalkan ruangan nya. Jennie akhirnya tenang setelah menangis selama tiga puluh menit. Dan sekarang, sudah satu jam lebih sejak Jisoo pergi dan jejak air mata masih tertinggal jelas di wajahnya.
Pintu ruangannya terbuka dan Irene melangkah masuk membawa bungkusan tas besar berisi baju ganti Jennie.
"Hai Jen, bagaimana kondisimu?" Tanya Irene saat dia melihat Jennie bersandar pada bangsal nya.
"Tidak terlalu baik" Ucap Jennie lirih dengan suara serak nya.
Irene mengangguk. Dia melihat noda bekas air mata di wajah Jennie. Namun, tidak bertanya, karena sebelum memasuki kamar Jennie. Irene sudah mendapat gambaran kasar dari Lisa ketika melihat adiknya menangis sesegukan di pelukan nya.
"Apa kau mau air?" Tawar Irene saat setelah meletakan tas besar di samping bangsal Jennie.
"Ya, unnie, tolong"
Irene mengambil botol air mineral dan membukanya sebelum menyerahkan nya pada Jennie.
Irene kemudian duduk memperhatikan Jennie minum. Melirik kearah perut Jennie yang membuncit sebelum kembali melihat kearah Jennie.
"Dokter bilang kau harus rawat inap selama dua minggu sampai hasil tesnya mengatakan bahwa bayimu aman." Ucap Irene.
Jennie mengangguk dan mengembalikan botol air yang sudah dia minum setengah pada Irene.
Melihat Jennie yang diam, Irene kembali bicara. "Kau tidak penasaran kenapa kau harus dirawat inap selama dua minggu?"
"Aku sudah tau" Ucap Jennie dengan lirih. "Dokter masuk lima belas menit yang lalu"
Irene mengangguk. "Apa kau lapar? Mau aku kupaskan buah?"
Jennie melirik keranjang buah yang ada diatas nakas sebelah bangsal nya. Kemudian Jennie mengangguk ringan. "Ya, Unnie. Apel"
Irene tersenyum sebelum berdiri untuk mengambil apel dan mulai mengupas ketika dia duduk kembali di sebelah bangsal Jennie.
"Jisoo sudah pergi satu jam lalu ke Paris untuk menemui orang tua mu." Irene berkata sembari mengupas Apel. Sedangkan Jennie hanya diam memperhatikan nya.
"Taehyung masih belum sadar. Dia ada di lantai tiga kamar pribadi no.36. dokter bilang tiga tulang rusuknya retak dan dia mengalami gagar otak ringan"
"Aku ingin melihatnya" Kali ini Jennie merespon.
Irene mengangkat wajahnya sekilas sebelum kembali fokus pada apel nya. "Kita akan bertanya pada dokter apa kau bisa pergi keluar. Kalau dokter mengijinkan, aku akan mengantarmu kesana"
"Terimakasih Unnie"
Setelahnya tidak ada percakapan diantara mereka berdua. Irene kemudian menyerahkan apel yang sudah dipotong diatas piring kertas kecil kepada Jennie.
Jennie menerimanya setelah mengucapkan terimakasih dan mulai makan dalam diam dibawah pengawasan Irene.
"Apa kau dan Jisoo bertengkar?" Tanya Irene.
Dia terlalu gatal untuk mengabaikan masalah ini. Meski dia tau secara kasar dari sisi Jisoo. Irene tetap harus bertingkah adil untuk mengetahui dari kedua sisi. Dia paling tidak bisa melihat kedua adiknya saling menyakiti.
Suapan tangan Jennie terhenti di udara. Dia menaruh kembali apel ke piringnya sebelum menunduk dengan murung. Sorot matanya berubah sedih.
"Jennie?" Irene memanggilnya dengan lembut. "Kau tau kan Unnie bisa menjadi pendengar yang baik"
Jennie menggeleng. Senyuman paksa dia berikan pada Irene. "Aku tidak bisa bercerita sekarang Unnie. Aku perlu waktu untuk menenangkan diri"
Irene mengangguk ringan. Dia kemudian berdiri dan menepuk kepala Jennie dengan sayang. "Habiskan apel nya, aku akan keluar sebentar"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
FanficRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...