Jisoo membeku ditempat. Di bertukar pandang dengan Taehyung saat tanganya mengepal dengan erat ponsel yang dia genggam
"Jisoo?" Panggil Taehyung. Namun, Jisoo hanya fokus dengan apa yang dia dengar.
"Datang ke bagian selatan distrik 14, Pohyun street area gudang dalam dua puluh menit. Setiap menit yang terbuang karena keterlambatan mu, mungkin akan digantikan dengan setiap jari dari adikmu ini"
"Kau tidak akan berani!!!" Jisoo mendesis marah.
"Hahahahah..." Tawa menggelegar yang didapat dari orang itu masuk ke telinga Jisoo "Potong jari kelingking nya" Ucap orang itu dengan dingin diakhir
Tubuh Jisoo gemetar saat mendengar suara tertahan yang penuh kesakitan dari Rose. Air mata berhasil menggenang dimatanya saat kemarahan mengambil alih dirinya. Dia marah karena mendengar suara memilukan dan kesakitan dari adiknya.
"B-Beraninya kau menyentuh---" Suara Jisoo gemetar saat berbicara mencoba untuk bicara.
Ting!
"Aku mengirim foto nya untuk mu" Orang itu memotong ucapan Jisoo.
Jisoo tidak mau melihat. Namun, entah dorongan dari mana. Dia dengan cepat mengecek isi dari pesan yang masuk ke ponselnya. Seketika Ponsel Jisoo otomatis jatuh dari pegangannya saat melihat jari kelingking yang terpotong terpampang jelas di layar ponsel nya. Tulang putihnya terlihat, bahkan darah segar masih terlihat keluar dari bekas potongan yang tidak terlihat rapi sama sekali.
"Jisoo ada apa?!" Taehyung bergegas menghampirinya saat melihat ponsel Jisoo jatuh.
Taehyung membungkuk untuk mengambilnya. Panggilan telpon sudah diputus sejak gambar terkirim. Dia sangat terkejut saat melihat gambar potongan jari itu. Tangan Taehyung juga gemetar. Apalagi saat melihat pesan yang ditulis di bawahnya.
"Dua puluh menit. Atau kau mau melihat sisa jari lain nya dari adikmu?"
"R-Rosie...." Taehyung bergumam. Tanpa penjelasan dia tau bahwa itu perbuatan ayahnya.
"Siapa targetnya?"
"Aku tidak tau"
Taehyung kembali mengingat saat terakhir kali Rose menghubungi nya. Ucapan Rose saat itu, betapa tenang nada suaranya, dan berapa gamblang ucapan nya.
Tangan Taehyun tanpa sadar terkepal dengan erat.
'Kau bohong padaku, Rosie! Kau bilang kau tidak tahu! Tapi, nyatanya kau sendiri target Appaku! Kenapa?! Kenapa kau harus berkorban sebanyak ini hanya demi kami semua?!!!'
"Taehyung-ssi" Panggilan Jisoo berhasil menyentak pikiran Taehyung. "Jaga Jennie untuk ku"
"Apa maksudmu?!" Taehyung langsung berdiri sambil mengenggam ponsel Jisoo dengan erat.
"Aku tidak bodoh. Aku tau tentang mereka. Tentang Jennie yang menjadi target, tentang aku yang sebagai penghalang." Jisoo berkata dengan dingin saat tanganya terkepal dengan erat. "Dan sekarang, adikku itu harus menjadi umpan untuk menangkapku---"
"Kau tau Rose hanya umpan! Jangan bertindak---"
"Bukan nya Kau bilang, Chaeng banyak berkorban untuk kami?" Jisoo mengangkat pandangannya. Matanya terlihat memerah sekarang. "Jadi, aku tidak ingin adikku berkorban untuk ku, lagi"
"Ji--"
"Jaga Jennie, Oppa. Jangan biarkan dia pergi keluar mansion." Jisoo berbicara sebelum Memunggungi Taehyung dan berlari pergi.
"Kim Jisoo! Jangan gegabah!!" Teriak Taehyung, Tindakan Jisoo jelas sangat gegabah saat ini.
Taehyung mengenal ayahnya. Kalau Jisoo datang begitu saja tanpa persiapan ataupun rencana, Bukan hanya Jisoo, mungkin Rose juga akan disingkirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby's Daddy
FanfictionRATE MATURE!!! Tidak disaran kan di bawah jembatan apalagi umur ok?! crita agak aneh, tapi moga kalian suka!! SEMUA RESIKO DITANGGUNG PEMBACA, YAKALI DIBAGI SAMA AUTHOR! KALO VOTE NYA BISA LAH DI BAGI! **************** Yang Jennie ingat hanya waj...